Acara dibuka secara resmi oleh Wakil Bupati Sukabumi, H. Adhy Kurniawan, yang menekankan nilai gotong royong dalam Abdi Nagri Nganjang Ka Warga. “Kegiatan ini bagian dari upaya pemerintah daerah untuk berbagi kebahagiaan dengan warga, khususnya anak-anak yang kurang mampu. Sunatan massal gratis bukan hanya tindakan medis, tapi juga simbol kepedulian kita terhadap kesehatan dan kesejahteraan generasi muda,” ujar H. Adhy, seperti dikutip dari https://poltekkespalabuhanratu.org. Ia menambahkan bahwa program ini selaras dengan visi Sukabumi Sehat 2030, di mana kesehatan reproduksi anak menjadi prioritas untuk cegah infeksi saluran kemih dan gangguan genital di masa depan. Kegiatan ini melibatkan tim medis dari Puskesmas Pelabuhanratu dan mitra seperti Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI) cabang Sukabumi, dengan prosedur sunat menggunakan teknik modern minim trauma untuk kurangi rasa sakit dan risiko infeksi.
Poltekkes Kemenkes Pelabuhanratu memainkan peran krusial dalam acara ini. Sebagai politeknik vokasi kesehatan di bawah Kementerian Kesehatan, Poltekkes mengerahkan 20 mahasiswa Jurusan Keperawatan dan Kebidanan untuk mendampingi proses sunat, mulai dari skrining pra-bedah hingga pemantauan pasca-prosedur. Direktur Poltekkes Pelabuhanratu, Dr. Hj. Siti Nurhaliza, M.Kes, menyatakan bahwa partisipasi ini selaras dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi. “Mahasiswa kami tidak hanya bantu prosedur, tapi juga edukasi orang tua tentang perawatan luka sunat, pencegahan infeksi, dan pentingnya higiene genital untuk kesehatan reproduksi anak. Ini bagian dari Praktik Kerja Lapangan (PKL) kami, sekaligus pengabdian untuk tingkatkan derajat kesehatan masyarakat Pelabuhanratu,” jelas Dr. Siti. Mahasiswa Poltekkes juga lakukan pemeriksaan kesehatan dasar bagi orang tua, mendeteksi 15 persen anemia ringan yang langsung dirujuk ke puskesmas.
Antusiasme warga terlihat dari kerumunan orang tua yang antre sejak pagi, membawa anak-anaknya dengan semangat. Seorang ibu rumah tangga, Siti Aminah (38 tahun), berbagi cerita: “Anak saya sudah 8 tahun, tapi takut sakit dan biaya mahal. Hari ini gratis dan ditangani profesional dari Poltekkes. Semoga sehat dan terhindar infeksi nanti.” Acara ditutup dengan pembagian obat luka dan leaflet perawatan, serta deklarasi “Pelabuhanratu Peduli Reproduksi Sehat” oleh peserta.
Program seperti ini menjadi model kolaborasi lintas sektor untuk pemerataan kesehatan. Di Pelabuhanratu, di mana 30 persen penduduk adalah keluarga miskin kota, sunatan massal bukan hanya ritual, tapi investasi kesehatan jangka panjang. Poltekkes Pelabuhanratu berencana lanjutkan dengan workshop bulanan untuk 200 orang tua pada 2026, terintegrasi dengan edukasi gizi reproduksi. Dengan partisipasi Poltekkes, kesehatan reproduksi anak bukan lagi beban, tapi hak yang terjangkau—untuk generasi Pelabuhanratu yang sehat dan mandiri.
