Bantah Pernyataan BBWSC3 Soal Penyebab Banjir, Warga Bantaran Sungai Beberkan Hal Ini

Bantah Pernyataan BBWSC3 Soal Penyebab Banjir, Warga Bantaran Sungai Beberkan Hal Ini

Gelora Media
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO - Warga bantaran sungai bantah pernyataan BBWSC3 atau Balai Besar Wilayah Sungai Cidanau, Ciujung, Cidurian yang menyatakan bahwa penyebab banjir yang terjadi pada Selasa (14/9/2021) lalu akibat masyarakat menolak pembangunan pintu pada intake.

Bantahan atas pernyataan BBWSC3 itu diungkapkan Amrin Fasa salah satu perwakilan warga bantaran Sungai Ciujung yang terdampak akibat pembangunan intake.

“Pernyataan BBWSC3 bahwa terjadinya banjir karena adanya penolakan dari masyarakat, saya pikir itu pernyataan yang tidak bertanggungjawab padahal itu atas dasar kesepakatan yang kemudian dimediasi oleh Polres dan kami juga meminta pada kesepakatan itu untuk segera diperbaiki karena ini akan terjadi yang dikhawatirkan banjir kemudian ini juga pencemaran,” ujarnya saat konferensi pers di Alun-alun Barat, Kota Serang, Kamis (16/9/2021).

Diketahui, pernyataan warga bantaran sungai itu dihadiri oleh 10 perwakilan masyarakat dari beberapa kecamatan yang terdampak pembangunan intake yaitu dari Kecamatan Tirtayasa ada Desa Pontang Legon, Desa Kebuyutan, Desa Kemanisan.

Selanjutnya, dari Kecamatan Pontang ada Desa Singarajan, Desa Keserangan, Desa Domas, Desa Wanayasa, Desa Pontang, dan Desa Sampang, kemudian Desa Pegandikan, Kecamatan Lebakwangi.

Untuk diketahui terdapat 14 desa yang terdampak proyek intake tersebut. Dikatakan Amrin, pihaknya mendukung proyek long storage namun pihaknya menentang dengan pengadaan air baku yang mengambil air dari Ciujung Baru dikarenakan air yang berada di Ciujung Baru sudah tercemar.

“Proyek long storage, long storage pembuatan tandon air baku. Itu semua masyarakat setuju tapi ada satu hal di sini adalah intake ini yang bermasalah. Jadi intake itu bangunan dan konstruksi penangkap air dari Ciujung Baru ke Ciujung Lama, problemnya ini tercemar. Walau ada pintu-pintu segala macam tapi tidak bisa menyakini masyarakat bahwa ini akan aman,” jelasnya.

Senada dengan Amrin Fasa, Kholid menyebutkan masyarakat memahami dengan adanya pintu-pintu air yang akan dibangun namun seharusnya pihak BBWSC3 dapat mengkaji ulang pembangunan tersebut.

“Masyarakat paham di sana ada pintu-pintu air cuma persoalannya pernah gak BBWS menghitung atau sudah tahu debit air tertinggi pada musim hujan. Masyarakat itu tahu ketika musim hujan, Ciujung Baru itu ketika musim hujan debit airnya tingginya sampai bibir jalan. Sementara yang mereka sebut pintu itu antara permukaan tanah di berem itu cuma setengah meter,” tandasnya.[suara]

BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita