Mantan Pangkostrad AY Nasution Merasa Berdosa Bikin Patung Soeharto di Museum Dharma Bhakti

Mantan Pangkostrad AY Nasution Merasa Berdosa Bikin Patung Soeharto di Museum Dharma Bhakti

Gelora News
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO - Mantan Panglima TNI Jenderal (purn) Gatot Nurmantyo mengaitkan hilangnya patung Soeharto serta patung tokoh-tokoh militer terdahulu dari Markas Kostrad, Gambir, Jakarta Pusat, dengan penyusupan paham komunisme di tubuh TNI. Kostrad memberikan penjelasan bahwa pembongkaran patung merupakan inisiatif mantan Panglima Kostrad (Pangkostrad) Letnan Jenderal TNI (Purn) Azmyn Yusri Nasution.

"Bahwa tidak benar Kostrad mempunyai ide untuk membongkar patung Pak Harto, Pak Sarwo Edhie, dan Pak Nasution yang ada dalam ruang kerja Pak Harto di Museum Dharma Bhakti di Markas Kostrad," ujar Kepala Penerangan Kostrad Kolonel Inf Haryantana dalam keterangan, Senin (28/9/2021).

Azmyn Yusri Nasution merupakan penggagas pembuatan patung Soeharto dkk. Pembuatan patung dilakukan kala Azmyn Yusri Nasution menjabat Pangkostrad, sejak 9 Agustus 2011 hingga 13 Maret 2012.

Selanjutnya, Azmyn Yusri Nasution berinisiatif menemui Pangkostrad Letjen Dudung Abdurachman untuk meminta izin membongkar patung-patung tersebut.

"Letnan Jenderal TNI (purn) Azmyn Yusri Nasution meminta untuk patung-patung yang telah dibuatnya untuk dibongkar demi ketenangan lahir dan batin, sehingga pihak Kostrad mempersilakan," sambung Haryanta.

Dudung Abdurachman sendiri angkat bicara terkait pembongkaran patung itu. Dudung menyebut Azmyn Yusri Nasution merasa berdosa karena membuat patung Soeharto dkk.

"Kini patung tersebut, diambil oleh penggagasnya, Letjen TNI (Purn) AY Nasution yang meminta izin kepada saya selaku Panglima Kostrad saat ini. Saya hargai alasan pribadi Letjen TNI (Purn) AY Nasution, yang merasa berdosa membuat patung-patung tersebut menurut keyakinan agamanya. Jadi, saya tidak bisa menolak permintaan yang bersangkutan," tutur Dudung.

Dudung menepis jika pengambilan patung itu disimpulkan TNI melupakan peristiwa G-30S-PKI. Dudung menegaskan pihaknya tak pernah melupakan peristiwa itu.

"Jika penarikan tiga patung itu kemudian disimpulkan bahwa kami melupakan peristiwa sejarah pemberontakan G-30S-PKI tahun 1965, itu sama sekali tidak benar. Saya dan Letjen TNI (Purn) AY Nasution mempunyai komitmen yang sama tidak akan melupakan peristiwa terbunuhnya para jenderal senior TNI AD dan perwira pertama Kapten Piere Tendean dalam peristiwa itu," kata Dudung. [detik]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita