Arief Munandar, Intelektual Profetik Telah Berpulang

Arief Munandar, Intelektual Profetik Telah Berpulang

Gelora Media
facebook twitter whatsapp



Oleh:Ubedilah Badrun
 BANG ARIEF, sapaan akrab Arief Munandar telah berpulang (13/7/21), meninggalkan kehidupan fana ini menuju alam keabadian. 

Alam dimana setiap individu akan menjumpai, ujung perjalanan sesungguhnya.

Terhenyak hati ini, berduka mendalam. Berjam-jam saya terdiam dalam perjalanan, ini berita duka kesekian kalinya dalam sepekan menerpa orang-orang terdekat dalam perjalanan intelektual dan spiritual saya. Ya, saya kehilangan kawan berdiskusi yang menyenangkan dan selalu mengajukan pertanyaan yang membuat nalar bekerja optimal.

Tiga pekan lalu handphone berdering, "Kang, ngobrol lagi yuuk untuk Bang Arief Chanel?" Suara renyah bang Arief terdengar dari ujung telfon.

"Tentang apa Bang Arief?" tanyaku. " Tentang pernyataan Kang Ubed "jawabnya.

"Yang mana ya?" tanyaku lagi.

"Itu kang, tentang yang Akang bilang Kaum Intelektual Dicuekin Jokowi, Indonesia Dalam Bahaya" Jawab Bang Arief.

"Oh, oke Siip Bang Arief". Saya akhirnya menyetujui tapi dengan syarat online. Bang Arief setuju meski ia berharap saya datang di studio podcast nya di Depok seperti biasanya.

Ketajaman Bang Arief mengambil tema untuk podcast ini luar biasa, hanya dalam hitungan jam puluhan ribu orang telah menonton diskusi renyah namun tajam itu. Bahkan kini sudah ditonton lebih dari 66 ribu kali.

Ya, ketajaman pada cara mengambil isu dan kedalaman pertanyaan untuk menggali nalar otentik lawan bicaranya berhasil Bang Arief lakukan. Keterampilan itu hanya mungkin dimiliki oleh seseorang yang oleh Bung Hatta disebut sebagai kaum intelegensia, kaum intelektual.

Tidak Sekedar Intelektual Organik

Ya, Bang Arief bukan sekadar youtuber, bukan sekadar jurnalis. Ia seorang intelektual. Respons yang tinggi pada persoalan masyarakat luas (tanggungjawab sosial) kata Bung Hatta adalah ciri kaum intelegensia (1957).

Saya mengetahui nama Bang Arief sudah lama, tetapi mulai mengenalnya lebih dekat sekitar 8 tahun lalu saat sering bertemu di sebuah forum cendekiawan mendiskusikan berbagai soal tentang kebangsaan.

Dari pertemuan berkali kali tak terhitung itu Bang Arief makin terlihat sebagai sosok yang sangat kritis namun selalu disertai argumen kokoh, data-data yang valid dan berani bersuara lantang.

Ia bukan seorang terpelajar yang oleh Noam Chomsky dalam bukunya Who Rules The World (2016) disebut sebagai teknokratif yang sangat administratif dan diam seribu bahasa terhadap ketidakadilan dan penindasan.

Suatu malam sekitar satu tahun lalu lebih Bang Arief telfon saya "Kang Ubed, moga sehat selalu kang. Mau konsul nih Kang?" tanyanya renyah.

"Alhamdulillah sehat Bang Arief, ada apa nih kok konsul?" "Begini kang, ada orang tua mahasiswa binaan saya namanya Pak Kisman ngajak bergabung di FNN (Forum News Network), bagaimana nih Kang?" tanyanya.

Saya jawab dengan tertawa kecil dan sambil senyum "hehe saya di FNN juga Bang Arief sudah sekitar 4 bulan sering meeting bersama, ini media perjuangan" jawab saya.

"Hah? Serius kang? Kalau begitu saya terima tawaran ini karena media perjuangan, bersama kang Ubed, bismillah," demikian tutup Bang Arief.

Begitulah intelektual organik,  ia tidak tinggal diam, begitu cepat responsnya pada perjuangan. Apalagi melihat ketidakadilan. Dengan kesadaran dan pengetahuanya mengambil langkah untuk membangkitkan kesadaran kritis. Dengan kesadaran dan sumber-sumber kekuatan yang dimiliki, baik itu pengetahuan maupun basis massa, mengambil langkah untuk membangkitkan kesadaran masyarakat (Antonio Gramsci,1891-1937).

Bahkan dalam terminologi agama, lebih dari intelektual organik karena ada misi profetik dalam diri Bang Arief, ia layak diposisikan sebagai Ulul Albab, intelektual profetik. Ia tidak sekadar membangun kesadaran tetapi juga menyiapkan generasi yang peduli pada persoalan bangsa dan ummat, bahkan peradaban.

Hal itu terlihat melalui Shafa Community yang ia inisiasi, komunitas sosial-keagamaan yang fokus mengembangkan SDM pemuda yang tangguh, cerdas dan profesional melalui berbagai aktivitas pemberdayaan.

Salah satunya, Program Beasiswa Rumah Peradaban, beasiswa kepemimpinan yang didedikasikan untuk melejitkan potensi mahasiswa-mahasiswa terbaik dari Universitas Indonesia.

Bang Arief adalah Doktor Sosiologi, dengan spesialisasi sosiologi politik dan sosiologi organisasi dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia (UI) yang diakhir perjalananya memilih jalan bersuara lantang tentang kebenaran melalui Chanel youtube Bang Arief dalam rumah media Forum News Network (FNN).

Intelektual yang tidak hanya bertengger dipunggung gelarnya, tetapi ia sangat organik dan profetik.

(Penulis adalah sahabat Bang Arief, Seorang Analis Sosial Politik UNJ)
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita