Ditinggalkan Para Pentolannya, Sudah saatnya PSI Ganti Ketum

Ditinggalkan Para Pentolannya, Sudah saatnya PSI Ganti Ketum

Gelora News
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO - Di awal kehadirannya, Partai Solidaritas Indonesia (PSI) seakan menjadi jawaban bagi kalangan yang sudah muak dengan keberadaan partai politik (parpol).

Di bawah kepemimpinan Grace Natalie, partai yang terbentuk pada 16 November 2014 ini mampu membangun akar politik yang baik, dengan gaya komunikasi khas anak muda. Sebagai partai anyar, laju perkembangan PSI sangat cepat, bahkan bisa lolos verifikasi pada Pemilu 2019 dengan mengalahkan elektabilitas beberapa partai terdahulu.

PSI awalnya bercita-cita mengembalikan politik ke tempat yang terhormat, anti dinasti politik dan memberikan panggung seluas-luasnya bagi kalangan anak muda. Namun, sejak berada di bawah kepemimpinan Ketua Umum (Ketum) Giring Ganesha, PSI berubah.

Respons positif masyarakat yang selama ini menilai PSI sebagai harapan, kini berubah jadi cacian, lantaran partai berlambang bunga mawar ini kerap mencari sensasi belakangan ini.

Pakar politik dari Universitas Paramadina, Ahmad Khoirul Umam mengingatkan Giring untuk perlu merubah gaya berpolitiknya. Ia mengatakan sebagai seorang politikus, Giring belum menunjukkan karakter yang matang.

Pola komunikasi politik yang digunakan, sambung dia, masih cenderung berusaha menciptakan sensasi dan ledakan isu, dengan statement-statement kritis dan suara sumbang terhadap isu yang sedang menjadi perhatian.

“Jika Giring masih terus mengandalkan serangan-serangan politik yang basisnya kebencian dan asal beda kepada lawan politiknya , itu akan kontraproduktif,” kata Khoirul kepada Inilah.com di Jakarta, Jumat (26/5/2023).

Diketahui, Giring memang kerap menciptakan sensasi. Masih belum hilang dari ingatan saat ia melontarkan penyataan kontroversial dengan menyebut eks Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, banyak melakukan kesalahan dalam pengelolaan Jakarta hingga melabeli Anies pembohong.

Tak sampai di situ, Giring juga kembali membuat sensasi dengan mendatangi lokasi sirkuit Formula E, Giring dalam vlog nya lebih mengarah pada black campaign (kampanye hitam) terhadap persiapan Formula E ketimbang mengungkap data secara ilmiah. Dalam video itu, Giring juga mengaku terperosok ke dalam lumpur sehingga perlu dibantu rekannya.

Giring kala itu tegas menyatakan bahwa gelaran balapan mobil balap berbasis listrik itu tak akan terlaksana. Tapi nyatanya, Formula E sukses diselenggarakan, tak seperti yang ia gembar-gemborkan.

Selain sensasi, di bawah kepemimpinan Giring, PSI tak lagi menjadi partai anak muda. Hal ini dibuktikan dengan direkrutnya sejumlah pesohor yang usianya tak terbilang muda lagi, dan didaftarkan sebagai bakal calon anggota legislatif PSI, mereka adalah presenter kondang Helmi Yahya, aktivis Ade Armando dan Irma Hutabarat.

PSI juga makin jauh dari ideologinya yang menentang politik dinasti. Secara terang-terangan mereka memajang baliho Kaesang Pangarep, putra bungsu Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Depok. PSI ingin mengusung Kaesang menjadi wali kota dalam kontestasi Pilkada Depok 2024.

Selain Kaesang, PSI melalui Lembaga Bantuan Hukum (LBH) miliknya, juga telah mengajukan uji materi ke Mahkamah Konsititusi (MK) ingin merubah batas minimal usia capres-cawapres dari 40 tahun menjadi 35 tahun. Disinyalir, langkah ini dilakukan untuk memuluskan langkah Gibran Rakabuming, putra sulung Presiden Jokowi untuk maju di kontestasi Pilpres 2024.

Karenanya, Khoirul Umam berpendapat sudah saatnya PSI dipimpin oleh figur muda yang lebih matang dan paham berpolitik. “Sebagai alternatif, sudah saatnya figur muda yang lebih matang dari PSI, seperti Raja Juli Antoni, bisa mengambil alih peran nahkoda partai. Raja Juli yang juga mantan Sekjen PSI adalah doktor ilmu politik dari School of Political Science & International Studies, The University of Queensland, Australia,” tegasnya.

Tapi Khoirul tak mengharuskan sosok Raja Juli. Menurutnya, PSI juga bisa menyeleksi kader-kader muda lainnya, yang dianggap memiliki kapasitas mumpuni menjadi pemimpin, untuk menggantikan Giring.

“Ataupun sosok lainnya yang dinilai mempunyai kapasitas dan kredibilitas kepemimpinan yang lebih kuat untuk PSI kedepan agar lebih baik,” tandas dia.

PSI Ditinggalkan Para Pentolannya

Perubahan gaya berpolitik PSI rupanya tidak diterima oleh seluruh kadernya. Alhasil, beberapa pentolannya banyak yang memutuskan hengkang. Terakhir, yang memutuskan untuk menanggalkan kartu anggota adalah Rian Ernest, yang kini sudah menjadi kader Partai Golkar.

Kepastian mundurnya Rian, diketahui melalui video yang ia unggah di akun Facebooknya. Ia pun menyebut tidak menyesal dan meyakini keputusan yang sudah dirinya ambil tepat.

“Melalui video ini saya menyatakan pengunduran diri saya dari PSI. Meski berat, saya meyakini ini langkah yang benar demi langkah politik saya ke depannya,” kata Rian, Kamis (15/12/2022).

Dalam video tersebut, ia turut menyampaikan ucapan terima kasih kepada PSI yang sudah menaunginya selama empat tahun. Rian juga tidak lupa berpamitan kepada sejumlah sosok rekan seperjuanganya, seperti Jeffrie Geovanie, Giring Ganesha, Grace Natalie, Raja Juli Antoni dan Dea Tunggaesti.

Sepekan sebelum Rian, Michael Victor Sianipar lebih dulu menanggalkan jabatannya sebagai Ketua Dewan Pimpinan Wilayah PSI Jakarta. Selain mundur dari jabatan, Michael juga mundur sebagai kader.

Meski tidak secara gamblang, namun ucapan Michael menyiratkan memang ada permasalahan dari dalam tubuh PSI. Pasalnya selama lima tahun menjadi kader, telah terjadi banyak perubahan yang dia nilai sudah melenceng dari visi dan misi yang menjadi landasan partai ini berdiri.

“Saat saya bergabung di PSI, partai ini masih piringan putih, penuh cita-cita dan harapan. Banyak pemuda tertarik dengan citra yang berhasil kita bangun atas PSI. Kita bangun PSI di Jakarta dari nol, dari tidak dikenal sama sekali hingga menjadi kekuatan politik yang diperhitungkan di Jakarta,” ujarnya melalui kanal Youtube Total Politik, Jumat (9/12/2022).

Dia mengungkapkan, dirinya memutuskan keluar dari PSI lantaran ada persoalan yang sistemik di dalam PSI. Menurutnya, keputusan ini diambil dengan pertimbangan matang yang memperhatikan perkembangan aspek kepemimpinan partai dan visi terkini partai.

Selain Michael dan Rian, sudah ada beberapa kader PSI lain yang mundur, seperti Surya Tjandra, Tsamara Amany, dan Sunny Tanuwidjaja.

Sumber: inilah
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita