Kota Bogor Emergency Covid-19, Bima Arya Minta Pusat Keluarkan Kebijakan Lebih Ketat

Kota Bogor Emergency Covid-19, Bima Arya Minta Pusat Keluarkan Kebijakan Lebih Ketat

Gelora Media
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO - Kota Bogor Emergency Covid-19, Wali Kota Bima Arya sebut butuh tambahan tempat tidur, ruang isolasi, dan APD.

Orang nomor satu di Kota Hujan itu mengatakan Pemkot Bogor bergerak dari hulu ke hilir meminta bantuan semua.

Ia pun terpaksa menyebut kondisi Kota Bogor saat ini di fase SOS atau emergency.

Tak ayal bantuan harus dari hulu ke hilir, mengingat Kota Bogor membutuhkan sebanyak mungkin tambahan tempat tidur, ruang isolasi, pusat isolasi, APD, vaksin dan tenaga kesehatan diperkuat.

"Kalau tidak ditambah semua, maka situasinya akan semakin buruk. Sehingga jika tidak bergerak sama-sama, maka Kota Bogor akan masuk ke fase seperti di India," ujar Bima Arya.

Ia menyebutkan, di hari ini angkanya sudah 300 orang, padahal pekan lalu angka terkonfirmasi positif Covid-19 masih di angka puluhan.

Disamping itu angka kematian pun semakin tinggi.

Pihaknya pun sudah memetakan kebutuhan peti jenazah ini, dan menurutnya lebih praktis peti mati disimpan di RSUD.

"Buat penderma bantu peti mati, bantu semua yang kita perlukan," ajaknya.

Rumah Sakit Lapangan Dibuka Lagi ?

Menyinggung apakah akan dibuka lagi Rumah Sakit Lapangan (RSL) menurutnya itu masih dalam kajian.

Pemkot Bogor saat ini fokus untuk aktivasi pusat isolasi di BNN Lido dan membuka pusat isolasi berbasis masyarakat di wilayah, minimal satu kelurahan satu pusat isolasi untuk menampung warga yang terpapar Covid-19 tanpa gejala.

"Kami cek kesiapannya semua. Minggu depan semoga semua sudah ada. Nantinya RS akan fokus di gejala sedang dan berat saja, pasien tanpa gejala bisa isolasi di pusat isolasi masyarakat, ini agar meminimalkan kluster keluarga," katanya.

Bima Arya menambahkan, status Kota Bogor masih zona oranye, namun ia menekankan tidak perlu memusingkan soal zona.

Anggap saja sudah darurat dan sudah merah, semua bergerak sesuai kedaruratan.

“Karena yang membedakan ketika nanti zona merah ada pelarangan kegiatan, kapasitas orang, pembatasan jam operasional,” ujarnya.

Bantuan Peti Jenazah

Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Kota Bogor menyerahkan bantuan 20 peti jenazah kepada Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor dalam hal ini RSUD Kota Kota, di halaman RSUD Kota Bogor, Jumat (25/6/2021).

Penyerahan 20 peti jenazah ini diserahkan langsung secara simbolis Ketua Kadin Kota Bogor, Almer Faiq Rusydi kepada Wali Kota Bogor, Bima Arya.

Ketua Kadin Kota Bogor, Almer Faiq Rusydi, mengatakan, pemberian 20 peti jenazah ini karena pihaknya ingin membantu dan bersinergi dengan Pemkot Bogor mengatasi pandemi Covid-19.

Sebab, beberapa waktu lalu ia pun merasakan kesulitan mendapat peti jenazah untuk saudaranya yang meninggal dunia karena Covid-19.

"Alhamdulillah hari ini kami menyumbangkan 20 peti mati, mudah-mudahan diterima. Saya berharap bisa bersinergi membantu Pemkot Bogor agar pandemi ini cepat berakhir," harapnya.

Covid-19 di Kota Bogor Makin Tak Terkendali, Bima Arya Minta Pusat Keluarkan Kebijakan Lebih Ketat

Wali Kota Bogor Bima Arya meminta pemerintah pusat mengeluarkan kebijakan yang lebih ketat dalam mengendalikan laju kasus Covid-19 yang makin tak terkendali.

Alasannya, kata Bima Arya, terlihat dari data tingginya angka kasus positif, meningkatnya angka kematian, hingga tenaga kesehatan yang bertumbangan karena terpapar.

“Situasi Covid-19 sudah sangat mengkhawatirkan. Sudah nyaris melampaui kapasitas kita semua untuk menangani kalau tidak ada langkah-langkah yang luar biasa. Data di Kota Bogor, lonjakannya luar biasa. Sudah di kisaran 300-an kasus per hari, yang masih sakit 3.023 kasus. BOR kita di banyak rumah sakit hampir full. Di RSUD sendiri sudah hampir 100 persen,” ungkap Bima Arya usai meninjau RS Marzoeki Mahdi di Jalan Semeru, Bogor Barat, Minggu (27/6/2021).

“Kemudian persentase kenaikan kasus konfirmasi positif minggu ini sebesar 78 persen. Sedangkan kasus kematian naik 125 persen dibandingkan pekan sebelumnya. Sementara tenaga kesehatan di Kota Bogor yang terpapar dan masih sakit sampai saat ini ada 336 orang dari total 11.214 orang. Dan ini kasus aktif, persentasenya terus naik. Jadi sekali lagi, angka-angka ini mengkhawatirkan,” tambahnya.

Artinya, lanjut Bima Arya, asumsi dan perhitungan tidak akan sama lagi karena kemungkinan berubah.

“Varian baru bermunculan, kecepatan penyebaran dengan segala variannya mungkin tidak bisa diimbangi dengan vaksinasi, termasuk juga penambahan kapasitas tempat tidur ini tidak bisa mengimbangi jumlah nakes yang terpapar,” tandas Bima.

Bima Arya menjelaskan, kebijakan reaktif dan insidental seperti pelarang mudik, pembatasan mobilitas, realitanya memang sulit dijalankan dengan maksimal di lapangan.

“PPKM yang kita terapkan sekarang ini terlihat belum maksimal untuk mengatasi persoalan yang semakin berat. Akan lebih efektif apabila diterapkan bersamaan dengan pembatasan yang lebih ketat lagi dalam kebijakan yang lebih makro,” imbuhnya.

Persoalannya, kata Bima, dalam skala wilayah kewenangan Pemerintah Daerah sangat terbatas dalam memperkuat kebijakan pembatasan yang dimaksud.

“Kita tidak mungkin bisa melakukan pembatasan jam operasional, jam kantor, dan lain-lain karena itu kewenangan pusat. Tanpa instrumen kebijakan di tingkat nasional, maka kita akan sulit mengupayakan langkah-langkah yang masif dalam membatasi mobilitas warga,” jelas Bima Arya.

Bima menyatakan, Pemkot Bogor sudah melakukan beberapa langkah strategis seperti penambahan tempat tidur minimal 30 persen di seluruh RS, dan dalam beberapa hari lagi akan mengaktivasi RS Lapangan dan mengaktivasi pusat isolasi berbasiskan masyarakat di tiap kelurahan.

“Pemkot juga memutuskan untuk melakukan kebijakan WFH 100 persen bagi ASN. Seluruh kantor-kantor pemerintahan distop dulu. Kecuali sektor-sektor atau dinas yang langsung berfungsi untuk melayani publik, seperti Dinkes dan lain sebagainya. Ini sedang kita siapkan,” katanya.

“Tapi sekali lagi mungkin itu tidak akan maksimal ketika tidak diiringi oleh kebijakan yang lebih tegas, lebih ketat dalam hal pembatasan aktivitas warga di tingkat yang lebih makro. Saya kira pemerintah pusat harus berani mengambil langkah-langkah kebijakan yang lebih ketat, mungkin tidak dipukul rata secara nasional tapi bisa diberlakukan sesuai kedaruratan wilayahnya.

Ia mencontohkan, pembatasan lebih ketat di Jabodetabek, pembatasan yang lebih ketat di Bandung Raya, pembatasan lebih ketat di Gerbangkertosusila dan sebagainya.

"Jadi sifatnya berbasiskan regional yang paling terdampak dengan status zona yang kebanyakan merah,” kata Bima.

Mengenai konsekuensi logistik atau pemenuhan kebutuhan pokok masyarakat, Bima Arya mengatakan bahwa setiap pemerintah kota atau daerah pasti bisa mengambil langkah sebagai konsekuensi dari kebijakan nasional tersebut.

“Misalnya dengan melakukan refocusing, realokasi anggaran, alokasi bansos dan lain sebagainya dalam keadaan darurat, termasuk juga saya yakin solidaritas sosial kita masih sangat tinggi,” ujar Bima.

“Jadi, kalau kita berikan waktu bagi warga untuk bersiap-siap, jadi tidak serta merta kita umumkan besok pembatasan berskala besar, tetapi kita lakukan dalam waktu yang bisa dipersiapkan dulu. Kita bisa melakukan pendataan, buruh harian lepas yang kehidupannya sangat tergantung dari kerja harian. Kemudian kita bisa memobilisasi dana dari warga mengaktivasi dapur umum, lumbung pangan dan lain sebagainya,” kata dia.

“Jadi saya kira semuanya perlu diperhitungkan dengan cermat, tetapi poinnya adalah dari data menunjukan bahwa kita harus mengambil langkah kebijakan yang lebih tegas, lebih ketat, di tingkat yang lebih makro. Kalau tidak maka korban akan semakin banyak berjatuhan,” pungkasnya

3.023 Pasien Masih Dirawat, Tempat Isolasi Nyaris Full

Penambahan kasus positif Covid-19 di Kota Bogor per hari Minggu (27/6/2021) masih cukup tinggi.

"Kota Bogor lonjakannya luar biasa, dalam beberapa hari terakhir kisarannya 300 (orang per hari)," kata Wali Kota Bogor Bima Arya dalam jumpa pers di RS Marzuki Mahdi, Kota Bogor, Minggu (27/6/2021) sore.

Bima menjelaskan bahwa untuk per hari ini sampai pukul 14.00 WIB, tercatat penambahan kasus positif di Kota Bogor sudah mencapai 262 orang.

Kemudian pasien Covid-19 yang masih sakit dan dirawat di rumah sakit sudah mencapai 3.023 orang.

Selain itu, kata Bima, Bed Accupancy Rate (BOR/keterisian tempat tidur isolasi) di Kota Bogor juga sudah penuh.

"Kemusian BOR kita di mana-mana sudan penuh, full. Di rumah sakit daerah sudah 100 persen untuk dewasa full. Secara keseluruhan rumah sakit di Kota Bogor juga mendekati penuh. Jadi sudah hampir semuanya terisi," kata Bima.

Kemudian untuk persentase kenaikan kasus konfirmasi minggu ini sebesar 78 persen.

Sedangkan kasus kematian minggu ini naik 125 persen.

"Angka-angka ini mengkhawatirkan. Artinya, asumsi dari peruntungan kemungkinan besar harus berubah. Karena tidak sama lagi. Varian baru bermunculan, kecepatan penyebaran dengan segala variannya mungkin tak bisa diimbangi," ungkap Bima.

Bima menuturkan bahwa perlu ada pengetatan pembatasan secara serentak dengan daerah lain demi menghadali lonjakan ini.[tn]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita