Jokowi 3 Periode Tanda Kemunduran Demokrasi, Merusak Regenerasi Kepemimpinan Nasional

Jokowi 3 Periode Tanda Kemunduran Demokrasi, Merusak Regenerasi Kepemimpinan Nasional

Gelora Media
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO - Wacana Joko Widodo perlu menjabat tiga periode menandakan terjadi kemunduran demokrasi.

Demikian pernyataan Direktur Eksekutif Arus Survei Indonesia Ali Rif'an saat berbincang dengan Kantor Berita Politik RMOL, Rab (23/6).

Menurut Ali Rif'an, suara Jokowi tiga periode menciderai semangat demokratisasi yang telah diperjuangkan oleh para aktivis reformasi.

"Wacana ini menandakan kemunduran demokrasi karena begitu muncul sebenarnya menciderai semangat demokrastiasi yang dibangun aktivis 98," demikian analisa Ali Rif'an, Rabu (23/6).

Dalam analisa Ali Rif'an, wacana ini tidak berdiri sendiri. Ia meyakini ada orang dibelakangnya yang melatarbelakangi kelompok yang mendekalarasikan Seknas Jokowi Prabowo yang kemarin diinisasi oleh M. Qodari.

Ia mengaku khawatir setelah wacana ini muncul justru ada kode dari Istana yang menyambut wacana tersebut.

"Bahwa pasti asap ada api, saya tidak yakin deklarasi Seknas Jokowi-Prabowo berdiri sendiri, pasti ada orang dibelakangnya, ini yang harus dicari," jelasnya.

Selain itu, menurut mantan Manajer Riset Poltracking ini, wacana presiden tiga periode menciderai regenerasi kepemimpinan nasional.

Ia mengaku khawatir, kalau benar presiden menjadi tiga periode maka Indonesia sebagai negara dengan prototype negara demokrasi akan runtuh.

"Memang boleh saja menyampaikan aspirasi, tapi khawatirnya aspirasi ini by design, ini bukan masyarakat biasa ini desain elite, kalau DPR setuju selesai sudah," pungkas Ali Rif'an.

Seknas Jokowi-Prabowo diresmikan beberapa hari lalu.

Inisiator Jokowi-Prabowo maju Pilpres 2024, M. Qodari menyatakan dalam banyak kesempatan bahwa ide itu ia dengungkan karena tidak ingin  gesekan Pilpres terjadi seperti tahun 2019 silam.

Ia meyakini jika Jokowi-Prabowo proses demokratisasi Pilpres 2024 akan jauh lebih kondusif(RMOL)
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita