GELORA.CO - Debat warganet pascadebat cawapres pada Jumat 22 Desember 2023 umumnya masih berbasis intuisi dan perasaan penuh subyektif. Nah, debat yang produktif akan terjadi ketika diskursus publik berbasis data guna mencerna peristiwa secara objektif.
Pernyataan tersebut disampaikan Muhammad Sufyan, dosen Digital Public Relations, Minggu (24/12).
"Ada gejala tidak karu-karuan saling serang dan menilai secara subjektif terutama pada platform new media. Si ini begini karena sudah begitu, si itu begitu karena telah melakukan ini," katanya.
Sufyan menyodorkan salah satu contoh data sebagai dasar untuk melakukan analisis. Bersumber dari koran Kompas Sabtu 23 Desember 2023 di halaman 15, disebutkan hasil jajak pendapat real time kepada pembaca mereka atas performa dalam debat cawapres.
Adapun aspek yang ditanyakan berturut-turut adalah kejelasan menjawab pertanyaan, penguasaan masalah, serta penampilan keseluruhan.
Hasilnya adalah cawapres nomor urut 1 (Gus Muhaimin Iskandar) mendapatkan skor 7+7,1+7,8 = 21,9, kemudian cawapres nomor urut 2 (Gibran): 7,1+7,1+7,3 = 21,5, dan cawapres nomor 3 (Mahfud MD): 7,5+7,5+7,6 = 22,6.
Dengan kata lain, urutannya berdasarkan skor tertinggi adalah Mahfud MD, Muhaimin, dan di posisi terakhir justru ditempati oleh Gibran.
"Let data speaks. Biarkan data yang bicara, karena media sebesar Kompas sudah punya divisi litbang sejak lama. Mereka juga teruji independen, dan sudah sering hasil survei mereka akurat," katanya.
Menurut dia, teknik public speaking yang diterima masyarakat luas (bukan komunitas tertentu di kota tertentu), sudah banyak diperlihatkan oleh survei tersebut.
"Kompas itu koran nasional terbesar, jajak pendapat mereka luas. Bukan hanya sebatas obrolan warga kota besar pengguna medsos terutama di Jakarta. Jadi, mari diskusi dengan punya data biar semua produktif," pungkasnya.
Sumber: wartaekonomi.