Warga Tuban Ini Tinggal di Tengah Makam, Pernah Kedatangan Tamu Misterius Lalu Menghilang

Warga Tuban Ini Tinggal di Tengah Makam, Pernah Kedatangan Tamu Misterius Lalu Menghilang

Gelora News
facebook twitter whatsapp



GELORA.CO - Warga Tuban, Jawa Timur, bernama Edi Ronggo (61) punya keberanian lebih tinggal di tengah-tengah area pemakaman.

Edi Ronggo menempati sebuah rumah yang berada di kompleks makam Mbah Ronggo Jalan Wijaya Kusuma, Kelurahan Ronggomulyo, Kecamatan Tuban, Kabupaten Tuban.

Rumahnya yang berada di tengah makam viral atas unggahan akun TikTok anaknya, @Selvijungkung dan sudah ditonton 3,4 juta, dengan 8.115 komentar dan dibagikan 1825 kali.

Selama tinggal di sana, Edi Ronggo kerap mendapatkan pengalaman mistis yang sulit dicerna nalar.

Satu diantaranya, dia pernah mendapat pengalaman yang sulit dilupakan, yakni kedatangan tamu misterius pasangan pria dan wanita di tengah malam.

"Pintu rumah saya terbuka tengah malam, ada tamu seperti suami istri lalu saya persilahkan masuk. Saya tanya rumahnya, dijawab nanti tahu sendiri," kata Edi ditemui di rumahnya, Senin (20/2/2023).

Bapak tiga anak itu menjelaskan, saat dipersilahkan masuk tamu meminta makan namun nasi habis, sehingga istri baru akan memasakkan.

Belum selesai dia memasak masak, tamu minta air putih. Begitu mau diambilkan, ternyata keduanya langsung hilang dalam hitungan detik.

Edi Ronggo dan istrinya saat itu, almarhumah Susiati, mencari keluar rumah tidak berhasil menemukan tamu misterius tersebut.

"Saya cari keluar sudah tidak ada, keesokan harinya istri dapat mimpi yang tersirat dari kedua tamu misterius tersebut," ujarnya.

Edi yang juga pegiat seni itu menambahkan, dari mimpi istri tersebut ternyata tamu pada malam hari itu diduga kuat adalah sosok penghuni dua makam di depan rumahnya.

Seolah memberi pesan tersirat, agar Edi dan istri merawat membersihkan makam tersebut.

"Akhirnya tamu misterius itu terungkap, memberi pesan untuk merawat makam," bebernya mengenang.

Sekadar diketahui, Edi Ronggo sudah menempati rumah itu sejak tahun 1982. Susiati, istrinya, kemudian meninggal pada 2018.

Kala itu kondisi rumah masih menggunakan material bambu dan status tanah milik kakaknya.

Dulu masih ada pagar pembatas berupa tembok makam lalu dirobohkan atas persetujuan pihak terkait sekitar tahun 1997, karena minimnya sirkulasi udara.

Kemudian pada 2002 tanah dibeli, tahun 2004 rumah diperbaiki dalam bentuk bangunan seperti sekarang.

Di rumah warna hijau tersebut, Edi kini tinggal bersama istri kedua Nikensari (57) dan ketiga anaknya Winda Kristiani (37), Dwi Selfi Indrawati (28) dan Bagus Pamungkas Dutaningadil (19).

Tak ada yang aneh atas tempat tinggalnya itu, satu keluarga sudah terbiasa tinggal di tengah makam.

Pemandangan melihat kuburan berjajar padat sudah bukan hal menyeramkan, baik ketika akan keluar rumah maupun kembali selalu melewati kuburan, bisa dilakukan pagi hingga malam hari.

Sementara itu, beberapa hari yang lalu juga ada kejadian menggegerkan terkait makam di Blitar, Jawa Timur.

Kejadian langka dan membuat geger warga terjadi di Kelurahan Satreyan Kecamatan Kanigoro, Blitar.

Sebanyak 58 makam di pemakaman umum kelurahan itu dirusak orang tak dikenal.

Saat diketahui pada Kamis (16/2/2023) pagi, kondisinya porak-poranda karena batu bekas bangunan kijing itu hancur dan berserahkan di mana-mana.

Yang membuat geger, ditemukan surat di lokasi makam itu yang bertuliskan semacam peringatan dari orang yang diduga pelakunya.

"Maaf Pak juru kunci/Kamituwo awal kesepakatan makam/kuburan Glondong dilarang dikijing, hanya dua batu nusan saja...Camkan...! Dan, yang mengejutkan, surat itu ditanda tangani dengan nama Munkar dan Nakir.

Polisi sudah melakukan pengecekan ke lokasi dan membenarkan adanya peristiwa tersebut.

"Iya, kami sudah ke lokasi untuk mengeceknya dan memang benar. Cuma, yang perlu kami antisipasi jangan sampai menimbulkan dampak yang tak diinginkan," kata AKP Tri Wahyudi, Kapolsek Kanigoro.

Menurutnya, pihaknya belum bisa menyimpulkan apa motifnyq namun dulu atau sekitar tahun 2003 lalu, sajak lahan itu dijadikan Tempat Pemakaman Umum (TPU) Glondong, informasinya sudah ada larangan agar makam ity tak dibangun kijing. "Itu masih kami pelajari dan nantinya akan kami kumpulkan warga agar menemukan kesepakatan yang terbaik," ujarnya.

Meski tak langaung menimbulkan dampak yang luar biasa atas kwjadian itu namun itu bisa dibilang sebuah peristiwa langaka dan baru kali ini terjadi di Blitar.

Makanya, kabar pengrusakan makam itu langsung viral dan banyak orang penasaran sehingga diam-diam ada pengendara sepeda motor yang berhenti untuk melihatnya sebentar.

Sebab, lokasi makam umum itu tak jauh dari jalan raya Malang-Blitar yang lewat jalur depan perkantoran Pemkab Blitar yang baru (block office), di Kecamatan Kanigoro. Atau tepatnya letak makam itu di belakang Kantor Dispenduk Capil, yang dipisahkan dengan sungai kecil.

"Tak ada yang mengetahui kejadian itu namun dugaannya malam hari (karena tiap malam dalam aepekan ini hujan terus)," ungkapnya.

Itu diketahui Kamis pagi. Entah siapa yang mengetahui pertama kali namun kejadian itu langsung membuat warga kaget karena kok ada orang yang tega merusak makam meski orang itu memprotes pembangunan kijing di makam yang dirusak itu.

Dugaannya, pelaku melakukan aksinya dengan peralatan atau semacam palu buat memporak-porandakan bangunan kijing yang dibangun dengan permanen (plester).

Sumber: tribunnews

BERIKUTNYA
SEBELUMNYA