Isu PKI Laris karena Besarnya Dominasi China terhadap Indonesia

Isu PKI Laris karena Besarnya Dominasi China terhadap Indonesia

Gelora News
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO - Isu bangkitnya PKI atau komunis yang setiap tahun muncul pada bulan September hingga awal Oktober disebabkan antara lain hegemoni China di Indonesia dan mesranya hubungan kedua negara.

Demikian antara lain pendapat Direktur Median Rico Marbun dalam acara diskusi virtual NKRI dan Ancaman Komunisme Dalam Dinamika Geopolitik yang diselenggarakan oleh Gelora Talks, Rabu (6/10).

Rico kemudian memaparkan bahwa selama ini publik percaya bangkitnya komunis atau PKI di Indonesia, hal ini terekam sebanyak 46,5 persen publik percaya dan hanya 45 persen yang tidak percaya.

Adapun variabel lain mengapa isu PKI dan bengkitnya komunis ini laris dan sangat menjadi perhatian masyarakat, antara lain dikarenakan adanya tenaga asing dari China sebanyak 12,3 persen.

Lalu, lanjut Rico, banyak tokoh agama atau ulama yang ditangkap, kemudian Indonesia bergantung vaksin dari China yang mendapat suara responden sebesar 11,8 persen.

Selain itu ada juga isu China mencaplok Natuna yang direspon 9,4 persen responden, China menguasai ekonomi Indonesia 9 persen, sejarah tentang komunis itu dikaburkan 6 persen, banyak serangan ke penceramah 5 persen, usaha mengganti Pancasila 4,6 persen, konflik Laut China Selatan 4,5 persen, dan komunis tidak akan pernah mati 1,3 persen.

"Sementara mereka yang tidak percaya sebagian besar itu jawabannya itu homogen mengatakan bahwa komunis itu sebenarnya bagian dari sejarah,” imbuhnya.

Dari data tersebut, kata Rico, orang yang percaya akan komunis tersebut akan penting untuk didiskusikan. Pasalnya, jawaban publik atas respon kebangkitan komunis di Indonesia ditemukan tiga cara berpikir dari masyarakat Indonesia terkait isu komunisme.

"Cara berpikir pertama adalah mereka yang menganggap adanya hegemoni tiongkok, China di Indonesia, itu dianggap sama paralel dengan komunis gitu,” tutupnya. [rmol]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita