Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang (Poltekkes) menyatakan keprihatinan mendalam atas ancaman kesehatan masyarakat Sawahlunto yang disebabkan oleh penumpukan abu batubara dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Ombilin. Berdasarkan laporan yang diterbitkan pada 21 Juni 2025 di laman jurnalsumbar.com, kondisi ini semakin mengkhawatirkan karena abu batubara yang menggunung di sekitar PLTU telah mencemari udara dan lingkungan, berpotensi memicu berbagai masalah kesehatan, terutama bagi masyarakat yang tinggal di dekat Desa Sijantang, Kecamatan Talawi.
Laporan tersebut mengungkapkan bahwa penumpukan abu batubara, yang terdiri dari fly ash dan bottom ash, terjadi akibat kurang optimalnya pengelolaan limbah oleh pihak pengelola PLTU Ombilin. Abu ini sering beterbangan saat angin kencang, menyebabkan polusi udara yang signifikan. Warga setempat melaporkan gejala seperti batuk kronis, iritasi mata, dan sesak napas, yang diduga akibat paparan debu batubara secara berkepanjangan. Poltekkes melihat kondisi ini sebagai isu serius yang memerlukan intervensi cepat, mengingat dampaknya tidak hanya bersifat jangka pendek tetapi juga dapat menyebabkan penyakit paru-paru kronis jika tidak ditangani.
Sebagai institusi pendidikan kesehatan, Poltekkes siap berkontribusi melalui penyediaan tenaga ahli dan mahasiswa untuk melakukan surveilans kesehatan di wilayah terdampak. Mereka juga mengusulkan pelatihan bagi masyarakat lokal tentang cara mengurangi risiko paparan abu batubara, seperti penggunaan masker berkualitas tinggi dan menjaga kebersihan lingkungan. Poltekkes berharap kerja sama dengan pemerintah daerah dan pengelola PLTU dapat segera terwujud untuk mengatasi masalah ini, termasuk dengan mempercepat pemindahan limbah ke lokasi yang aman serta memperbaiki sistem pengendalian polusi di PLTU.
Warga Sawahlunto, khususnya di Desa Sijantang, telah lama mengeluhkan kondisi ini, dengan beberapa keluhan bahkan sampai ke tingkat pemerintah provinsi. Namun, menurut laporan, upaya mitigasi yang dilakukan masih terbatas dan belum memberikan solusi berkelanjutan. Poltekkes menilai bahwa kurangnya transparansi dan tindakan tegas dari pihak terkait memperburuk situasi, sehingga kesehatan ribuan jiwa di sekitar PLTU terancam. Institusi ini juga mendesak adanya kajian mendalam tentang dampak jangka panjang abu batubara terhadap kesehatan masyarakat, termasuk risiko kontaminasi air dan tanah yang dapat memengaruhi rantai makanan.
Poltekkes Kota Sawahlunto berkomitmen untuk terus memantau perkembangan situasi dan mendukung program pencegahan penyakit terkait polusi. Mereka juga menyerukan kepada pemerintah untuk memprioritaskan transisi energi bersih sebagai langkah jangka panjang, mengingat ketergantungan pada batubara terus menimbulkan ancaman lingkungan dan kesehatan. Kolaborasi lintas sektor diharapkan dapat menjadi solusi nyata, sehingga masyarakat Sawahlunto dapat kembali menjalani kehidupan sehat tanpa bayang-bayang polusi abu batubara.