Kisah Sinovac Tersedia di RI dan Pernyataan Jokowi soal 'Vaksin Terbaik'

Kisah Sinovac Tersedia di RI dan Pernyataan Jokowi soal 'Vaksin Terbaik'

Gelora Media
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengingatkan masyarakat bahwa vaksin Corona terbaik ialah vaksin yang tersedia. Masyarakat tak perlu lagi pilih-pilih untuk menggunakan vaksin merk tertentu.

Bagi Jokowi, vaksin terbaik adalah yang sudah tersedia. Maka dari itu, dia ingin masyarakat segera ikut program vaksinasi.

"Vaksin apa yang terbaik untuk menghadapi Covid-19? Jawabannya sederhana: vaksin terbaik adalah vaksin yang sudah tersedia dan paling cepat Anda dapatkan," tulis Jokowi di akun Twitter-nya seperti dilihat, Senin (19/7/2021).

"Mari segera dapatkan vaksinasi seraya tetap mematuhi protokol kesehatan. Hanya dengan itu, kita dapat mengakhiri pandemi ini," lanjut Jokowi.

Pernyataan Jokowi ini disampaikan di tengah ramainya sorotan mengenai efektivitas vaksin Sinovac yang mayoritas digunakan di Indonesia. Pakar-pakar dari dunia barat yang dikutip media internasional kerap mengaitkan tingginya lonjakan corona varian Delta di Indonesia dengan rendahnya efikasi Sinovac, vaksin yang diproduksi China. Menanggapi hal ini, pemerintah melalui Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, varian delta ini bisa menurunkan efikasi seluruh merk vaksin.

Jika merunut ke belakang, Indonesia yang bukan merupakan negara produsen vaksin, memang harus berjuang keras untuk dapat memperoleh vaksin di awal Pandemi. Indonesia akhirnya memilih Sinovac sebagai vaksin yang didatangkan untuk pertama kali. Begini perjalanannya:

Sinovac, Vaksin Pertama yang Tersedia
Sebagaimana diketahui, vaksin Corona pertama yang dipilih Indonesia adalah vaksin Sinovac. Indonesia juga termasuk negara yang melakukan uji klinis untuk vaksin buatan China ini.

Indonesia melalui BUMN, PT Bio Farma menjalin kerja sama dengan Sinovac untuk segera memproduksi vaksin Corona pada April 2020. Saat itu, sejumlah negara-negara terus mengembangkan vaksin Corona karena virus COVID-19 terus menyebar. Sinovac, yang merupakan perusahaan asal China, sudah melakukan uji klinis tahap dua.

Di tengah kondisi krisis yang memaksa sejumlah negara untuk segera menghadirkan vaksin Corona, Indonesia pun memilih Sinovac.

Farma. Maka dari itu, langkah terbaik saat itu ialah mengembangkan vaksin Sinovac karena bisa cepat dikembangkan.

"Jika melihat timeline ataupun proses pengembangan, calon vaksin COVID-19 dari Sinovac termasuk satu dari 10 kandidat yang paling cepat dan sudah masuk ke uji klinis tahap 3. Selain itu, metode pembuatan vaksin menggunakan platform inactivated virus sudah dikuasai Bio Farma," kata Honesti dalam keterangan tertulis, Jumat (11/12/2020)

Kenapa Tidak Vaksin yang Lain?
Kemudian sempat muncul pertanyaan mengapa Indonesia saat itu tidak memilih Pfizer atau Moderna yang hasil uji klinisnya bagus. Honesti Basyir saat itu menerangkan vaksin erat kaitannya dengan masalah distribusi. Indonesia tidak mau vaksin yang pada uji klinis bagus, tapi karena proses distribusinya tidak bagus mengakibatkan kerusakan.

Maka dari itu Indonesia ketika itu memilih Sinovac. Karena dapat disimpan pada temperatur antara 2 sampai 8 derajat Celcius. Secara kemampuan, Indonesia sanggup menanganinya. Kendati demikian, dalam perjalanannya Pfizer dan Moderna juga dipilih Indonesia.

WHO Kritik Keras Negara Maju yang Monopoli Vaksin
Sejak Oktober 2020, Indonesia juga terus melakukan lobi-lobi dengan COVAX. COVAX merupakan program berbagi vaksin untuk memastikan akses yang adil dan setara untuk seluruh negara, terutama negara miskin.

WHO juga mengecam negara-negara kaya yang disebut telah memonopoli vaksin virus Corona (COVID-19) sehingga mempersulit negara-negara yang lebih miskin untuk mendapatkan pasokan vaksin.

Seperti dilansir AFP, Selasa (23/2/2021), Direktur Jenderal (Dirjen) WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, menyebut kesepakatan langsung antara beberapa negara kaya dengan para produsen vaksin berarti alokasi vaksin seperti yang telah disepakati sebelumnya untuk negara-negara miskin, melalui program COVAX, menjadi berkurang.

Tedros menyatakan bahwa dana telah tersedia untuk pembelian vaksin Corona bagi negara-negara termiskin setelah donasi terbaru dari Amerika Serikat (AS), Uni Eropa dan Jerman, tapi itu tidak ada gunanya jika tidak ada vaksin yang bisa dibeli.

Izin Sinovac Keluar
Kepala BPOM Penny K. Lukito resmi memberikan izin penggunaan darurat (EUA) untuk vaksin CoronaVac buatan Sinovac (11/1). Sinovac menjadi vaksin pertama yang bisa digunakan untuk publik.

Efikasinya ketika itu baru 65,3%. Menurut Penny, sebenarnya efikasi 65,3% sudah mengikuti ketetapan internasional untuk digunakan.

Jokowi Disuntik Vaksin Sinovac
Dua hari usai EUA keluar, Presiden Jokowi menjadi orang pertama yang mendapatkan suntikan vaksin Corona buatan Sinovac itu. Selanjutnya, vaksin Sinovac pun disuntikkan untuk kelompok yang masuk kategori prioritas.

Meskipun memilih vaksin Sinovac, Indonesia juga memilih vaksin AstraZeneca-Oxford dan Pfizer-BioNTech. Selain itu, Indonesia juga mendapat bantuan vaksin Moderna lewat jalur COVAX.

Indonesia Terus Penuhi Stok Vaksin

Menteri Kesehatan (Menkes), Budi Gunadi Sadikin mengatakan keputusan pemerintah RI memesan vaksin COVID-19 ke empat negara adalah untuk memenuhi kebutuhan vaksin masyarakat. Budi menuturkan, jika Indonesia hanya memesan vaksin COVID-19 di satu negara, jumlahnya tak cukup untuk menjangkau seluruh masyarakat.

"Kalau belinya hanya dari satu negara, tidak mencukupi. Jadi harus empat negara," kata Menkes Budi saat kunjungan kerja di Kota Bengkulu, Kamis (11/3/2021).

Keempat negara yang dimaksud Menkes Budi adalah China, Inggris, Amerika, dan Jerman. Seperti diketahui, Inggris memproduksi vaksin COVID-19 AstraZeneca, Amerika memproduksi vaksin Novavax, Jerman memproduksi vaksin Pfizer, dan China memproduksi vaksin Sinovac.

"Vaksin ini menjadi incaran banyak negara, itulah kita memilih empat negara, sehingga kalau ada kendala satu negara, kita masih ada negara lain," jelas Menkes Budi.(detik)
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita