Curhat Yusril Pernah 'Dikhianati' Tiga Presiden

Curhat Yusril Pernah 'Dikhianati' Tiga Presiden

Gelora News
facebook twitter whatsapp



GELORA.CO - Pakar hukum tata negara Prof Yusril Ihza Mahendra mengungkapkan, dalam politik, banyak hal tak bisa diduga dan terkadang sangat kejam. Dalam batas tertentu, politik juga tidak bicara balas budi. Bisa jadi ada pihak-pihak yang semula menjadi kawan seiring dan telah banyak berjuang tapi kemudian ditinggalkan dan dilupakan begitu saja. "Saya sudah sering mengalami hal seperti itu," kata Yusril, yang juga Ketua Umum Partai Bulan Bintang dalam Blak-blakan di detikcom, Rabu (13/10/2021).

Ketika menjadi kuasa hukum pasangan Jokowi-KH Ma'ruf Amin menghadapi gugatan Prabowo-Sandiaga S Uno di Mahkamah Konstitusi, kata Yusril, dia pernah menyampaikan hal semacam itu kepada Dahnil Azhar Simanjuntak. Setelah MK menolak gugatan Prabowo yang didukung Dahnil, apa yang disampaikan benar terjadi. Jokowi sebagai presiden merangkul Prabowo sebagai Menteri Pertahanan, lalu Dahnil dijadikan Prabowo sebagai juru bicara Menteri Pertahanan.

"Politik itu bisa berbalik. Saya yang mati-matian membela Pak Jokowi melawan Pak Prabowo nanti bisa-bisa Prabowo dan Anda yang menikmatinya dan kami semua akan ditinggalkan di belakang. Saya pikir itulah yang terjadi," papar Yusril.

Saat menjadi kuasa hukum Jokowi-Ma'ruf Amin, Yusril tidak meminta bayaran alias probono. Dia pun tak berharap imbalan dalam bentuk lain, termasuk menjadi anggota kabinet. "Pak Jokowi memang berterima kasih kepada saya, tapi tidak menawarkan masuk kabinet. Saya pun memang tidak meminta," ujarnya.

Pada 1999, ketika MPR menolak pertanggungjawaban Presiden BJ Habibie, Yusril Ihza Mahendra pernah menjadi calon presiden yang diajukan Partai Bulan Bintang. Tapi kemudian, oleh kelompok Poros Tengah, yang dimotori Amien Rais, dia diminta mundur. Hal itu agar memuluskan KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) berhadapan dengan Megawati. Atas kehendak Illahi, Gus Dur memenangkan voting dan terpilih menjadi presiden. Yusril kemudian dipilih menjadi menteri, tapi baru beberapa waktu dicopot.

"Saya sempat berpikir Anda (Gus Dur) ini saya beri kesempatan untuk maju, tapi sekarang memberhentikan saya sebagai menteri dengan cara seperti ini," kenang Yusril.

Lima tahun kemudian, pada pemilihan presiden langsung, PBB yang dipimpinnya termasuk yang mengusung pencalonan Susilo Bambang Yudhoyono-Jusuf Kalla sebagai calon presiden dan wakil presiden. Dukungan tersebut memberi warna adanya dukungan kelompok Islam terhadap duet tersebut. Selain Partai Demokrat dan PBB, kemudian masuk Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI) pimpinan mantan Menhankam Jenderal (Purn) Edi Sudrajat.

Pada putaran kedua pilpres, sejumlah parpol berbalik mendukung SBY-JK melawan Megawati-KH Hasyim Muzadi. Para pendukung baru justru terlihat seperti yang paling berjasa, sedangkan Yusril seperti dinihilkan.

"Saat itu kan lalu muncul sosok Andi Mallarangeng, yang sebelumnya ada di kubu lawan, malah jadi jubir Presiden. Saya jadi Menteri Sekretaris Negara tapi pada 2007 dia berhentikan saya," kata Yusril diiringi tawa.

Tak lama kemudian memang dia mendapat tawaran untuk Menjadi Menteri Dalam Negeri menggantikan M Ma'ruf yang sakit permanen akibat stroke. Juga pernah ditawari menjadi duta besar di Malaysia, dan empat kali ditawari menjadi Ketua Mahkamah Konstitusi. Tapi semua jabatan yang ditawarkan itu ditolak Yusril. [detik]

BERIKUTNYA
SEBELUMNYA