RSUP Dr Sardjito: 33 Pasien Meninggal karena Oksigen Habis

RSUP Dr Sardjito: 33 Pasien Meninggal karena Oksigen Habis

Gelora News
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO - Sebanyak 63 pasien di RSUP Dr Sardjito, Yogyakarta, dikabarkan meninggal dampak krisis stok oksigen di rumah sakit rujukan pasien COVID-19 tersebut. Pihak RSUP Dr Sardjito tak menampik soal adanya 63 pasien yang meninggal itu, namun tidak semuanya karena kekurangan oksigen.

Kepala Bagian Hukum dan Humas RSUP Dr Sardjito Banu Hermawan mengatakan, jumlah 63 pasien meninggal tersebut adalah akumulasi dari hari Sabtu (3/7) pagi sampai Minggu (4/7) pagi. Sedangkan yang meninggal karena dampak krisis stok oksigen sebanyak 33 pasien.

"Dari data kami (Sabtu, 3/7) jam 20.00 WIB sampai (Minggu, 4/7) tadi pagi, meninggal sekitar 33 pasien, jadi 33 pasien yang meninggal karena oksigen habis," kata Kepala Bagian Hukum dan Humas RSUP Dr Sardjito, Banu Hermawan, saat dihubungi wartawan, Minggu (4/7/2021).

Banu melanjutkan, 33 pasien yang meninggal itu pun sudah dalam kondisi tersuplai oksigen dari tabung. Mereka tak tertolong karena memang kondisinya sudah berat atau masalah klinis.

"Pertama, mereka kondisinya sudah berat, kedua mereka tetap tersuplai oksigen meskipun dengan oksigen tabung. Yang meninggal karena dengan kondisi ventilator itu hanya sekitar 4 pasien. Kemudian yang meninggal itu 15 ada di UGD," jelasnya.

Banu menambahkan, pada pukul 03.40 WIB tadi, truk oksigen liquid pertama sudah masuk dan mengisi tabung utama, sehingga oksigen sentral di RSUP Dr Sardjito sudah berfungsi kembali. Disusul truk kedua pada pukul 04.45 WIB masuk pula mengisi tabung sentral oksigen.

Terpisah, anggota Komisi D DPRD Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Muhammad Yazid mengungkapkan adanya 63 pasien di RSUP Dr Sardjito, Yogyakarta, yang meninggal, Sabtu (3/7) kemarin. Diduga kondisi itu terkait dengan krisis stok oksigen yang dialami RSUP Dr Sardjito.

"Hari kemarin 63 (pasien yang meninggal). Yang jelas Sardjito krisis oksigen kemarin (Sabtu, 3/7). Mulai dari pagi sampai malam sehingga yang di ICU terjadi lonjakan kematian yang luar biasa," kata Yazid saat dihubungi wartawan, Minggu (4/7).

Berdasarkan informasi yang ia terima, lanjut Yazid, 63 kasus kematian di RSUP Dr Sardjito itu bukan hanya disebabkan oleh kekurangan oksigen. Namun, juga karena kondisi klinis pasien tersebut.

"63 ya tidak semua (meninggal) kekurangan oksigen. Secara klinis ya meninggal, meskipun COVID-19 itu ya," ungkapnya.

Yazid mengatakan hal ini bukan hanya jadi tanggung jawab RSUP Dr Sardjito. Pemerintah daerah juga punya andil. Ia pun berharap ke depan tidak akan ada lagi kelangkaan oksigen.

"Mestinya tidak hanya Sardjito yang tanggung jawab. Pemda juga tanggung jawab, apalagi dua hari lalu dibentuk satgas oksigen. Ke depan jangan sampai terulang kedua kalinya. RS lain jangan sampai kekurangan oksigen," katanya.

Diberitakan sebelumnya, RSUP Dr Sardjito, Yogyakarta, mengalami krisis stok oksigen. Direktur Utama RSUP Dr Sardjito Rukmono Siswishanto mengajukan surat kepada Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Dalam surat itu berisi laporan kekosongan oksigen dan permohonan dukungan oksigen kepada Menteri Kesehatan dan sejumlah pejabat terkait.

"Kami mengajukan permohonan dukungan agar kebutuhan oksigen dapat terpenuhi mengingat RSUP Dr Sardjito Yogyakarta termasuk RS rujukan dalam penanganan COVID-19 sampai tingkat critical," kata Rukmono dalam suratnya, Sabtu (3/7).

Rukmono melaporkan bahwa Direktur RSUP Dr Sardjito telah berkoordinasi dengan berbagai pihak untuk mendapatkan pasokan oksigen dari penyedia maupun tempat lain. Tetapi sampai saat ini masih mengalami kendala.

"Pasokan oksigen diperkirakan paling cepat akan datang ke RS pada Minggu, 4 Juli 2021, pukul 12.00 WIB," kata Rukmono.

Persediaan oksigen sentral RSUP Dr Sardjito, lanjutnya, mengalami penurunan mulai hari Sabtu (3/7) pukul 16.00 WIB sampai dengan kehabisan persediaan oksigen pada pukul 18.00.

"Sehingga berisiko pada keselamatan pasien yang dirawat, baik pasien COVID-19 maupun non COVID-19," katanya.

Rukmono menegaskan bahwa pihaknya telah melakukan upaya antisipasi maksimal dan penghematan seoptimal mungkin. (*)
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita