Rasis! Media-media Barat Sebut Pengungsi Ukraina Lebih Beradab dibanding Suriah dan Afghanistan

Rasis! Media-media Barat Sebut Pengungsi Ukraina Lebih Beradab dibanding Suriah dan Afghanistan

Gelora News
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO - Media-media Barat dikritik keras setelah menggaungkan narasi rasisme saat mewartakan tentang arus pengungsi dari Ukraina, negara yang sejak pekan lalu berjuang menghadapi invasi Rusia.

Beberapa media utama Barat, seperti BBC, ITV dan Daily Telegraph dari Inggris; CBS News di Amerika Serikat; BFM TV dari Prancis, dan bahkan Al Jazeera yang bermarkas di Qatar menyiarkan narasi rasisme, yang membandingkan pengungsi Ukraina dengan Suriah, Afghanistan serta Afrika.

Media-media Barat itu menggunakan kata-kata seperti mata biru, kulit putih, pirang dan bahkan lebih beradab ketimbang para pengungsi dari Irak, Suriah, Afghanistan atau Afrika.

Koresponden senior CBS News Charlie D'Agata, yang melaporkan dari Kiev pada Jumat (26/2/2022) misalnya menyebut Ukraine sebagai kota beradab di Eropa, "bukan seperti Irak atau Afghanistan, yang telah mengalami konflik selama puluhan tahun."

Ketika video laporannya itu viral, D'Agata yang adalah seorang wartawan perang veteran, akhirnya meminta maaf pada Sabtu kemarin (27/2/2022).

Sementara itu koresponden ITV, media asal Inggris, Lucy Watson membandingkan Ukraina dengan negara-negara dunia ketiga saat melaporkan nasib para pengungsi di Stasiun Kiev. Ia mengatakan bahwa apa yang terjadi pada Ukraina tak pernah dibayangkan sebelumnya.

"Ini bukan negara dunia ketiga. Ini Eropa," ujar Watson.

BBC, juga media asal Inggris, menyiarkan komentar mantan deputi jaksa agung Ukraina David Sakvarelidze, yang dengan penuh emosional menggambarkan kemalangan nasib orang-orang berambut pirang dan bermata biru di Ukraina.

"Ini sangat emosional karena saya melihat orang-orang Eropa bermata biru dan berambut pirang dibantai," cerita Sakvarelidze.

Daily Telegraph, surat kabar terkemuka Inggris, memuat opini Daniel Hannan yang adalah mantan anggota parlemen Eropa.

"Mereka seperti kita. Ini yang membuat semua ini sangat mengejutkan. Perang bukan lagi sesuatu yang mendatangi orang-orang terpencil yang terbelakang. Ini bisa terjadi pada semua orang," tulis Hannan.

Sementara koresponden NBC News, Kelly Cobiella dalam laporan langsungnya dari Ukraina dengan fasih mengatakan bahwa para pengungsi Ukraina bukan dari Suriah, "Mereka orang Kristen, berkulit putih."

Mungkin yang paling mengejutkan adalah Al Jazeera, media asal Timur Tengah yang turut menyiarkan narasi yang sama. Pada Minggu (27/2/2022), presenter berita Peter Dobbie mengatakan bahwa pengungsi Ukraina berasal dari kelas menengah yang makmur.

"Yang menarik adalah, lihat cara mereka berbusana. Mereka makmur, berasal dari kelas menengah. Jelas mereka bukan pengungsi yang berusaha kabur dari Timur Tengah atau Afrika Utara. Mereka mirip keluarga-keluarga Eropa biasa, yang Anda pun tak akan keberatan untuk bertetangga dengan mereka," ujar Dobbie dalam siaran langsung di Al Jazeera.

Stasiun tv Qatar itu belakangan meminta maaf dan mengatakan bahwa ucapan Dobbie itu tak pantas, tidak sensitif dan tak bertanggung jawab.

Rasisme yang vulgar dari media-media Barat dalam mewartakan kemalangan korban Perang Ukraina itu, menurut Denijal Jegic - peneliti komunikasi dan jurnalisme multimedia di Universitas Amerika, di Beirut, Lebanon sebagai konsep usang orientalis tentang keberadaban yang masih bertahan dalam diskursus kolonial Eropa.

"Menurut mereka perang adalah fenomena yang wajar jika terjadi di Timur Tengah, di luar Eropa dan Amerika. Bahwa perang biasa terjadi karena masyarakatnya tidak beradab, bukan karena distribusi kekuasaan geopolitik yang tidak berimbang atau karena intervensi asing," ulas Jegic seperti dilansir dari The Washington Post. []

Sumber: suara
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita