Murka Demokrat Sebab Wacana AHY-Airlangga Dipandang Sebelah Mata

Murka Demokrat Sebab Wacana AHY-Airlangga Dipandang Sebelah Mata

Gelora Media
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO - yataan Direktur Indo Barometer M Qodari yang menilai wacana pasangan AHY dan Airlangga Hartarto tidak akan terealisasi untuk maju pada Pilpres 2024. Bahkan Qodari menilai analisis Demokrat soal AHY-Airlangga halusinasi.

"Sebetulnya agak halusinasi ya. Halu atau halusinasi kalau menyebut pasangan AHY dengan Airlangga itu mengulangi kejayaan SBY dan JK ya. Karena elektabilitas AHY itu jauh berbeda dengan SBY di tahun 2004 yang lalu," kata Qodari kepada wartawan, Selasa (8/6/2021).

Bukan tanpa alasan, persoalan elektabilitas AHY dan SBY dipersoalkan Qodari. Menurutnya menduetkan AHY dan Airlangga justru akan memberatkan Partai Golkar.

"Jadi walaupun AHY ini anak SBY, tapi elektabilitanya beda jauh. Karena itu peluang menangnya juga berat. Kasihan Partai Golkar yang punya kursi begitu banyak kalau dipasangkan dengan calon yang popularitasnya tanggung, elektabilitasnya tanggung," kata dia.

Qodari pun bahkan sampai menyarankan Golkar mencalonkan ketum mereka, Airlangga Hartarto, dengan orang lain. Dia berpendapat lebih baik Airlangga dipasangkan dengan sosok yang memiliki elektabilitas tinggi.

"Karena kursi yang begitu banyak akan menjadi sia-sia. Ya Partai Golkar lebih baik mengusung Airlangga Hartarto sendiri sebagai calon presiden atau kalau mau mengusul Airlangga sebagai calon wakil presiden harus dipasangkan dengan calon presiden yang popularitasnya sangat tinggi. Misalkan dengan Pak Jokowi, tentu dengan catatan Pak Jokowi 3 periode. Atau dengan Prabowo. Jadi bisa diterima akal sehat," katanya

Tak hanya itu, Qodari juga menyinggung terkait pengalaman Airlangga dengan AHY. Dia menyebut AHY belum punya banyak pengalaman politik dan belum pernah menjadi pejabat negara.

"Tapi kalau AHY dengan Airlangga ya kasihan Pak Airlangganya, kasihan Partai Golkarnya. Elektabilitasnya jauh, belum lagi kita bicara pengalaman. Pengalaman Pak Airlangga di pemerintahan ya jauh lebih banyak dibandingkan dengan AHY," sebutnya.

"AHY belum pernah anggota DPR, belum pernah menteri, belum pernah kepala daerah, ya jabatan terakhirnya apa tuh, lupa saya. Sementara Pak Airlangga udah anggota dewan, sudah menteri, Menko lagi. Jadi kualitatifnya nggak ketemu, kuantitatifnya juga nggak ketemu," lanjutnya.

Dia juga menyebut AHY dan SBY tidak bisa disamakan. Dia beranggapan problematika Demokrat saat ini adalah menyamakan kedua sosok itu.

"Tapi saya mau garis bawahi itulah problem teman-teman di Demokrat karena selalu melihat AHY itu persis seperti SBY. Padahal tidak bisa dibandingkan. Dari segi karir di militer SBY sudah jenderal, dari segi pengalaman di pemerintahan SBY menteri berkali-kali. Dari segi elektabilitas SBY ya survei pertama nomor dua, lalu nomor satu. Jauh gitu loh ke mana-mana. Jadi memang sulit untuk Demokrat ini bangkit ya atau maju kalau cara melihat AHY itu tidak realistis, cara melihat AHY itu disama-samakan dengan SBY," jelasnya.

Demokrat Balas Sidir Qodari

Partai Demokrat tidak tinggal diam usai diremehkan oleh Qodari. Deputi Balitbang DPP PD Syahrial Nasution menilai analisis Qodari soal duet AHY-Airlangga ngawur lantaran tidak menunjukkan kualitas sebagai peneliti.

"Analisis Qodari ini normatif, tapi tidak menunjukkan kualitas sebagai peneliti yang punya kualifikasi bagus. Apalagi hebat. Akhirnya, sudah normatif, ngawur pula," kata Syahrial kepada wartawan.

"Ada interest pribadinya lebih kental daripada analisis sebagai pengamat atau peneliti," imbuhnya.

Syahrial juga menyindir Qodari. Menurutnya, analisis Qodari soal AHY-Airlangga itu muncul karena Moeldoko gagal mengkudeta AHY.

"Yang paling logis, barangkali periuk nasinya sedang retak, karena gagal sebagai pendukung Moeldoko dan KLB Sibolangit," sebutnya.(dtk)
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita