Pigai, Simak Pesan Ini Untukmu dari Saudara-saudara Kita Asal Papua di Jateng

Pigai, Simak Pesan Ini Untukmu dari Saudara-saudara Kita Asal Papua di Jateng

Gelora Media
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO - Cuitan kontroversial mantan Komisioner Komnas HAM, Natalius Pigai, mendapatkan tanggapan dari berbagai komunitas Papua di Jawa Tengah. 

Bahkan Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka menjamin keamanan dan kenyamanan warga Papua di Solo.

Kontroversi berawal dari cuitan Pigai yang menyebut kata Jawa Tengah hingga menyebut nama Jokowi dan Ganjar. Dia menuding adanya tindakan rasis kepada warga Papua.

"Jgn percaya org Jawa Tengah Jokowi & Ganjar. Mrk merampok kekayaan kita, mereka bunuh rakyat papua, injak2 harga diri bangsa Papua dgn kata2 rendahan Rasis, monyet & sampah. Kami bukan rendahan. kita lawan ketidakadilan sampai titik darah penghabisan. Sy Penentang Ketidakadilan)." demikian cuitan Pigai lewat akun Twitter miliknya, @NataliusPigai2 seperti dilihat detikcom, Sabtu (2/10).


Namun sebaliknya, berbagai komunitas Papua di Jawa Tengah justru tidak sepakat dengan Pigai. Mereka nyaman selama tinggal di Jawa Tengah.


Jaminan dari Gibran
Gibran menegaskan bahwa tidak ada tindakan rasialisme kepada warga Papua di Kota Solo. Dia pun menjamin keamanan dan kenyamanan masyarakat Papua yang tinggal di Kota Solo.

"Mereka aman dan nyaman di sini, bala kabeh (semua teman)," kata Gibran usai meninjau vaksinasi di Pura Mangkunegaran, Senin (4/10).

Putra sulung Presiden Joko Widodo itu menyebut ada banyak warga Papua yang tinggal di Solo. Mereka berada di Solo, antara lain untuk menempuh pendidikan.

"Banyak (warga Papua di Solo), mereka nyaman, banyak yang sekolah juga di sini, di Solo Technopark banyak," ujar dia.


Tanggapan warga Papua di Solo
Mendapatkan jaminan dari Gibean, warga Papua yang tinggal dan menempuh pendidikan di Solo memberikan apresiasi. Namun dia mengaku tetap waspada setelah adanya cuitan Pigai.

"Bisa lebih nyaman dengan adanya jaminan ini. Misalkan terjadi apa-apa bisa menyampaikan laporan. Tetapi, wacana seperti itu, tidak tahu tindakan di bawah seperti apa. Tidak ada tekanan enjoy saja, tetap ada kewaspadaan. Walaupun nyaman," ujar Yehud, salah seorang mahasiswa asal Papua di Solo, kepada detikcom, Senin (4/10).

Yehud mengatakan sejauh ini dia tidak merasakan dampak apapun atas ucapan Natalius Pigai yang menyerang orang Jawa Tengah dalam cuitannya. Namun demikian Yehud bukannya tidak khawatir jika sewaktu-waktu terjadi respons warga terhadap warga Papua atas ucapan Pigai tersebut.

"Pertama yang dirasakan itu (jika sampai ada) intimidasi, dampaknya bisa sangat besar, kalau tidak bisa ditanggulangi ujung-ujungnya rasis," ujarnya.

Ingatkan Pigai
Yehud adalah salah satu mahasiswa senior asal Papua yang menuntut ilmu di Solo. Dia dituakan oleh sesama mahasiswa asal Papua di Solo. Apalagi setelah organisasi resmi yang mewadahi para mahasiswa asal Papua di Solo bubar sejak 2019, Yehud semakin menjadi rujukan sikap teman-temannya.

"Sebagai orang Papua janganlah seperti itu. Kalau kritikannya itu saya tidak sependapat," ujar mahasiswa asal Papua di Solo, Yehud (29), kepada detikcom, Senin (4/10/2021).

Yehud pun menyayangkan perkataan Pigai yang ramai di media sosial. Menurutnya, sebagai seorang yang pernah menjabat di pemerintahan tidak seharusnya menyampaikan hal tersebut.


"Jangan sedikit-sedikit ada permasalahan sepele dipublikasi," ungkapnya.

Pasalnya, ada dampak tersendiri dari setiap yang diungkapkan oleh tokoh publik. Bahkan, bagi warga Papua lain yang tidak berkaitan dan tidak tahu-menahu seperti dirinya.


"Sebagai tokoh punya pemikiran yang luas dan menjaga kata-katanya dan perhatikan dampaknya bagi warga yang lain," ujarnya.


Pigai tidak mewakili warga Papua
Salah satu warga asal Merauke, Papua, yang sudah puluhan tahun hidup di Jawa Tengah. Gabriel Ndawi atau yang akrab disapa Gandi mengatakan cuitan itu tidak mewakili warga Papua.

"(Cuitan) Natalius Pigai tidak mewakili orang Papua. Orang Papua itu banyak, lho," kata Gabriel Ndawi di Semarang, Senin (4/10).

"Orang-orang di Jawa Tengah luar biasa. Saya hidup dengan orang Jawa Tengah puluhan tahun. Orang lain mau bicara orang Jawa Tengah gimana, terserah," ujarnya.


Gandi pun menjelaskan dirinya sudah ada di Yogyakarta dan Jawa Tengah sejak usia sekitar 20 tahun. Dia merasakan kehangatan di manapun ia tinggal.

"Kalau menganggap ada orang tidak baik, di seluruh dunia ada orang tidak baik," imbuhnya.(detik)
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita