Punya Dua Sultan, Pangeran Kuda Putih Minta Keraton Kasepuhan Cirebon Ditutup Sementara

Punya Dua Sultan, Pangeran Kuda Putih Minta Keraton Kasepuhan Cirebon Ditutup Sementara

Gelora Media
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO - Polemik tahta Kasultanan Kasepuhan Cirebon masih terus bergulir. Setelah insiden penyegelan Pintu Gerbang Keraton Kasepuhan oleh kelompok orang yang mengaku trah keturunan Sunan Gunung Jati, kini Raden Rahardjo Djali kembali mengukuhkan diri menjadi Sultan Sepuh Keraton Kasepuhan Cirebon.

Sebelumnya, pada kamis (06/082020) yang lalu, diketahui Raden H Rahardjo Djali mengukuhkan dirinya sebagai polmak atau pejabat sementara menggantikan Almarhum Sultan Sepuh ke XIV Pra Arief Natadiningrat.

Kini pada hari Rabu (18/08/2021) kemarin Raden H. Rahardjo Djali cucu dari Sultan Sepuh ke XI Keraton Kasepuhan Cirebon, PRA Tadjoel Arifin Djamaludin, kembali mengukuhkan dirinya sebagai Sultan Sepuh Keraton Kasepuhan Cirebon, dengan gelar Sultan Aloeda II.

Kegiatan pengukuhan Raden H. Rahardjo Djali menjadi Sultan Sepuh Keraton Kasepuhan Cirebon, dengan gelar Sultan Aloeda II. Yang digelar melalui prosesi Jumenengan yang dilaksanakan di Umah Kulon yang masih berada Komplek Keraton Kasepuhan Cirebon

Sehingga, Keraton Kasepuhan Cirebon saat ini memiliki dua Sultan. Yang pertama Sultan Sepuh XV, Luqman Zulkaedin dan yang kedua, Raden Rahardjo Djali sebagai Sultan Aloeda II, yang baru jumenengan pada Rabu (18/08/2021) di Umah Kulon, milik Keluarga Elang Upi.

"Kemarin, benar kami gelar prosesi Jumenengan di umah kulon kediaman Elang Upi. Dengan dihadiri Dewan Kalungguhan, sejumlah kiai dan perwakilan warga keraton," kata Raden Rahardjo Djali atau Sultan Aloeda II. Kamis (19/08/2021)

Dijelaskan Raden H Rahardjo Djali, ia akan mengambil alih kebijakan-kebijakan yang ada di Keraton Kasepuhan Cirebon dan akan melakukan perbaikan-perbaikan seluruh aset di lingkungan Keraton Kasepuhan Cirebon.

"Tiga bulan pertama, kami akan mulai merencanakan kerja dan memperbaiki kebijakan yang ada di Keraton Kasepuhan Cirebon," katanya.

Pihaknya juga akan melantik perangkat pelaksana termasuk menginventarisir aset dan pusaka keraton yang selama ini diduga disalahgunakan oleh Sultan sebelumnya.

"Dalam waktu dekat, kami akan melantik perangkat pelaksana untuk menginventarisir aset-aset pusaka keraton yang selama ini tidak jelas kegunaanya, " katanya.

Sementara itu, Pangeran Kuda Putih dari Keluarga Santana Kesultanan Cirebon, menolak dengan adanya penobatan Raden Rahardjo Djali menjadi Sultan Sepuh Kasepuhan Cirebon.

Menurutnya, hal itu dilakukan terlalu cepat, karena saat ini pihaknya sedang melakukan audit keturunan trah Sunan Gunung Jati, untuk menentukan Sultan Kasepuhan.

"Kami menolak akan status Sultan Aloeda II yang diakui oleh Rahardjo Djali. Karena, seharusnya Jumenengan itu dilakukan di Bangsal Prabayaksa yang berada di dalam Keraton Kasepuhan," katanya.

Terlebih lagi, lanjut Pangeran Kuda Putih, saat ini Keluarga Sentana Kesultanan Cirebon tengah melakukan audit Dzuriah Sunan Gunung Jati, dengan meminta bantuan Pemerintah Kota Cirebon untuk melakukan mediasi.

"Harusnya Keraton tutup dulu untuk sementara waktu, karena kami sedang malakukan audit keturunan trah Sunan Gunung Jati, untuk kedepannya menentukan siapa yang akan menjadi Sultan Kasepuhan Cirebon," katanya.[suara]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita