Tanggapi Peretasan terhadap Anggota ICW dan Eks Pimpinan KPK, Rocky Gerung: Ini Modus Dungu!

Tanggapi Peretasan terhadap Anggota ICW dan Eks Pimpinan KPK, Rocky Gerung: Ini Modus Dungu!

Gelora News
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO - Pengamat politik sekaligus peneliti Perhimpunan Pendidikan Demokrasi (P2D), Rocky Gerung, menanggapi peristiwa peretasan yang dialami aktivis ICW dan Eks Pimpinan KPK.

Dia mengatakan peretasan tersebut adalah gejala biasa yang terjadi pada kekuasaan ketika merasa terganggu dengan oposisi.

"Harusnya, kekuasaan bisa pilih tuh, berhadap-hadapan di dalam opini publik atau diamkan saja opini publik. Ini dia bereaksi terhadap oposisi," ujarnya melalui Youtube Rocky Gerung, Rabu, 19 Mei 2021.

"Ini adalah modus yang dungu," tambahnya.

Lebih lanjut, dia menjelaskan bahwa ada dua alasan mengapa akun-akun tersebut diretas.

Pertama, ada yang membenci oposisi dan kedua, membenci pikirannya sendiri.

"Kalau dia membenci pikiran oposisi, lawan dengan pikiran. Bukan dengan menghalau atau mengunci alat-alat berpikir, yaitu WA dan sosial media," terangnya.

Rocky juga menyinggung bahwa Istana punya peralatan baru karena mau menguji efektifitas alat tersebut untuk menghalau oposisi.

"Mungkin, dia abis dapat teknologi baru dari Israel, namanya Pegasus yang bisa meng-hack satu Kota," sindirnya.

Sebelumnya, pada Senin, 17 Mei 2021, sejumlah aktivis ICW dan eks Pimpinan KPK mendapat rentetan teror digital melalui beberapa platform.

Melansir IDNTimes, saat itu, organisasi Indonesia Corruption Watch (ICW) sedang siap-siap menyelenggarakan diskusi virtual bertajuk "Menelisik Pelemahan KPK Melalui Pemberhentian 75 Pegawai" yang digelar pukul 13.00 - 15.00 WIB. 

Salah satu pola teror yang terjadi yakni, ketika diskusi sedang berjalan, tiba-tiba muncul video dan foto porno di ruangan Zoom yang muncul di akun atas nama Abraham Samad, Ketua KPK (2011-2015).

Pelaku peretasan yang menyusup masuk ke ruang Zoom, mematikan mikrofon dan video pembicara.

Ada tujuh eks pimpinan KPK yang menjadi pembicara, yaitu: Busyro Muqoddas, Adnan Pandu Praja, Saut Situmorang, Moch Jasin, Busyro Muqoddas, Agus Rahardjo, dan Abraham Samad.

Akun WhatsApp Nisa juga diretas dan diambil alih oleh orang lain. Menurut Wana, total ada delapan staf ICW yang akun WhatsAppnya diretas. 

"Beberapa orang yang nomor WhatsApp nya diretas sempat mendapatkan telepon masuk menggunakan nomor luar negeri (dari Amerika Serikat) dan juga puluhan kali dari nomor provider Telkomsel," kata Peneliti Wana Alamsyah, seperti dikutip dari IDNTimes pada Rabu, 19 Mei 2021. (*)
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita