Polri Bantah Mutasi Irjen Eko Indra Imbas Donasi Bodong Akidi Tio

Polri Bantah Mutasi Irjen Eko Indra Imbas Donasi Bodong Akidi Tio

Gelora Media
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO - Kepolisian Republik Indonesia (Polri) membantah pencopotan Irjen Eko Indra Heri sebagai Kapolda Sumatera Selatan terkait dengan kegaduhan dana hibah bodong senilai Rp2 triliun dari keluarga Akidi Tio untuk penanganan COVID-19.

“Masalah mutasi di lingkungan Polri ini sesuatu yang lumrah terjadi. Mutasi adalah kebutuhan daripada organisasi,” kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri, Brigjen Rusdi Hartono di Mabes Polri pada Kamis, 26 Agustus 2021.

Kedua, kata Rusdi, mutasi bagian bagaimana pembinaan karir berjalan di organisasi Korps Bhayangkara. Sehingga, organisasi tersebut bisa mengoptimalkan tugas-tugas kepolisian yang sekarang ini semakin kompleks dan dinamis.

“Hubungan dengan Kapolda Sumsel ini suatu hal yang biasa terjadi. Ini bagian pembinaan karir dan yang bersangkutan mendapat jabatan Koordinator Staf Ahli Kapolri, itu suatu jabatan penting di Mabes Polri,” jelas dia.

Sebelumnya diberitakan, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo mencopot Irjen Eko Indra Heri dari jabatan Kapolda Sumatera Selatan pada Rabu, 25 Agustus 2021. Diduga, pencopotan Irjen Eko Indra ini buntut dari kegaduhan donasi bodong Rp2 triliun untuk penanganan COVID-19 oleh keluarga Akidi Tio.

Pencopotan Irjen Eko Indra dari Kapolda Sumatera Selatan ini sesuai Surat Telegram Nomor: ST/1701/VII/KEP/2021 tertanggal 25 Agustus 2021, yang ditandatangani oleh Asisten Kapolri Bidang SDM Polri Irjen Wahyu Widada.

Dalam surat tersebut, jabatan Kapolda Sumatera Selatan yang ditinggalkan Irjen Eko Indra diisi oleh Irjen Toni Hermanto yang sebelumnya menjadi Kapolda Sumatera Barat. Sedangkan, Irjen Teddy Minahasa ditunjuk sebagai Kapolda Sumatera Barat.

Selain itu, Kapolda Sulawesi Tengah Irjen Abdul Rakhman Baso dimutasi sebagai Perwira Tinggi (Pati) Korbrimon Polri dalam rangka pensiun. Sementara, penggantinya Irjen Rudy Sufahriadi dimutasi menjadi Kapolda Sulawesi Tengah.

Selanjutnya, Brigjen Eddy Hartono ditugaskan sebagai Widyaiswara Kepolisian Utama TK.I Sespim Lemdiklat Polri. Lalu, Irjen Teguh Sarwono dimutasi sebagai Analis Kebijakan Utama Bidang Jemen Sahli Kapolri.

Diketahui, Mabes Polri telah menerjunkan tim untuk melakukan pemeriksaan terhadap Kapolda Sumatera Selatan, Irjen Eko Indra Heri terkait hebohnya sumbangan dana hibah sebesar Rp2 triliun dari keluarga Akidi Tio untuk penanganan COVID-19 di wilayah Sumatera Selatan.

“Dari Mabes Polri sudah menurunkan tim internal yaitu dari Irsus Itwasum Polri, Paminal Divisi Propam Polri,” kata Kepala Divisi Humas Polri, Irjen Raden Prabowo Argo Yuwono pada Rabu, 4 Agustus 2021.

Menurut dia, tim internal yang diterjunkan dari Mabes Polri itu tentu ingin melihat kejelasan donasi tersebut seperti apa, penanganan kasusnya terhadap Heriyanti Tio bagaimana. Tentu, itu merupakan ranah daripada klarifikasi internal.

“Kita tunggu saja hasil daripada penyelidikan dan pemeriksaan internal Mabes Polri,” ujarnya.

Sementara, Kepala Polda Sumatera Selatan, Irjen Eko Indra Heri mengakui telah membuat kelalaian sehingga menimbulkan kegaduhan di tengah masyarakat atas dana hibah Rp2 triliun untuk penanganan COVID-19 di wilayah Sumatera Selatan. Ternyata, uang Rp2 triliun dari keluarga Akidi Tio itu tidak ada.

Maka dari itu, Irjen Eko meminta maaf kepada seluruh elemen masyarakat, terkait kasus dana hibah Rp2 triliun untuk penanganan COVID-19 dari keluarga almarhum Akidi Tio. Bantuan ini hendak disalurkan melalui anak bungsu Akidi Tio, Heriyanti.

"Saya meminta maaf kepada seluruh masyarakat Indonesia, terkhususnya kepada Kapolri, anggota Polri, Gubernur Sumatera Selatan, Pangdam, Danrem, maupun pihak yang ikut terlibat atau dilibatkan," kata Eko pada Kamis, 5 Agustus 2021.

Menurut dia, kegaduhan yang terjadi ini tidak terlepas dari kesalahannya juga. Sebab, dia tidak melakukan pengecekan terlebih dahulu mengenai dana hibah dengan nilai fantastis mencapai Rp2 triliun tersebut.

"Ini terjadi akibat tidak kehati-hatian saya sebagai individu, sehingga terjadilah masalah seperti yang terjadi ini," kata Eko.

Ternyata, Eko mengaku sebenarnya tidak mengenal Heriyanti. Tapi Eko mengenal ayahnya, almarhum Akidi Tio serta saudara Heriyanti, Ahok. "Saya tidak mengenal Heriyanti, tapi saya mengenal almarhum (Akidi Tio), dan anaknya Ahok. Saya mengenal keduanya saat saya masih bertugas di Aceh Timur," tandasnya.[viva]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita