18 tahun pertama hidupnya dihabiskan di sekolah Katolik, yang menyisakan banyak pertanyaan yang belum terjawab.
Seperti kebanyakan anak-anak di akhir tahun 60an dan awal 70an, dia mulai mempertanyakan semua nilai-nilai yang dimiliki pada saat itu, nilai-nilai politik, sosial dan agama.
"Saya saat itu memberontak terhadap semua institusi yang dianggap suci oleh masyarakat, termasuk Gereja Katolik," ungkapnya seperti dilansir Islamestic, Selasa 2 April 2024.
Menjadi Ateis
Pada saat dia mencapai usia 18 tahun, Lang telah menjadi seorang ateis sepenuhnya. “Jika Tuhan itu ada, dan Dia maha pengasih dan maha pengasih, lalu mengapa ada penderitaan di muka bumi ini?" tanyanya.
"Mengapa Dia tidak membawa kita ke surga saja? Mengapa membuat semua orang menderita?” lanjutnya. Itulah pertanyaan-pertanyaan yang muncul di benaknya saat itu.
Menemukan Tuhan Dalam Islam
Sebagai seorang dosen muda matematika di Universitas San Francisco, Lang menemukan agama di mana Tuhan akhirnya menjadi kenyataan. Hal itu ditunjukkan kepadanya oleh beberapa teman Muslim yang ia temui di universitas.
“Kami berbicara tentang agama. Saya menanyakan pertanyaan saya kepada mereka, dan saya sangat terkejut melihat betapa cermatnya mereka memikirkan jawaban mereka,” kata Lang.
Dr. Lang bertemu Mahmoud Qandeel, seorang mahasiswa Saudi berpenampilan anggun yang menarik perhatian seluruh kelas saat dia masuk. Ketika Lang menanyakan pertanyaan tentang penelitian medis, Qandeel menjawab pertanyaan itu dalam bahasa Inggris yang sempurna dan dengan penuh keyakinan.
Singkat cerita, Qandeel secara mengejutkan memberinya salinan Alquran dan beberapa buku tentang Islam.
Ditaklukkan Al Quran
Lang membaca Al-Quran sendiri, menemukan jalan ke ruang salat yang dikelola mahasiswa di universitas, dan pada akhirnya menyerah tanpa banyak perjuangan. Dia ditaklukkan oleh Al-Quran. Dia mengaku kagum dengan isi Al-Qur’an yang menurutnya seperti mengerti pertanyaan-pertanyaan di pikirannya.
“Seorang pelukis bisa menggambar mata dalam sebuah lukisan yang tampak mengikuti Anda dari satu tempat ke tempat lain, tapi penulis mana yang bisa menulis kitab suci yang mengantisipasi perubahan sehari-hari Anda?” ungkapnya.
“Setiap malam saya akan merumuskan pertanyaan dan keberatan dan menemukan jawabannya (dari Al-Qur’an) keesokan harinya. Tampaknya sang penulis Al-Quran (Allah SWT) mengetahui pertanyaan-pertanyaan saya dan menulis pada baris yang tepat pada saat saya membaca halaman berikutnya. Saya telah bertemu diri saya sendiri di halaman-halaman berikutnya.”
Lang melakukan shalat lima waktu secara teratur dan menemukan banyak kepuasan spiritual. Ia menganggap salat Subuh sebagai salah satu ritual terindah dan mengharukan dalam Islam.
Ketika ditanya bagaimana dia merasa begitu terpikat ketika dibacakan Al-Quran dalam bahasa Arab yang cukup asing buatnya, tapi dia menjawab: “Mengapa bayi terhibur dengan suara ibunya?”
Pendalaman Spiritual
Dia mengatakan membaca Al-Quran memberinya banyak kenyamanan dan kekuatan di masa-masa sulit. Dari sana, keyakinan menjadi latihan untuk pertumbuhan spiritual Lang.
Di sisi lain, Lang mengejar karir di bidang matematika. Ia menerima gelar master dan doktoral dari Universitas Purdue. Lang mengatakan bahwa dia selalu terpesona dengan matematika. “Matematika itu logis. Ini terdiri dari penggunaan fakta dan angka untuk menemukan jawaban konkrit,” kata Lang.
“Itulah cara pikiran saya bekerja, dan saya merasa frustrasi ketika menghadapi hal-hal yang tidak memiliki jawaban konkrit.”
“Memiliki pikiran yang menerima ide-ide berdasarkan nilai faktualnya membuat kepercayaan terhadap suatu agama menjadi sulit karena sebagian besar agama memerlukan penerimaan dengan iman. Tapi Islam menarik bagi penalaran manusia.”
Lang telah menulis beberapa buku Islam yang menjadi best seller di kalangan komunitas Muslim di AS. Salah satu buku pentingnya adalah “Bahkan Malaikat Bertanya; Perjalanan Menuju Islam di Amerika”.
Dalam buku ini, Dr. Lang membagikan kepada para pembacanya banyak wawasan yang telah diperolehnya melalui penemuan jati diri dan kemajuannya dalam agama Islam.
Sumber: viva