Tanpa Hiburan

Tanpa Hiburan

Gelora News
facebook twitter whatsapp



Oleh: Dahlan Iskan

SAYA titip pertanyaan ini kepada Si Cantik dokter ahli kandungan di Palembang itu. “Apakah Heryanti sudah minta maaf kepada Irjen Pol Eko Indra Heri?”

Sebenarnya dr Siti Mirza Nuria sudah malas menghubungi putri bungsu almarhum Akidi Tio itu. Tapi sang dokter merasa seperti saya: kasihan pada sang Kapolda. Sampai diberhentikan dari jabatan yang begitu terhormat. Dan kini hanya “parkir” di Mabes Polri.

Saya memang terus mendorong agar Heryanti mau minta maaf kepada Kapolda itu. “Kan gara-gara Anda Kapolda sampai diberhentikan,” ujar dr Nur kepada Heryanti.

Heryanti ternyata mau menjawab pertanyaan itu. “Dia bilang sudah minta maaf,” ujar dr Nur mengutip jawaban sahabatnya itu.

Saya titip pertanyaan berikutnya lagi: “Minta maafnya pakai WA, telepon, atau langsung menemui Kapolda?” tanya saya.

Sang dokter meneruskan pertanyaan susulan itu. Dan ini jawab Heryanti: secara pribadi sudah menemui Kapolda dan sudah minta maaf.

“Tapi saya meragukan jawaban Heryanti itu,” ujar Sang dokter. “Saya cek ke teman-teman, Heryanti belum menemui Pak Eko,” tambahnya.

Hebatnya, menurut dr Nur, Heryanti juga mengatakan akan meminta maaf secara lebih luas lagi. Lewat media. Itu akan dia lakukan kalau dana yang ada di Singapura sudah cair. Dan sumbangan Rp 2 triliun itu sudah dia realisasikan. “Mungkin jumlahnya tidak seperti yang diharapkan semula, tapi akan saya bayar,” ujarnya kepada dr Nur.

Lima hari lalu Heryanti juga masih menghubungi dr Nur. Ada kabar baik hari itu. Menurut Heryanti, tim yang menangani dana bapaknya yang di bank di Singapura itu sudah tiba di Palembang. “Tapi mereka masih istirahat. Baru menjelang Subuh tadi tiba,” ujar Heryanti kepada dr Nur.

“Saya sempat berharap uang saya akan dia kembalikan,” ujar dr Nur.

Lalu saya sampaikan padanya bahwa jangan dulu berharap. Bisa kecewa. “Bagaimana bisa tim itu tiba di Palembang menjelang subuh? Jalan Darat? Dari Jakarta?” kata saya pada dr Nur.

Ketahuan sekali bohongnya. Terbukti. Ternyata janji kali ini pun meleset. “Mungkin sudah meleset yang ke 200 kalinya,” ujar dr Nur.

Mungkin Heryanti sangat berharap agar dr Nur mencabut pengaduannya ke Polda Sumsel.

Saya tetap minta pada dr Nur untuk terus menjaga kontak dengan Heryanti. Tanpa harus berharap uangnya yang hampir Rp 3 miliar dibayar.

Terasa sekali Heryanti punya kepentingan untuk terus menghubungi dr Nur. Seminggu bisa tiga-empat kali. Agar sang dokter mau mencabut pengaduannya ke Polda Sumsel. “Saya akan cabut. Tapi kalau sudah dibayar,” ujar dr Nur kepada Heryanti berkali-kali.

Sampai kemarin polisi masih belum memeriksa Heryanti. Polda pernah memanggil Heryanti. Gagal. Yang dipanggil tiba-tiba sakit. Sampai pingsan.

Tapi ada perkembangan baru: Rabu kemarin Heryanti dijemput polisi. Dia dibawa ke Rumah Sakit Ernaldi Bahar. Di situ Heryanti tidak hanya diperiksa fisiknya, tapi juga jiwanya.

RS Ernaldi Bahar memang rumah sakit jiwa. Milik Pemprov Sumsel. Dulunya di Km 5 arah Jambi. Sejak sekitar 10 tahun lalu pindah lebih jauh: Km 12. Sedang lokasi lama dijadikan RSUD Siti Fatimah.

Polisi memang baru akan memeriksa Heryanti kalau dia dinyatakan sehat jasmani-rohani. Hasil pemeriksaan itu baru lengkap 14 hari setelah Rabu kemarin.

Heryanti sendiri tidak pernah kelihatan keluar rumah. Wartawan Sumatera Ekspres yang tiap hari melongok ke rumah Heryanti mendapati rumah itu selalu tertutup. Hanya polisi yang masih terus berjaga di dekat rumah itu. Tanpa pakaian dinas. “Agar dia dipastikan tetap ada di rumah,” ujar petugas tersebut.

Sebenarnya saya berharap ada hiburan baru dari sumbangan Rp 2 triliun tanggal 26 Juli lalu itu. Tapi hiburan mahal rupanya memang tidak bisa sering-sering ada.

BERIKUTNYA
SEBELUMNYA