Intip Gaya Hidup Mewah Fredrich Yunadi yang Klaim Pendapatan Rp 25 M/Bulan

Intip Gaya Hidup Mewah Fredrich Yunadi yang Klaim Pendapatan Rp 25 M/Bulan

Gelora Media
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO - Fredrich Yunadi kembali menjadi buah bibir buntut kandasnya gugatan terhadap mantan kliennya, Setya Novanto. 

Sebab, muncul klaim Fredrich bahwa pendapatannya per bulan yang sebesar Rp 25 miliar.

Bermula saat Fredrich Yunadi menggugat Setya Novanto ke Pengadilan Negeri Jakarta Selatan (PN Jaksel). Ia menggugat Novanto terkait biaya jasa hukum. Namun Fredrich hanya bisa gigit jari usai gugatannya kandas.

Dari Sistem Informasi Penelusuran Perkara Pengadilan Negeri Jakarta Selatan (SIPP PN Jaksel) yang dikutip pada Jumat (8/10/2021), menyebutkan gugatan Fredrich tidak dapat diterima. Berikut kata PN Jaksel soal gugatan Fredrich itu.


"Dalam Eksepsi. Mengabulkan Eksepsi Para Tergugat Dalam Konpensi mengenai Penggugat Tidak Mempunyai Hak untuk Menggugat (Diskualifikasi in Person). Dalam Pokok Perkara. Menyatakan gugatan Penggugat Dalam Konpensi tidak dapat diterima (niet ontvantkelijke verklaard)," kata ketua majelis Agus Widodo.

"Dalam Rekonpensi. Menyatakan Gugatan Para Tergugat Rekonpensi tidak dapat diterima(niet ontvantkelijke verklaard). Dalam Konpensi dan Rekonpensi. Menghukum Penggugat Dalam Konpensi / Tergugat Dalam Rekonpensi untuk membayar biaya perkara yang hingga saat ini sejumlah Rp 826 ribu," sambung majelis.

Dengan vonis itu maka Fredrich pun tak jadi mengantongi Rp 2,2 triliun. Dalam gugatannya disebutkan Fredrich berpenghasilan Rp 25 miliar per bulan.

Berikut gugatan Fredrich terhadap Novanto:

1. Menyatakan perbuatan Tergugat I (Setya Novanto-red) dan Tergugat II (Deisti Astriani-istri Setya Novanto) yang tidak membayar seluruh biaya jasa kuasa hukum kepada penggugat merupakan perbuatan wanprestasi.

2. Menghukum Tergugat I (Setya Novanto-red) dan Tergugat II (Deisti Astriani-istri Setya Novanto) untuk membayar secara tunai, dan sekaligus segala kerugian kepada Penggugat dengan rincian sebagai berikut:

A. Kerugian Material:

a. Empat belas (14) Legal Action (upaya hukum) X Rp 2.000.000.000 per Legal Action (tiap upaya hukum) = Rp 28.000.000.000 - Rp 1.000.000.000 yang sudah dibayar = Rp 27.000.000.000;
b. Dua (2) persen x Rp 27.000.000.000 per bulan bilamana dihitung dengan nilai investasi suku bunga bank, terhitung sejak somasi disampaikan dan diterima Tergugat I pada bulan Oktober 2019 hingga putusan perkara ini berkekuatan hukum tetap;

B. Kerugian Immaterial:

Total Rp 2.256.125.000.000 dari perincian:

a. Satu (1) bulan pidana kurungan = Rp 62.500.000 X 90 bulan (total masa pidana kurungan PENGGUGAT) = Rp 5.625.000.000;
b. Uang tunai pembayaran denda sebesar Rp 500.000.000;
c. Kehilangan pemasukan nafkah sebesar Rp 25.000.000.000 per bulannya X 90 = Rp 2.250.000.000.000.

Terlepas dari itu, Fredrich pernah mengaku hidupnya memang penuh kemewahan.

Fredrich sendiri saat ini tengah menjalani hukuman terkait perkara merintangi penyidikan KPK. Dituntut 12 tahun penjara, Fredrich divonis 7 tahun penjara. MA menambah hukuman Fredrich selama 6 bulan penjara. Total, ia harus menghuni penjara selama 7,5 tahun.

Terlepas dari itu gaya hidup mewah Fredrich pernah menjadi sorotan. Namun kala itu dia meminta hal tersebut tidak terlalu dibesar-besarkan.


Fredrich mengatakan hal tersebut saat dihubungi detikcom lewat telepon, Selasa (28/11/2017). Bagi dia, gaya hidup mewahnya adalah urusan pribadi, bukan urusan orang lain.

Diceritakan Fredrich, sebelum Setya Novanto jadi kliennya, dia sudah hidup berkecukupan. "Warisan saya saja untuk 10 turunan juga nggak habis kok. Supaya tahu. Jadi jangan kira saya ini 'OKB' (orang kaya baru, red)," katanya.

Fredrich menyebut dirinya sudah 40 tahun malang melintang menjadi advokat di Indonesia. Sudah banyak kasus yang dia tangani, ratusan di antaranya kasus-kasus 'kelas kakap'.

"Cek saja reputasi saya, perkara apa yang saya pegang selama ini. Heboh kan dulu semua. Pelindo saya pegang rame. Terus waktu Pak Susno Duaji, Pak BG (Jenderal Budi Gunawan, red) itu kan bikin gempar semua, yang saya bisa ngubah sejarah, tersangka bisa dipraper (praperadilan). Kan itu yang ngubah sejarah kan saya. Tapi kan saya tidak pernah mengatakan sesuatu, saya hebat. Kan nggak. Saya melakukan apa yang saya anggap benar dan saya pertahankan prinsip saya. Kalau menang-kalah itu kan terserah daripada masing-masing penilaian," katanya.

Karena itu, menurut Fredrich, wajar-wajar saja jika dirinya bisa hidup lebih dari cukup. Soal barang-barang mewah atau liburan mewah, baginya, itu adalah hobi. Fredrich menyebut dirinya mengoleksi sejumlah barang mewah, termasuk mobil dan motor gede. Dia juga suka memakai barang-barang branded untuk sehari-hari, dari baju, sepatu, tas, hingga jam tangan.

"Tas saya setiap hari saya ganti, lha tasnya memang banyak. Baju, arloji, setiap hari saya ganti. Saya bukan pamer, tapi saya pakai. Itu kan sehari-hari saja. Jadi supaya dimaklumi, saya bukan pamer, saya memang sehari-hari begitu," ujarnya.

"Jadi kategori pamer atau tidak itu kan bagi orang jealous, karena tidak mampu. Dia lihat timbul suatu iri hati. Saya rasa biasa-biasa saja. Seperti Hotman Paris, dia pakai Ferrari, kemudian Lamborghini, apa dia pamer? Seperti Hotma Sitompul pakai Rolls-Royce, Bentley, apa dia pamer? Nggak. Memang sehari-hari dia pakai itu. Kalau saya hari minggu pakai Ferrari, kemudian saya pamer? Ya saya memang pakai kok, memang punya saya dan saya sebelum kenal SN (Setya Novanto) sudah punya semua," sambungnya.

Gaya hidup Fredrich juga bisa dilihat lewat akun Instagram-nya, @yunadi. Di situ ada sejumlah fotonya saat jalan-jalan ke luar negeri bersama keluarga atau saat dirinya mengendarai motor gede alias moge Harley-Davidson.

"Motor saya Harley. Harley saya ada 4. Satu motor Harley harganya ada Rp 2 miliar, apa saya pamer? Memang saya suka kok," ucapnya.

"Ya kalau Anda merasa iri ya berarti nggak mampu dong. Anda coba kerja yang baik supaya bisa beli juga. Kan gitu. Kalau belum mampu, bukan jadi dengki atau jealous, tapi harus memacu untuk lebih giat bekerja," ucapnya.

Travelling Keliling Dunia
Fredrich juga bicara soal hobilnya jalan-jalan. Saat ada waktu berlibur, dia kerap terbang ke luar negeri membawa istri serta 5 anaknya. Dia suka mendatangi tempat-tempat yang tidak ada duanya di dunia.

Saat ke luar negeri, Fredrich mengaku selalu memakai pesawat dengan layanan first class. Baginya, ini bukan soal gaya, melainkan kenyamanan, apalagi usianya tidak lagi muda. Dia tidak mau perjalanannya jadi susah.


"Saya ke luar negeri kan ajak keluarga besar saya. Anak saya saja 5 orang. Kalau sekali berangkat 7 orang. Bayangkan tiketnya saja berapa duit. Misal ke Amerika bisa 30 jam. Otomatis dong saya pakai first class. Lha kalau first class Jakarta-Amerika PP sudah Rp 300 juta 1 orang. Kalau 7 orang sudah berapa? Kan bisa dihitung berapa," katanya.

"Kalau nginap di hotel, saya tidak mau risiko. Saya pasti nginap di hotel bintang 5, bintang 6. Kan gitu. Saya mesti minta kamarnya besar. Karena apa? Karena saya itu liburan mau menikmati. Masak liburan mau menghemat, lebih baik nggak liburan. Begitu prinsip saya," ucapnya lagi.



Fredrich mengatakan ada banyak tempat menarik di dunia yang sudah dia kunjungi. Salah satunya Norwegia. Dia juga merogoh kocek yang tidak sedikit demi mendapatkan pengalaman yang tidak terlupakan.

"Seperti saya ke Norway ke ice hotel. Itu dari gedungnya, tembok, meja, kursi, semuanya dari es abadi. Itu 1 malam bisa USD 5.000 satu kamar. Orang Indonesia yang pernah nginap di sana mungkin cuma berapa orang saja," ujarnya bangga.

Bagi Fredrich, ada kebanggaan tersendiri baginya saat membawa keluarga jalan-jalan ke luar negeri. Sebab, bagi dia, tujuannya bekerja keras selama ini adalah menyenangkan keluarganya.

"Kalau orang tanya ke saya, 'Apa Pak harta yang paling berharga di dunia untuk Pak Fredrich?' Saya bilang, harta bagi saya di dunia yang termahal itu adalah keluarga saya," ujarnya.(detik)
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita