Afri menjelaskan perbedaan suara kemungkinan hanya terpaut sekitar 1 persen sesuai dengan rata-rata margin of error pada hitung cepat. Ia pun menegaskan jika perbedaan hasil quick count dan real count terlalu jauh, maka patut dicurigai ada kecurangan pemilu.
"Hasil quick count hampir semua sama. Karena itu, kalau terjadi perbedaan yang signifikan dengan hasil final nanti, ada kemungkinan memang electoral fraud itu terjadi," kata Afri saat dihubungi CNNIndonesia.com, Selasa (5/3).
Pernyataan tersebut Afri sampaikan merespons anomali perolehan suara Partai Solidaritas Indonesia (PSI) karena tiba-tiba naik signifikan. Perolehan suara PSI bahkan di atas prediksi sejumlah lembaga quick count.
Berdasarkan data teranyar real count KPU per pukul 16.00 WIB, Selasa (5/3), PSI merengkuh suara 3,13 persen atau 2.404.933 suara. Perolehan suara itu didapat dari 65,90 persen atau 542.508 TPS dari 823.236 TPS.
Jumlah suara itu sempat disorot karena naik dalam waktu singkat. Pada Jumat (1/3), suara PSI hanya 2,8 persen.
Sementara hasil hitung cepat Populi Center, dengan data 99,30 persen, PSI hanya memperoleh 2,62 persen. Jika ditambah limpahan margin of error pun PSI tak sampai pada 4 persen sesuai ambang batas parlemen.
"Jadi kemungkinan ya PSI akan tetap sama, seperti hasil quick count gagal lolos ke parlemen," kata dia.
Afri pun menegaskan menegaskan lembaga survei bekerja dengan mengambil data dari sampel TPS yang bisa dipertanggung jawabkan. Oleh sebab itu, dengan metode masing-masing yang digunakan, hasil quick count lembaga survei tidak akan jauh berbeda dengan rekapitulasi KPU.
"Secara historia, selama ini belum pernah hasil quick count berbeda terlalu jauh dengan real count, rata-rata sama," ujar dia.
Hal senada juga sempat disampaikan Koordinator Pusat Data Quick Count Litbang Kompas Slamet J. P. dalam podcast What The Fact! Politics CNN Indonesia, Selasa (27/2).
Slamet mengatakan secara umum hasil quick count mestinya tak jauh berbeda dengan real count KPU. Ia juga menjelaskan salah satu fungsi quick count adalah untuk mengontrol penghitungan suara.
"Hasil real count mestinya tidak jauh berbeda. Paling tidak secara komposisi. Mungkin kalau desimal ada bedanya. Jadi salah satu fungsinya adalah untuk kontrol dan prediksi," ucap Slamet.
Sumber: cnnindonesia