Katanya Berbeda dengan Pemimpin Penipu, Profesor Singapura Ini Umbar Kehebatan Jokowi Bagai Dewa

Katanya Berbeda dengan Pemimpin Penipu, Profesor Singapura Ini Umbar Kehebatan Jokowi Bagai Dewa

Gelora News
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO - Sosok Preisden Joko Widodo dielu-elukan seorang profesor dari luar negeri, tepatnya dari National University of Singapore bernama Kishore Mahbubani.

Kishore mendewakan sosok Jokowi setinggi langit lantaran menganggap telah berhasil menjadi pemimpin jenius dan paling efektif di dunia.

Dalam tulisannya yang berjudul The Genius of Jokowi yang diterbitkan Project Syndicate, Kishore mengumbar kehebatan Jokowi dari sudut pandangnya, yang dia klaim juga diakui dunia.

"Keberhasilan Presiden Indonesia Joko Widodo layak mendapat pengakuan dan penghargaan yang lebih luas. Dia memberikan model pemerintahan yang baik yang dapat dipelajari oleh seluruh dunia," tulis Kishore sebagaimana dilansir Project Syndicate dan dikutip Jumat dini hari (8/10).

Menurut Kishore, Jokowi merupakan pemimpin yang lahir dari proses demokrasi yang baik. Berbeda dengan negara lain yang memakai sistem demokrasi tapi cenderung memilih pemimpin penipu.

Sebagai contoh, Kishore menyinggung soal keruntuhan pemerintahan Afghanistan baru-baru ini, yang ditumbangkan Thaliban dan disaksikan seluruh dunia.

"Tetapi ketika Indonesia, negara berpenduduk mayoritas Muslim terbesar, menghasilkan pemimpin yang dipilih secara demokratis paling efektif di dunia saat ini,  yang dikenal sebagai Jokowi," katanya.

Menurutnya, tidak ada orang di luar Indonesia yang mengetahui cerita kesuksesan Jokowi menjadi pemimpin Indonesia yang merupakan negara paling sulit di dunia untuk diperintah.

Karena dalam pandangannya, Indonesia membentang 5.125 kilometer dari timur ke barat, dan memiliki beragam etnis, suku serta budaya. Bahkan ia mengira, luasan pemerintah Jokowi lebih besar dari benua Amerika Serikat karena terdiri dari 17.508 pulau.

Melihat segi geografis pemerintahan negara Republik Indonesia (RI), Kishore menilai Jokowi bukan hanya sekadar telah memimpin dengan baik, tapi juga telah menetapkan standar pemerintahan baru yang seharusnya membuat iri negara-negara demokrasi besar lainnya.

Di matanya, Jokowi telah menjembatani kesenjangan politik Indonesia. Berbeda dengan Joe Biden, Presiden Amerika Serikat terpilih pada 2020 lalu, yang juga pernah menjabat sebagai senator selama 36 tahun namun belum bisa menyelesaikan masalah perpecahan di negeri Paman Sam.

Sementara, Jokowi dalam periode keduanya menunjukkan hal yang berbeda. Karena berhasil merangkul lawan politikya di Pilpres 2019 silam, yaitu Prabowo Subianto dan Sandiaga Salahuddin Uno, ke dalam Kabinet Indonesia Maju.

Selain itu, dia juga melihat peran Jokowi yang mampu membalikkan keadaan demokrasi politik Indonesia. Di mana, partai-partai paling Islamis menjadi inklusif. Keberhasilan ini, menurutnya, berbeda dengan Presiden Jair Bolsonaro yang justru memperkuat perpecahan di Brasil.

Dari situ, Kishore mengingat pernyataan Jokowi saat dirinya bertemu dalam sebuah wawancara belum lama ini, yang menekankan soal persatuan dan kesatuan bangsa dan negara Indonesia di dalam konstitusi.

"Pilar ketiga ideologi Indonesia, Pancasila, menekankan persatuan dalam keragaman. Untuk itu, pembangunan koalisinya yang terampil menyebabkan disahkannya Omnibus Law tahun lalu, yang bertujuan untuk meningkatkan investasi dan menciptakan lapangan kerja baru," demikian Kishore menyampaikan pernyataan Jokowi. (rmol)
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita