Ungkap Kerjasama AS-ISIS, Fadli Zon: Tidak Ada Teror*s di Indonesia, Semua Dibuat-buat, Difabrikasi

Ungkap Kerjasama AS-ISIS, Fadli Zon: Tidak Ada Teror*s di Indonesia, Semua Dibuat-buat, Difabrikasi

Gelora News
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO - Politisi Gerindra Fadli Zon belakangan disorot usai meminta agar Densus 88 yang menangkapi teroris dibubarkan. Menurut dia, ada alasan kuat mengapa dia melontarkan hal itu.

Sebab dari hasil analisanya, kemunculan Densus 88 hanya merugikan kalangan Islam yang 100 persennya menyasar umat Islam. Padahal di satu sisi, teroris dianggap hanya sebuah hal yang dibuat-buat demi kepentingan semata.

Fadli Zon lantas coba masuk dari keganjilan standar ganda definisi terorisme di Indonesia. Menurut dia, ada ketidakjelasan.

“Kita punya UU Nomor 5 tahun 2018, saya ingat sekali ketika itu pembahasan paling alot tentang definisi terorisme. Dan akhirnya di dalam itu jelas disebutkan teroris adalah orang yang mengunakan kekerasan serta ancaman kekerasan dengan sasaran korban luas yang mengakibatkan kehancuran terhadap obyek vital strategis, fasilitas publik, dengan motif ideologi politik dan keamanan,” katanya dikutip Catatan Demokrasi, Kamis, 14 Oktober 2021.

Sementara dalam konteks separatisme, kata Fadli Zon, juga disebutkan melibatkan senjata di mana ikut masuk dalam definisi terorisme. Itu artinya, ada double standar soal terorisme di Tanah Air. Dan hal inilah yang kemudian menjadi keliru.

“Ini akhirnya yang jadi sasaran hampir 100 persen umat Islam, dan merugikan persatuan dan kesatuan. Padahal saya yakin Islam dimanapun di Indonesia itu moderat, menghargai agama lain. Dan itu yang terjadi,” katanya.

Fadli Zon: Teroris itu buatan

Dalam kesempatan itu, Fadli Zon lantas menyebut agar kita sebagai bangsa tidak menjadi korban operasi intelijen yang dipakai jaringan-jaringan internasional untuk kegiatan kerja-kerjanya.

Padahal di satu sisi, saat ini saja mereka sudah mulai meninggalkan kerja-kerja itu.
Sebut saja soal taliban, di mana Amerika Serikat bahkan sudah memberi keleluasaan dengan melakukan negosiasi kepada mereka dan kerjasama.

“Makanya tweet itu mulanya dari situ (soal Densus), kita harus lihat secara kontekstual suasana zaman, karena war and teror sudah selesai, dan cuma jadi obyek bisnis lur biasa tanpa audit.”

Sebagai bukti, Amerika bahkan memberikan senjata-senjatanya serta pesaat-pesawatnya pada Taliban. Dan sejak dulu, Amerika memang pernah bekerja sama dengan Taliban dan AlQaeda saat sama-sama melawan komunisme Soviet, termasuk ISIS.

“Jadi, jangan menari di gendang orang lain. Tidak ada teroris di Indonesia. Kalaupun ada bisa diselesaikan dengan cara lain. Kan sudah ada BIN, BNPT, dan Polisi, sudah lebih dari cukup itu. Kalau ini terus dilesatarikan jangan glorifikasi soal terorisme, karena treroris itu sebenarnya dibikin-bikin, dibuat-buat, difabrikasi,” katanya. [hops]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita