Pelatihan dibuka oleh Ketua PC IBI Samarinda, Bdn. Hj. Rina Sari, M.Keb, yang menekankan urgensi peningkatan kompetensi di tengah tantangan kesehatan reproduksi. “Bidan adalah garda terdepan pelayanan kebidanan. Dengan kolaborasi Poltekkes Samarinda, kami ingin pastikan setiap bidan mampu tangani kasus komplikasi seperti perdarahan postpartum, preeklampsia, dan asfiksia neonatus,” ujar Bdn. Rina Sari, seperti dikutip dari https://poltekkessamarinda.id. Ia menambahkan bahwa Samarinda, dengan populasi 850.000 jiwa, masih menghadapi AKI 120 per 100.000 kelahiran hidup—di atas rata-rata nasional—yang memerlukan intervensi cepat dan terlatih.
Poltekkes Kemenkes Samarinda, sebagai penyelenggara teknis, menyumbang 20 dosen spesialis kebidanan dan 50 mahasiswa Program Studi Kebidanan untuk simulasi dan praktik lapangan. Direktur Poltekkes Samarinda, Dr. M. H. Supriadi, B., S.Kp., M.Kep, menyatakan bahwa pelatihan ini selaras dengan visi Kementerian Kesehatan untuk UHC 95 persen. “Kami latih bidan dengan teknik terbaru seperti partograf digital, manajemen aktif kala III, dan resusitasi neonatus. Mahasiswa kami juga belajar melalui Praktik Kerja Lapangan (PKL) bersama bidan senior,” jelas Dr. Supriadi. Materi mencakup simulasi penanganan darurat obstetri, edukasi konseling KB pasca-persalinan, dan penggunaan alat USG portabel untuk deteksi dini komplikasi kehamilan.
Kegiatan berlangsung dua hari, dengan sesi teori di aula dan praktik langsung di laboratorium simulasi Poltekkes. Peserta dibagi kelompok kecil untuk latihan hands-on, termasuk manekin bayi untuk resusitasi dan manekin ibu untuk simulasi perdarahan. Bdn. Rina Sari menambahkan bahwa kolaborasi ini akan diperluas ke pelatihan rutin setiap triwulan. “Poltekkes Samarinda adalah mitra terbaik kami. Dengan kompetensi bidan meningkat, harapan kami AKI Samarinda turun di bawah 70 per 100.000 pada 2027,” katanya.Dampak pelatihan langsung terasa: 90 persen peserta merasa lebih percaya diri tangani kasus darurat, dan 30 bidan langsung terapkan partograf digital di puskesmas masing-masing. Di Samarinda, di mana 60 persen persalinan ditangani bidan, peningkatan kompetensi ini krusial untuk cegah komplikasi. Poltekkes Samarinda berencana integrasikan pelatihan ini ke kurikulum profesi bidan, dengan target latih 500 bidan Kaltim pada 2026.
Dengan kolaborasi PC IBI dan Poltekkes Samarinda, layanan kebidanan bukan lagi mimpi, tapi realitas yang selamatkan nyawa ibu dan bayi. Samarinda sehat dimulai dari bidan yang kompeten—untuk generasi emas Kalimantan Timur.
