Dokter RSUD Medan Diduga Hina Ortu Bayi: 'Ibu Ngapain ke Sini Kalau Gak Punya Biaya?'

Dokter RSUD Medan Diduga Hina Ortu Bayi: 'Ibu Ngapain ke Sini Kalau Gak Punya Biaya?'

Gelora News
facebook twitter whatsapp



GELORA.CO - Seorang dokter bedah yang bertugas di RSUD Pirngadi Medan berinisial I, diduga telah menghina orang tua pasien bayi penderita gangguan pencernaan pada Selasa (8/6/2021).

Dokter yang diduga bernama Iqbal itu menghina orang tua si bayi saat bertugas di RS Stella Maris.

Saat itu, ia kedatangan pasien seorang bayi berumur 3 minggu yang didampingi kedua orang tuanya.

Namun, terhadap ibu bayi bernama Khaira Hanifa Almaghfira itu, si dokter melontarkan kalimat bernada hinaan.

Hal itu diungkapkan oleh Wakil Ketua DPRD Medan Rajudin Sagala, eksklusif kepada Indozone.id pada Kamis (10/6/2021).

Rajudin yang menerima aduan dari orang tua si bayi, miris mendengar kisah orang tua bayi tersebut diperlakukan demikian.

"Pas waktu di Stella Maris dokternya bilang 'Ibu ngapain ke sini kalau gak punya biaya? Di Pirngadi pun nanti mana bisa pakai BPJS. Ibu pun nanti ketemu lagi sama saya'. Begitu ibu si bayi bilang," kata Rajudin saat dihubungi Indozone, Kamis (10/6/2021), menirukan ucapan dokter tersebut, sesuai dengan aduan orang tua bayi.

Bayi Khaira mengalami masalah gangguan pencernaan. Ia tidak bisa buang air besar dan perutnya membesar.

Awalnya, oleh orang tuanya ia dibawa ke RS Stella Maris. Di sana, ia tidak mendapat perawatan, kecuali sekadar dites swab antigen, dan hasilnya negatif.

Setelah itu, orang tua bayi Khaira membawanya ke RSUD Pirngadi Medan pada Selasa siang (8/6/2021).

Di sana, di awal ketibaan mereka, bayi Khaira dites antibodi COVID-19 dan dinyatakan reaktif COVID.

Pada Rabu dini hari (9/6/2021), bayi Khaira kembali dites COVID-19, kali ini dengan metode swab antigen. Hasilnya, seperti di RS Stella Maris, negatif. Hal ini membuat orang tua bayi Khaira kesal dan merasa bayinya telah di-COVID-kan orang pihak RSUD Pirngadi.

"Tadi hasil rapidnya, gak tahu kapan ditesnya, gak tahu kapan diantibodi, dibilangnya hasilnya reaktif. Ternyata, direktur ditelepon sama bapak wakil DPR (DPRD Kota Medan) bapak Rajudin tadi, barulah anak ini di-swab antigen, dan hasilnya negatif. Sama seperti diswab di (RS) Stella Marris. Nah, mereka berarti berbohong," ujar ibu si bayi, dalam video rekamannya yang viral di media sosial.

"Sekarang saya minta anak saya dibawa pulang, tidak dikasih sama rumah sakitnya. Karena gak jadi operasi, hanya gara-gara selang infus yang untuk di dekat tulang bahu (kalau kalian anak kedokteran pasti kalian tahu), dia bilang alasannya di rumah sakit ini tidak ada," lanjut ibu bayi tersebut.

Setelah divonis reaktif COVID, bayi tersebut malah tidak jadi dioperasi. Para petugas medis di RSUD Pirngadi sempat memberikan jawaban berkelit-kelit sebelum akhirnya mengakui bahwa batalnya operasi dilakukan karena dokter bedah tidak datang.

Oknum dokter bedah tersebut diketahui sama dengan dokter bedah yang menolak mereka di RS Stella Maris.

Wakil Ketua DPRD Medan, Rajudin Sagala membenarkan bahwa dirinya mendapat pengaduan dan dimintai bantuan oleh orang tua si bayi.

Rajudin bilang, bayi tersebut diduga ditelantarkan hingga akhirnya meninggal dunia, setelah sebelumnya sempat di-COVID-kan oleh oknum perawat di rumah sakit itu.

"Ibunya ada ngintip dari jendela, kebetulan pintunya agak renggang. Dia dengar perawat itu bilang, 'Bagaimana kalau kita covidkan?'. Ini keterlaluan," ujar Rajudin.

Mendapat aduan itu, Rajudin pun sempat menjenguk bayi tersebut pada Selasa (8/6/2021). Saat itu, ia melihat si bayi masih menangis dan bergerak.

Menurut Rajudin, dokter bedah yang harusnya menangani bayi tersebut sangat keterlaluan. 

Dari keterangan orang tua si bayi, dokter bedah tersebut kebetulan sama dengan dokter yang menerima bayi tersebut di RS Stella Maris.

Sementara itu, pihak RSUD Pirngadi membantah bahwa bayi tersebut di-COVID-kan.

"Jadi begini, bayi itu dua kali dites. Pertama siang jam 14.30, dites antibodi, hasil reaktif. Kedua, malamnya pas mau dioperasi, dites antigen, hasilnya negatif. Jadi bahasanya reaktif, bukan positif COVID. Itu beda," ujar Humas Pirngadi Medan, Edison Perangin-angin, saat dihubungi Indozone melalui ponsel.

Terkait operasi yang batal dilakukan, Edison bilang, keluarga bayi tersebut terlanjut emosi sehingga proses administrasi tak selesai dilakukan.

Ia membantah bahwa gagalnya operasi tersebut dikarenakan dokter bedah yang menangani tidak datang.

"Ada SOP-nya. Dokter baru akan datang kalau semuanya (urusan administrasi BPJS) beres," katanya. []

BERIKUTNYA
SEBELUMNYA