Cerita Dokter Lihat Pasien Corona Usia Produktif Menanti Ajal di RS

Cerita Dokter Lihat Pasien Corona Usia Produktif Menanti Ajal di RS

Gelora Media
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO - Seorang dokter bercerita tentang pasien Corona usia produktif yang masuk dalam daftar tunggu 'antrean kematian'. Kondisi ini terjadi karena mereka belum mendapat ruang ICU.

Cerita 'Berapa lama lagi saya bisa hidup, Dok?' ini diungkap oleh dokter bernama Agnes Tri Harjaningrum melalui status Facebook-nya. Cerita tersebut kembali dibagikan oleh pendiri Drone Emprit, Ismail Fahmi, lewat akun Twitternya. detikcom telah mendapat izin untuk mengutip cerita tersebut.

Mulanya, Agnes bercerita soal kondisi sebuah RSUD di Jakarta yang penuh. Akibatnya, dia mendapat pertanyaan dari para pasien soal berapa lama lagi mereka bisa bertahan hidup.

Dia mengatakan sejumlah pasien dalam daftar tunggu sudah menandatangani do not resuscitate (DNR). DNR merupakan keputusan tidak melanjutkan tindakan pertolongan (CPR/cardiopulmonary resuscitation) setelah 30 menit tidak menunjukkan ada return of spontaneous circulation (ROSC). Pasien-pasien dengan DNR termasuk dalam kategori sebagai pasien menjelang ajal.

Mereka hanya bisa diberi obat-obatan sederhana, infus, dan oksigen. Sehingga, jika kondisinya memburuk, mereka tidak akan mendapat tindakan apa-apa lagi. Ironisnya, para pasien dalam daftar antrean ini rata-rata berada di rentang usia antara 30-50 tahun.

"Mereka benar-benar seperti menunggu antrian kematian kan jadinya hiks. Dan sedihnya pasien-pasien yang antri itu bukan yang sudah sepuh-sepuh, tapi usia 30 sampai 50-an. Usia produktif, meskipun ada juga yang beneran sepuh memang. Kadang ada yang DOA (death on arrival), ada juga yang meninggal di perjalanan," tulisnya.

Dia menuturkan bahwa angka kematian di RSUD tersebut tinggi. Hampir setiap hari ada pasien yang meninggal dunia.

"Angka kematian di RS ini pasti tinggi, karena hampir setiap hari ada pasien meninggal. Hari ini dua, kemarin satu. Padahal sebulan lalu seminggu juga belum tentu satu. Bagian peralatan sudah menyiapkan peti mati lebih banyak karena kebutuhan meningkat," katanya.

Jakarta
Sebelumnya, Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria mengatakan data bed occupancy rate (BOR) isolasi pasien Corona di rumah sakit di Jakarta sudah menyentuh angka 93 persen. Sementara itu, keterisian ruang ICU saat ini mencapai 87 persen.

"Okupansi memang tempat tidur sudah mencapai 93 persen, ruang ICU 87 persen," kata Riza setelah meninjau posko terpadu PPKM mikro di Kelurahan Cikini, Jakarta Pusat, Senin (28/6/2021).

Riza menerangkan pihaknya terus menambah tempat tidur dan ruang ICU di beberapa rumah sakit. Selain itu, Pemprov DKI akan menambah beberapa tenaga kesehatan dan laboratorium.

"Namun kami terus meningkatkan dan mengupayakan peningkatan penambahan tempat tidur dan ruang ICU, penambahan tenaga kesehatan, laboratorium, dan berbagai fasilitas dukungan," ungkapnya.

Lebih lanjut politikus Gerindra ini menyebut penambahan kasus Corona di DKI yang terus mencetak rekor terjadi karena jumlah testing di DKI yang tinggi. Kata Riza, jumlah testing di DKI mencapai 135.940 atau setara 14 kali lipat dari standar WHO.

"Sekalipun memang di Jakarta dalam dua hari terakhir ini mencapai rekor sampai 9.000, perlu diketahui itu juga disebabkan karena memang tes PCR di Jakarta, 3T kami tracing, testing, dan treatment kami tinggi ya, testing kami mencapai 135.940 itu. Artinya, hampir 14 kali dari standar WHO, memang itulah cara yang dilakukan ini kami Pemprov untuk segera menyelesaikan dengan cara meningkatkan 3T, tugas masyarakat mari kita tingkatkan 3M," ungkapnya.(dtk)
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita