Pakar AS Sebut Semprot Disinfektan Sia-sia, PAN: Bukti Akademiknya Apa?

Pakar AS Sebut Semprot Disinfektan Sia-sia, PAN: Bukti Akademiknya Apa?

Gelora Media
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO - Pakar penyakit menular dari University of Maryland, AS Dr Faheem Younus mengkritik kegiatan penyemprotan disinfektan di jalanan yang masih dilakukan Indonesia adalah sia-sia. 

Dr Faheem Younus diminta membeberkan bukti-bukti akademik atas pernyataannya tersebut.

"Kalau dibantah (penyemprotan disinfektan di jalan sia-sia) nggak benar, ya bukti akademiknya apa?," kata anggota Komisi IX (Kesehatan) DPR RI, Saleh Partaonan Daulay saat dihubungi detikcom, Rabu (7/7/2021).

"Apakah misalkan Faheem Younus menyampaikan bukti akademik (penyemprotan disinfektan di jalan) tidak bermanfaat? Mohon dikasih tahu juga argumen-argumen akademiknya," tambahnya.

Ketua Fraksi Partai Amanat Nasional (PAN) ini tak mau bila Indonesia hanya bergantung pada pendapat pakar dari AS. "Jangan misalnya nanti ujung-ujungnya semua yang kita lakukan dianggap salah dan kita manut saja sama orang-orang luar," imbuh Saleh.

Saleh meyakini kegiatan penyemprotan disinfektan di jalanan bermanfaat agar virus tidak menyebar ke mana-mana. Namun, lanjut Saleh, tetap diperlukan bukti akademik.

"Andaikata kita misalnya mengikuti apa yang disampaikan oleh orang Amerika itu, itu bukan berarti kita manut, tetapi kita juga punya bukti akademik," imbuh Saleh.

Saleh juga mengkritik dr Faheem Younus berpendapat lewat Twitternya dan hanya menjelaskan beberapa kalimat. Saleh tetap bersikukuh dr Faheem Younus harus membeberkan bukti akademik.

"Kita tunggu bukti argumen akademik," sambungnya.

Disorot Pakar AS
Dr Faheem Younus menyoroti kegiatan penyemprotan disinfektan di jalan-jalan yang dilakukan di Indonesia. Menurutnya, penyemprotan itu sia-sia karena membuang energi dan uang.

"Benar-benar buang-buang waktu, uang, dan energi," tulis dr Faheem melalui akun Twitternya @FaheemYounus, Selasa (6/7/2021).

"Desinfeksi permukaan TIDAK diperlukan di jalan dan ruang terbuka. Rumah sakit dan kamar dengan pasien COVID adalah cerita lain," ungkapnya.

WHO Tak Rekomendasikan Semprot Disinfektan Jalanan
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pernah menyatakan bahwa penyemprotan jalan dengan disinfektan adalah cara konyol untuk menghindari penularan virus Corona. Penyemprotan jalanan menggunakan disinfektan dinilai WHO tidak ada gunanya.

"Yang jelas, itu adalah hal yang tidak kami rekomendasikan. Kami tidak percaya orang-orang tertular virus dari permukaan tanah (jalanan -red)," kata Kepala Jaringan Wabah dan Tanggap Darurat Global WHO, Dale Fisher, sebagaimana diunggah DW News di akun YouTube, Kamis (2/4/2020).

Sementara itu, Wiku Adisasmito yang saat itu masih menjadi Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Penanganan COVID-19 menjelaskan, penularan COVID-19 adalah melalui cairan hidung dan mulut (droplet) orang yang terinfeksi, melompat lewat bersin dan batuk, masuk ke hidung, mulut, atau mata orang yang sehat.

Droplet yang mengandung virus Corona (SARS-CoV-2) bisa pula berada di permukaan benda dan disentuh oleh orang yang sehat, kemudian orang yang sehat tersebut tertular COVID-19 karena tangannya yang terkena droplet itu dia gunakan untuk menyentuh mulut, hidung, atau matanya.

"Masa kita pegang aspal kemudian kita pegang mata? Kan tidak. Yang sering dipegang adalah gagang pintu, kunci, ponsel, lantai untuk beraktivitas, hingga permukaan lantai masjid misalnya," kata Wiku.

Penyemprotan disinfektan di jalanan dan lingkungan luar ruangan memang bukan fenomena Indonesia saja. Di India, Meksiko, hingga Turki juga demikian. Kendati demikian, kegiatan ini masih dilakukan.(dtk)
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita