Sosok Ismail Haniyeh, Pemimpin Hamas yang Surati Jokowi

Sosok Ismail Haniyeh, Pemimpin Hamas yang Surati Jokowi

Gelora Media
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO - Pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh mengirim surat ke Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk meminta mobilisasi dukungan. 

Karier Ismail Haniyeh dimulai saat ia menjadi sekretaris pribadi pendiri Hamas, Syekh Ahmed Yassin.

Dikutip dari laman ensiklopedia britannica, Ismail Haniyeh, yang juga dieja Ismail Haniya dan Ismāʿīl Haniyyah, lahir pada tahun 1962 di Kamp pengungsi Al-Shāṭiʾ, Jalur Gaza.

Haniyeh ditangkap oleh otoritas Israel pada tahun 1988 dan dipenjara selama enam bulan karena partisipasinya dalam intifada pertama (pemberontakan melawan pendudukan Israel).

Dia dikenal sebagai politisi Palestina dan pemimpin Hamas yang menjabat sebagai perdana menteri Otoritas Palestina (PA) pada 2006-2007, setelah Hamas memenangkan mayoritas kursi dalam pemilihan legislatif Palestina 2006.

Setelah pertempuran antar faksi dengan saingannya Fatah menyebabkan pembubaran pemerintah dan pembentukan pemerintahan otonom yang dipimpin Hamas di Jalur Gaza, Haniyeh menjabat sebagai pemimpin pemerintahan de facto di Jalur Gaza (2007-14). Pada 2017 dia terpilih untuk menggantikan Khaled Meshaal sebagai kepala biro politik Hamas.

Namun, sebelum dikenal sebagai pemimpin Hamas, Haniyeh merupakan sekretaris pribadi pendiri Hamas, Sheikh Ahmed Yassin. Haniyeh dianggap sebagai orang kepercayaan pemimpin spritual Hamas itu. Keduanya pernah menjadi sasaran upaya pembunuhan yang gagal oleh Israel pada tahun 2003, meskipun Yassin dibunuh hanya beberapa bulan kemudian.

Saat konflik Israel dan Palestina memanas, ia pun menggalang dukungan dari negara-negara muslim. Misalnya, Haniyeh baru saja bertemu Menlu Qatar untuk memastikan dukungan dari negara tersebut.

Terbaru, Haniyeh kini meminta Presiden Jokowi untuk memobilisasi dukungan negara Islam dan internasional terhadap Palestina.

Dilansir dari Anadolu Agency, Kamis (20/5/2021), surat itu disampaikan Jokowi pada Selasa (18/5) lalu. Dalam suratnya, militan Palestina itu menuliskan perihal agresi Israel ke Palestina yang terus meningkat.

"Kami meminta Anda untuk segera bertindak dan memobilisasi dukungan Arab, Islam dan internasional, dan untuk mengambil sikap yang jelas dan tegas untuk mewajibkan pendudukan Israel segera menghentikan agresi dan terornya di Jalur Gaza," kata Haniyeh dalam suratnya.

Haniyeh juga meminta Jokowi untuk menyerukan diakhirinya kekerasan di Yerusalem dan penduduknya. Termasuk soal pengusiran paksa dan diskriminasi rasial terhadap warga Palestina.

"Termasuk skema Yudaisasi, permukiman, pengusiran paksa dan diskriminasi rasial, dan mencabut semua keputusan yang menargetkan pintu gerbang dan lingkungannya, terutama lingkungan Sheikh Jarrah," lanjutnya.

Haniyeh juga meminta Jokowi untuk memobilisasi dukungan internasional untuk mendesak Israel agar "menjauhkan tangannya" dari Masjid Al-Aqsa, dan untuk menghentikan kekerasan terhadap jemaah dan mengizinkan mereka untuk menjalankan ibadah dengan bebas.

"Semoga Tuhan memberkati dan mengaruniakan kesuksesan, dan untuk kemajuan Indonesia lebih lanjut," kata Haniyeh.

Sementara itu, juru bicara Presiden Fajdroel Rachman belum menanggapi pertanyaan Anadolu Agency terkait surat tersebut.

Sebelumnya pada 10 Mei, Haniyeh juga pernah mengirimkan surat ke Jokowi. Haniyeh saat itu mencari dukungan dan menyerukan umat Islam untuk berdiri bersama melawan agresi Israel di akhir bulan suci Ramadhan.

Untuk diketahui, setidaknya 227 warga Palestina telah tewas, termasuk 64 anak-anak dan 38 wanita. 1.620 warga juga dilaporkan terluka dalam serangan Israel ke Palestina sejak 10 Mei.(dtk)
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita