Survei Median: 46,4% Percaya Komunis Bangkit, Tendensi China Ingin Dominasi RI

Survei Median: 46,4% Percaya Komunis Bangkit, Tendensi China Ingin Dominasi RI

Gelora News
facebook twitter whatsapp



GELORA.CO - Lembaga survei Median merilis survei dengan tema 'Persepsi Publik Atas Isu Komunisme dan Reshuffle Kabinet'. Direktur Eksekutif Median, Rico Marbun, mengatakan isu kebangkitan komunisme dan PKI selalu menghangat dari tahun ke tahun, terutama sekitar bulan September dan Oktober, dan selalu ditarik ke ranah politik.

Berdasarkan hasil survei, Rico mengungkapkan sebesar 46,4% masyarakat percaya terhadap isu kebangkitan komunisme dan PKI.

"Jumlah yang percaya terhadap isu kebangkitan komunisme cukup besar berkisar 46,4%. Percaya 28,5% dan sangat percaya 17,9 persen," kata Rico dalam rilis yang digelar secara virtual, Kamis (30/9).
Sementara yang tidak percaya terhadap isu kebangkitan komunisme dan PKI sebesar 45%. Dengan demikian, ada selisih sekitar 1,4% antara yang percaya dan yang tidak percaya.

Survei kemudian dilanjutkan dengan menanyakan alasan masyarakat percaya isu kebangkitan komunisme dan PKI. Rico menjelaskan sebanyak 12,3% menilai karena ada TKA China dan proyek-proyek China yang sedang dikerjakan di Indonesia.

"Kemudian 12% menyatakan karena ulama banyak ditangkap, 11,8% karena Indonesia tergantung vaksin dari China, negara China ingin mencaplok Natuna 9,4%, sejarah tentang komunis dikaburkan 6,6%, banyak serangan ke penceramah 5,4%, dan komunis tidak akan pernah mati 1,3%," ungkapnya.

Berdasarkan alasan-alasan yang disampaikan masyarakat, Rico pun membaginya dalam dua faktor, yaitu dalam negeri dan luar negeri. Dari faktor itu pula, terlihat bahwa tidak ada alasan yang secara spesifik menunjuk kepada komunisme atau PKI sebagai organisasi.

"Tetapi sebenarnya lebih kepada adanya tendensi dominasi di dalam pikiran publik, terutama kegiatan ekonomi dari salah satu negara, yaitu Tiongkok di Indonesia. Kayak TKA China, proyek China banyak di Indonesia, vaksin, China menguasai ekonomi Indonesia, itu adalah pandangan publik [terkait] ada satu negara dipersepsi ingin mendominasi Indonesia," jelasnya.

"Baru kemudian ada juga terkait dengan situasi-situasi domestik seperti misalnya publik merasa ada penangkapan-penangkapan ulama, kemudian sejarah tentang komunis, perdebatan tentang pemutaran film G30S/PKI, atau terakhir tentang diorama di Kostrad, dan serangan ke penceramah dan lain-lain, termasuk mengganti Pancasila dan trisilia," lanjutnya.

Sementara alasan masyarakat yang tidak percaya dengan kebangkitan komunisme dan PKI, 18% menyatakan komunisme sudah tidak ada lagi. Kemudian 14,5% menyatakan PKI sudah tidak ada, 10% menyatakan sudah menjadi sejarah, 8,5% menyatakan Indonesia memiliki Pancasila, 6,6% menyatakan kepentingan politik, 5,7% menyatakan siasat adu domba, dan 3% menyatakan hoaks.

"Jadi ada perbedaan persepsi terhadap cara berpikir mengapa komunisme bangkit dan tidak bangkit. Yang tidak percaya karena alasan sejarah dan yang percaya banyak sekali yang terkait situasi geo politik, sebagian dinamika dalam negeri, dan lebih banyak karena aktivitas negara dalam hal ini China," pungkasnya.

Pengambilan data survei ini dilakukan pada 19-26 Agustus dengan jumlah sampel sebanyak 1.000 responden, dengan margin of error sebesar 3% dan tingkat kepercayaan 95%.

Sampel dipilih secara random dengan teknik Multistage Random Sampling dan proporsional atas populasi provinsi dan gender. [kumparan]

BERIKUTNYA
SEBELUMNYA