Menlu AS Desak Israel Membuat 'Pilihan Sulit': Mengakui Palestina Merdeka

Menlu AS Desak Israel Membuat 'Pilihan Sulit': Mengakui Palestina Merdeka

Gelora News
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO - Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mendesak Israel membuat “pilihan sulit” untuk normalisasi hubungan dengan lebih banyak negara tetangganya, sebuah seruan baru untuk memuluskan jalan menuju pembentukan negara Palestina.

Blinken, dalam kunjungannya yang keempat ke Timur Tengah sejak perang meletus pada bulan Oktober 2023, juga mendesak Israel untuk mendukung para pemimpin Palestina yang ingin hidup damai bersama Israel dan memperingatkan jumlah korban harian dalam perang melawan Hamas di Gaza terlalu tinggi.

Penting juga bagi Israel mencapai tujuannya untuk memberantas ancaman dari Hamas, katanya pada akhir hari perundingan di Tel Aviv, Selasa, 9 Januari 2024. Hal ini Sebelumnya, ia mengunjungi negara-negara Arab tetangga Israel untuk membahas rencana pemerintahan masa depan Gaza dan integrasi di Timur Tengah.

Bahkan saat dia berbicara, pertempuran sengit masih terjadi di bagian selatan dan tengah Gaza. Pasukan Israel dan militan Hizbullah juga terlibat baku tembak di perbatasan Lebanon-Israel.

Kekhawatiran internasional meningkat atas besarnya korban jiwa warga Palestina akibat serangan Israel di daerah kantong padat penduduk dan krisis kemanusiaan yang menimpa ratusan ribu orang.

Serangan udara dan darat Israel, yang dipicu oleh serangan Hamas melintasi perbatasan ke Israel selatan pada 7 Oktober 2023, kini telah menewaskan 23.210 warga Palestina, menurut kementerian kesehatan Gaza, dan melenyapkan sebagian besar wilayah dari utara ke selatan.

AS dan negara-negara lain juga sangat ingin mencegah perang menyebar ke seluruh Timur Tengah.

Saat bertemu dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di pangkalan militer di Tel Aviv, Blinken menekankan "pentingnya menghindari kerugian sipil lebih lanjut dan melindungi infrastruktur sipil di Gaza", kata juru bicara Departemen Luar Negeri.

Blinken mengulangi dukungan pemerintahan Biden terhadap hak Israel untuk mempertahankan diri dan mencegah terulangnya serangan kilat Hamas pada 7 Oktober, yang menewaskan 1.200 orang.

Israel bertekad memusnahkan Hamas, gerakan Islam Palestina yang menguasai Gaza dan bersumpah untuk menghancurkan Israel.

Saat berbicara pada konferensi pers setelah pertemuannya, Blinken mengatakan jumlah korban harian akibat perang terhadap warga sipil di Gaza terlalu tinggi – meskipun ia menambahkan bahwa tuduhan Israel melakukan genosida “tidak berdasar”.

Dia juga mengatakan warga Palestina yang kehilangan tempat tinggal akibat perang harus dapat kembali ke rumah mereka sesegera mungkin jika kondisinya memungkinkan. AS telah menolak usulan dari kelompok sayap kanan Israel agar warga Palestina dimukimkan kembali di luar Gaza.

Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant mengatakan kepada Blinken bahwa serangan di wilayah Khan Younis selatan Gaza akan “diintensifkan dan berlanjut sampai Hamas dikalahkan dan sandera Israel kembali ke rumah dengan selamat,” kata kementerian pertahanan.

Blinken juga telah membahas rencana pemerintahan masa depan Gaza ketika perang berakhir.

Dalam sesinya dengan Netanyahu, Blinken “menegaskan kembali perlunya memastikan perdamaian abadi dan berkelanjutan bagi Israel dan kawasan, termasuk melalui realisasi negara Palestina,” kata juru bicara Departemen Luar Negeri.

Sebelum kunjungannya ke Israel, Blinken mengadakan pembicaraan di Yordania, Qatar, Uni Emirat Arab, dan Arab Saudi, dengan fokus mencari pendekatan jangka panjang terhadap konflik Israel-Palestina yang telah berlangsung selama beberapa dekade.

Dia mengatakan sekutu-sekutu Washington di Arab menginginkan hubungan yang lebih dekat dengan Israel tetapi hanya jika hal itu mencakup “jalan praktis” menuju negara Palestina. Banyak negara di kawasan siap berinvestasi untuk masa depan Gaza dalam hal ini, katanya.

Perundingan yang ditengahi AS mengenai negara Palestina di wilayah yang kini diduduki Israel gagal hampir satu dekade lalu. Para pemimpin sayap kanan dalam koalisi yang berkuasa di Israel saat ini menentang negara Palestina.

Pada konferensi persnya, Blinken menolak menjelaskan bagaimana Netanyahu dan kabinetnya menanggapi seruannya terhadap negara Palestina. Dia mengatakan Israel harus mengambil “keputusan sulit, pilihan sulit” untuk memanfaatkan peluang yang ditawarkan oleh integrasi regional.

“Tujuan-tujuan ini dapat dicapai, tetapi hanya jika dicapai bersama-sama,” katanya. “Untuk mewujudkan hal ini, Israel harus menjadi mitra bagi para pemimpin Palestina yang bersedia memimpin rakyatnya untuk hidup berdampingan secara damai dengan Israel dan sebagai tetangga.”

Kepemimpinan Palestina harus mereformasi dirinya dan memperbaiki pemerintahannya, katanya, dan Israel harus berhenti mengambil langkah-langkah yang melemahkannya.

“Kekerasan pemukim ekstremis yang dilakukan tanpa mendapat hukuman, perluasan pemukiman, pembongkaran, penggusuran, semuanya mempersulit, bukan memudahkan, bagi Israel untuk mencapai perdamaian dan keamanan abadi,” katanya, merujuk pada konflik di Tepi Barat yang diduduki Israel, bagian dari wilayah tersebut. wilayah yang diinginkan warga Palestina untuk dijadikan negara.

Sumber: tempo
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita