Fadli Zon: Julukan The King of Lip Service Masih Sopan Sekali

Fadli Zon: Julukan The King of Lip Service Masih Sopan Sekali

Gelora Media
facebook twitter whatsapp



GELORA.CO - Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Fadli Zon kembali memberikan pembelaan terhadap aksi Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia (BEM UI). Seperti diketahui, BEM UI mendapat sorotan setelah mengkritik Presiden Joko Widodo sebagai The King of Lip Service.

Fadli Zon menilai sebutan The King of Lip Service yang diberikan ke Presiden Jokowi sudah sangat sopan. Hal ini diungkapkan dalam tayangan "Catatan Demokrasi" yang diunggah di akun YouTube tvOneNews pada Selasa (29/6/2021).

"Kalau misalnya dalam hal ini dikatakan The King of Lip Service itu menurut saya masih sopan sekali, sopan sekali itu," kata Fadli Zon seperti dikutip Suara.com, Rabu (30/6/2021).

Pernyataan Fadli Zon ini lantas ditimpali pembawa acara tersebut. Host bertanya apakah normal jika kritikan terhadap Presiden Jokowi sampai harus diedit dengan menggunakan mahkota.

"Tapi dengan visual diberi mahkota dan simbol," kata pembawa acara.

Politikus Partai Gelora ini pun langsung menyahut jika hal itu biasa saja. Ia membeberkan ada kritikan dan simbol yang jauh lebih sadis dari The King of Lip Service yang ditujukan ke Presiden Jokowi.

Kritikan itu berbentuk Presiden Jokowi yang diberi hidung panjang oleh salah satu majalah nasional. Namun, hal itu juga tidak pernah menjadi masalah karena Indonesia adalah negara demokrasi.

"Itu biasa. Pernah ada satu majalah nasional terkemuka malah (Jokowi) panjang tuh hidungnya, bayangannya. Itu menurut saya mungkin lebih sadis lagi, lebih ekstrem lagi," tegas Fadli Zon.

"Dan itu juga tidak ada masalah ya. Ini demokrasi. Dan tadi disampaikan juga oleh Pak Jokowi sendiri. Tidak ada masalah," sambungnya.

Karena itu, Fadli Zon terheran-heran mengapa pihak rektoran UI yang seolah-olah kebakaran jenggot. Padahal, di masa lalu biasanya kritikan ditanggapi oleh pemerintah, bukan civitas akademika.

"Yang mengherankan adalah kenapa responsnya justru dari pimpinan UI sendiri, rektorat? Biasanya di masa lalu, yang menjawab kritik itu pemerintah bukan civitas akademika nya. Biasanya, civitas akademika melindungi mahasiswa," jelas Fadli Zon.

Lebih lanjut Fadli Zon juga menegaskan tidak ada yang salah jika mahasiswa terjun berpolitik. Menurutnya hal itu wajar sebagai warga negara dewasa yang berniat membela kebenaran.

"Memang mahasiswa enggak boleh berpolitik? Mahasiswa ya harus berpolitik sebagai warga negara yang sudah dewasa, berhak untuk berpolitik. Politiknya untuk apa? untuk membela kebenaran, kejujuran, keadilan,” ucapnya menambahkan," tegas Fadli Zon.

Unggah Jokowi The King Of Lip Service, BEM UI Dianggap Hina Simbol Negara

Rektorat Universitas Indonesia memanggil pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa buntut dari unggahan di media sosial yang mengkritik Presiden Joko Widodo atau Jokowi sebagai "King of Lips Service".

Sedikitnya ada 10 mahasiswa pengurus BEM UI yang dipanggil termasuk Ketua BEM UI Leon Alvinda Putra oleh Direktur Kemahasiswaan UI Tito Latif Indra pada Minggu (27/6/2021).

"Betul, atas pemuatan meme tersebut di media sosial, UI mengambil sikap tegas dengan segera melakukan pemanggilan terhadap BEM UI pada sore hari Minggu, 27 Juni 2021," kata Kepala Humas dan KIP UI Amelita Lusia.

Amelita mengklaim pemanggilan ini bukan berarti membungkam kebebasan berpendapat mahasiswa, namun UI menilai tindakan mahasiswa ini telah melanggar aturan.

Hal yang disampaikan BEM UI dalam postingan meme bergambar Presiden Republik Indonesia yang merupakan simbol negara, mengenakan mahkota dan diberi teks Jokowi: The King of Lip Service, juga meme lainnya dengan teks "Katanya Perkuat KPK Tapi Kok?", "UU ITE: Revisi Untuk Merepresi (?)", "Demo Dulu Direpresi Kemudian", bukanlah cara menyampaikan pendapat yang sesuai aturan yang tepat, karena melanggar beberapa peraturan yang ada," tegasnya.[sc]

BERIKUTNYA
SEBELUMNYA