Pengalaman ngeri itu diungkapkan langsung oleh salah satu mantan anak buah Prabowo saat aktif di militer dulu.
Dia adalah Kapten (purnawirawan) TNI AD, Agustinus Susanto ajudan Prabowo pada tahun 1985.
"Beliau pada saat itu pertama kali ketemu dengan saya ketika ada konflik di Timor Timur. Saya bersumpah, bahwa apapun yang saya bicarakan hari ini betul adanya dan boleh diklarifikasi semua orang," katanya mengawali kisah tersebut dalam tayangan YouTube Deddy Corbuzier pada Selasa, 5 Maret 2024.
Agustinus kemudian menceritakan, bahwa pada saat itu Prabowo menjabat sebagai Komandan Batalyon Infanteri Lintas Udara 328.
"Nah saya ikut beliau itu di tahun 1985, dari sejak beliau menjabat sebagai wakil komandan. Bersama beliaulah kami sama-sama berangkat ke Timor Timur," tuturnya.
Agus (sapaan akrabnya), mengatakan, bahwa Prabowo berangkat lebih dulu ke Timor Timur menggunakan Kapal 503.
"Baru setelah beliau sampai satu bulan di sana saya menyusul. Nah ketika saya menyusul, saya bertemulah dengan beliau," kata dia.
Lantas bagaimana pertempuran itu terjadi?
Agus menegaskan, bahwa Prabowo bukanlah tipikal pemimpin yang hanya memerintah dari balik meja.
"Tetapi beliau memimpin langsung pada saat pasukannya turun."
Bahkan, kata Agus, saat konflik bersenjata di Timor Timur, Prabowo nekat meladeni tantangan duel di dalam hutan malam hari.
"Saat itu ada perintah jam malam dan tidak boleh yang namanya pasukan itu malam hari tanpa perintah keluar dari Markas," katanya.
"Nah pada saat itu kejadian pasukan yang berada di wilayah lain tidak berdekatan dengan Pak Prabowo sebagai komandan batalyon itu punya masalah nah masalahnya itu adalah kendaraannya rusak," sambungnya.
Singkat cerita, Prabowo memerintahkan pasukan untuk melakukan evakuasi menuju ke lokasi terjadinya kontak tembak.
"Pak Prabowo itu posisinya sekitar 15 kilometer dari wilayah kontak senjata. Pak Prabowo perintahkan sekarang berangkat Gus."
"Nah ketika berangkat itulah yang sampai dengan hari ini saya tidak bisa melupakan. Saya sebagai ajudan beliau komandan saya mestinya segala sesuatunya kan saya mengerjakan terlebih dahulu, tapi ini justru sebaliknya," ujar dia.
Contohnya, kata Agus, saat itu hujan besar, sungainya meluap. Sungai itu lebarnya kurang lebih sekitar 60 meter.
"Tapi beliau ingin di depan. Nah saya sebagai ajudan kan mengatakan jangan pak, saya yang di depan. Tapi beliau tetap ngotot, tidak saya harus di depan. Jadi beliau nyebrang duluan, saya malah jadi kayak komandan gitu, saya mendampingi beliau jadi terbalik-balik."
Hingga akhirnya sampailah ke titik yang terjadi kontak tembak itu, di daerah sekitar Gunung Haidato.
"Malam harinya, beliau menemukan ada sebuah kertas tulisan dibungkus kantong Supermi, dan di situ dituliskan, Prabowo kalau kamu berani satu lawan satu," kata Agus.
Mendapati tantangan tersebut, Prabowo bukannya takut malah sebaliknya. Ia meladeni tawaran musuh.
"Prabowo bukan ciut, dia perintahkan pasukannya dan kita bergerak masuk ke hutan malam hari. Saya sampaikan sama beliau, pak ini sudah malam pak, kita tidak bisa melihat kanan kiri, tapi Pak Prabowo tetap ladenin satu lawan satu."
Pada Agus, Prabowo menegaskan dirinya tak akan mundur sejengkal pun.
"Tidak apa-apa Gus, saya berani lakukan itu kalau memang itu permintaan dia. Saya sebagai ajudan mengatakan jangan pak, kita selesaikan besok saja," kenang Agus mengingat pengalamannya tersebut.
Benar saja, setibanya di lokasi musuh, Prabowo langsung dihujani tembakan.
"Pak Prabowo nembak juga, dia paling depan, malam hari. Saya bilang, pak hentikan pak, kita lebih baik evakuasi teman-teman kita yang terluka," ucap Agus mengingatkan.
Mendengar permintaan anak buahnya itu, Prabowo akhirnya menyudahi pertempuran dan memilih untuk segera mengevakuasi prajuritnya yang terluka.
Sumber: viva