Program Food Estate Seluas 700 Hektare Diklaim sebagai Pemicu Banjir di Kalimantan

Program Food Estate Seluas 700 Hektare Diklaim sebagai Pemicu Banjir di Kalimantan

Gelora News
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO - Lahan seluas 700 hektare untuk proyek ketahanan pangan (Food Estate) di Kalimantan Tengah diklaim sebagai penyebab banjir.

Menurut Ketua Tim Kampanye Hutan Greenpeace Indonesia, Arie Rompas proyek penanaman singkong skala besar yang dinilai mampu menjadi lumbung pangan nasional telah menimbulkan sejumlah dampak yang buruk bagi masyarakat dan lingkungan sekitar, seperti terjadi di Palangka Raya.

Diketahui, proyek yang dipimpin oleh Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto itu menyebabkan resapan air berkurang, terutama di hulu daerah aliran sungai Kahayan.

“Proyek Food Estate singkong yang membuka hutan seluas kurang lebih 700 hektare berpengaruh terhadap daya dukung di wilayah resapan air di hulu daerah aliran sungai Kahayan,” ungkap Arie.

Menurutnya masalah pembukaan lahan di sekitar sungai Kahayan menjadi bagian yang penting. Sebab, tiga kabupaten di Kalteng dialiri oleh sungai tersebut. Salah satunya ibukota Kalteng.

“Kabupaten Gunung Mas, Pulau Pisau, dan kota Palangka Raya. Nah itu yang dialiri Sungai Kahayan,” imbuhnya.

Apabila penutup hutan di hulu berkurang, maka fungsi daerah tangkapan air (DTA) atau catchment area juga menjadi tidak maksimal.

“Itu mendorong terjadinya banjir, karena daya dukung dan daya tampung DAS menurun. Jadi ketika musim hujan, terjadi banjir,” imbuhnya.

Berdasarkan data Greenpeace, hutan primer di Palangka Raya hilang sekitar jutaan hektare dalam kurun waktu 2001-2020.

Tutupan hutan di sekitar Kahayan yang ada di Palangka Raya juga menurun drastis. Data Greenpeace menunjukkan, tahun 1990 tutupan hutan masih 969.836 hektare. Namun, pada 2020, tutupan hutan menjadi 570.847 hektare.

Perlu diketahui, sejak 1 September 2021 terjadi banjir di Palangka Raya selama 10 hari. Dilanjut mengalir ke Kabupaten Pisau dengan waktu selama 20 hari, yakni sejak 21 Agustus sampai 9 September 2021. [mpos]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita