Dokter Pencampur Sp*rma Alami Kelainan Jiwa, Polisi: Kasus Jalan Terus

Dokter Pencampur Sp*rma Alami Kelainan Jiwa, Polisi: Kasus Jalan Terus

Gelora News
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO - Kasus pelecehan yang dilakukan oknum dokter di Kota Semarang dengan mencampurkan sperma mlliknya ke makanan istri rekannya terus bergulir. Tim dari salah satu rumah sakit di Semarang telah menyelesaikan pemeriksaan kepada oknum dokter tersebut dengan hasil menderita kelainan jiwa.

Demikian disampaikan Kabidhumas Polda Jawa Tengah, Kombes Pol M Iqbal Alqudusy. Dia menjelaskan dokter bernisial DP itu diperiksa kejiwaannya selama dua pekan. 

"Pemeriksaan kejiwaan dokter DP dilakukan selama dua minggu oleh tim pemeriksa yang terdiri dari psikolog, psikiater serta beberapa dokter lain. Hasilnya, dia dinyatakan mengidap kelainan kejiwaan,” kata Iqbal di Polda Jawa Tengah, Semarang, Jumat, 17 September 2021.

Dia menambahkan dari keterangan pelaku diketahui DP mengalami trauma psikologis saat masih kecil karena lingkungan keluarga yang kurang harmonis. 

Meski demikian, kondisi kejiwaan dokter DP tidak terlalu berdampak pada aktivitas normalnya. Menurut dia, DP  dinyatakan masih bisa beraktivitas seperti kebanyakan orang.

Dengan hasil itu, lanjutnya, tim penyidik telah memenuhi persyaratan pemeriksaan kejiwaan tersangka. Artinya kasus yang menjerat DP akan jalan terus. Kemudian, berkas penyidikan kembali dilimpahkan ke Kejaksaan Negeri Semarang. "Rabu kemarin, berkas sudah kami limpahkan kembali ke Kejari," lanjut Iqbal.

Sebelumnya, seorang dokter berinisial DP diamankan polisi karena laporan istri temannya. Dokter itutepergok mencampurkan spermanya ke makanan korban. Kasus itu terungkap setelah DW, istri temannya itu curiga karena makanan yang sering berubah bentuk dan tudung saji di atas meja rumah kontrakannya sering berubah posisi. 

Korban yang penasaran kemudian berinisiatif merekam situasi di tempat makan menggunakan iPad miliknya. 

Dari rekaman iPad itu, diketahui saat korban mandi, DP tampak keluar dari kamar mandi lain dan tiba-tiba melakukan onani. Setelah klimaks, dia mencampurkan spermanya ke dalam makanan milik DW.

Atas kejadian yang diduga sudah dilakukan berulang kali, DW pun mengalami trauma berat. Korban alami gangguan makan, gangguan tidur dan emosi tidak stabil. Menurut perwakilan Legal Resource Center untuk Keadilan Jender dan Hak Asasi Manusia (LRC KJHAM), Nia Lishayati, korban DW sejak Oktober 2020 harus minum obat anti depresan yang diresepkan psikiatri. 

Selain itu, korban juga mersti melakukan pemeriksaan dan mengkonsumsi obat antidepresan selama beberapa bulan kedepan. Selain ke psikiatri, korban juga melakukan pemulihan psikologis ke psikolog.[viva]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita