Jokowi Akui Tipe Pelajar Tak Mau Kalah Ketika Sekolah

Jokowi Akui Tipe Pelajar Tak Mau Kalah Ketika Sekolah

Gelora News
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO - Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Mendikbud-Ristek Nadiem Makarim membuat podcast peringatan Hari Pendidikan Nasional atau Hardiknas 2021. Pada acara ini Jokowi dan Nadiem saling berbagi cerita mengenai pendidikan di Indonesia.

Saat perbincangan yang disiarkan oleh YouTube Sekretariat Presiden, Minggu (2/5/2021) itu, Nadiem dan Jokowi saling bertanya jawab. Salah satu pertanyaan yang diajukan Nadiem adalah meminta Jokowi untuk menjelaskan kepribadiannya saat belajar dulu.

"Saya boleh tanya, tipe pelajar apa sih Pak Presiden ketika sekolah dan waktu kuliah dulu Pak?" tanya Nadiem kepada Jokowi.

Jokowi lantas menjawab tipe orang yang tak mau kalah. Hal itu dialami Jokowi mulai di bangku sekolah dasar.

"Kalau saya orangnya memang waktu entah itu di SD, SMP, SMA di universitas memang tak mau kalah. Artinya gini, artinya kalau saya melihat teman saya misalnya malam belajar satu jam, saya tahu di belajar 1 jam, saya belajarnya 2 jam. Habis subuh misalnya teman saya belajar 30 menit, saya belajar 1 jam. Juara satu misalnya, saya melihat belajarnya malam 2 jam, saya 4 jam," jawab Jokowi.

"Misalnya gitu, tidak mau kalah di situ maksud saya. Kenapa saya seperti itu? Karena dengan belajar kita bisa mewujudkan cita-cita," sambungnya.

Selain tekun belajar, Jokowi mengaku sebagai pecinta alam. Dia menyebut mempelajari banyak hal dari alam.

"Tapi juga saya aktif utamanya di pecinta alam. Saya memang senang dan juga bisa belajar di mana saja. Belajar kan tidak hanya di kampus, tapi di alam kita bisa belajar. Dan pendidikan yang kita peroleh di luar ruang kelas juga sama pentingnya dengan pendidikan yang kita terima di dalam kelas. Kadang bisa lebih penting," kata Jokowi.

Selain itu, Nadiem juga menceritakan perubahan pendidikan saat pendemi Corona. Utamanya, pendidikan saat pendemi ini mengharuskan guru untuk mengusai teknologi dengan cepat.

"Kita juga udah melihat belum pernah kita melihat jumlah guru yang hari ini terpaksa untuk mempelajari berbagai macam platform pendidikan. Itu kalau tidak ada pandemi tidak mungkin pak, bisa 10 tahun mencapai, tetapi karena pandemi jumlah guru dan orang tua yang belajar teknologi Pak, luar biasa," kata Nadiem.

Nadiem kemudian bertanya kepada Jokowi mengenai pendidikan apa yang diinginkan oleh Jokowi terhadap rakyat Indonesia. Jokowi ingin, pendidikan bisa dirasakan oleh seluruh anak bangsa hingga ke pelosok negeri.

"Pendidikan untuk semua, artinya inklusif sampai ke pinggiran, sampak ke pelosok desa, ke pelosok Tanah Air. Tapi pendidikan yang berkualitas yang kompetitif, dua-duanya berjalan bersamaan. Ini yang saya tugaskan ke Mas Menteri justru dengan sekarang ini adanya pandemi terjadi percepatan digitalisasi," tegas Jokowi.

Giliran Jokowi mengajukan pertanyaan kepada Nadiem. Jokowi menanyakan kendala yang dialami oleh dunia pendidikan Indonesia selama belajar jarak jauh.

"Banyak kendalanya, banyak yang nggak punya HP, koneksi internet dan kita melihat di dunia memang kualitas dari pembelajaran itu ada penurunan. Tapi hal yang dipelajari para guru-guru dan anak-anak mengenai platform digital ini menjadi kesempatan emas bagi kita Pak Presiden untuk mengikuti perkembangan itu dan menggunakannya untuk transformasi pendidikan," jawab Nadiem.

"Jadi sudah ada terobosan-terobosan?" tanya Jokowi.

Nadiem lalu memaparkan program yang saat ini dengan digagas Kemendikbud-Ristek. Salah satu program itu adalah survei karakter dan alat ukur nilai-nilai Pancasila di sekolah.

"Ada beberapa, pertama digitalisasi sekolah akan menjadi salah satu fokus utama di dalam program merdeka belajar ini. Tetapi ada beberapa program yang sangat penting yang sudah diluncurkan Pak walaupun di masa pandemi, yang pertama adalah ujian nasional kita ubah menjadi asesmen nasional. Dan pertama kali dalam sejarah kita Pak Presiden kita akan menambahkan survei karakter di mana nilai-nilai Pancasila bisa kita ukur dan kita kuantifikasi per sekolah, isu-isu seperti intoleransi, kekerasan seksual dan perundungan bisa kita ukur," kata Nadiem.

Jokowi kemudian menginterupsi pemaparan Nadiem. Jokowi memuji program yang mengukur nilai-nilai Pancasila itu.

"Oh bagus sekali, bagus sekali," puji Jokowi.

Nadiem memaparkan bahwa setiap sekolah akan dipetakan mengenai tingkat pemahaman dan penerapan terhadap nilai-nilai Pancasila. Nadiem menyebut hasil dari survei itu akan dirangkum dalam big data.

"Per sekolah Pak, nanti ada peta-petanya. Jadi ini salah satu program big data pertama kita Pak. Pak Presiden selalu menagih saya melakukan digital government, ini step pertama kita Pak," tutur Nadiem.

Selain itu, Nadiem juga memaparkan program untuk guru. Seperti regenerasi kepemimpinan pada guru sebagai salah satu bekal dalam mengajar.

"Yang kedua adalah program guru penggerak. Di mana regenerasi kepemimpinan, kepala sekolah kita, pengawas kita, guru-gurunya LPTK kita itu akan keluar dari alumninya guru penggerak," jelas Nadiem.

"Ketiga kita transformasi keuangan, ini yang dengan dukungan Pak Presiden sangat membantu, data BOS yang tadinya suka datang telat, kita nggak lewat pemerintah daerah, langsung transfer ke sekolah biar kepala sekolah nggak perlu nalangin dulu. Biasanya minjam-minjam Pak sama orang tua. Sekarang alhamdulillah transfer langsung. Kedua kepala sekolah punya fleksibilitas dalam penggunaan dana bos," sambungnya.

Jokowi menyadari setiap sekolah itu berbeda-beda kebutuhannya. Menurutnya, kebutuhan itu harus disesuaikan berdasarkan kebutuhan.

"Ini kan negara besar ya, kebutuhan di setiap sekolah, di setiap daerah itu pasti beragam, berbeda-beda," tutur Jokowi.

Di akhir podcast itu, Nadiem kemudian bertanya hal apa yang dilakukan Jokowi saat sekolah yang masih bermanfaat hingga sekarang.

"Saya selalu belajar dari kesalahan, kemudian juga tidak pernah putus asa, dan saya senang yang namanya kompetisi. Saya pikir itu yang membuat saya berani memulai berwirausaha mulai dari nol sebelum jadi pejabat publik. Kalau kita tidak berani berbuat sesuai yang kita tahu akan baik untuk pengembangan diri bahkan baik untuk sesama saya pikir kita tidak akan bisa maju. Dari dulu saya itu suka ingin tahu, dan semuanya ingin tahunya juga secara detail. Saya lihat betul," tutur Jokowi.

Jokowi kemudian berpesan kepada seluruh pelajar dan tenaga pendidik di Indonesia. Jokowi meminta anak bangsa untuk tidak berhenti belajar.

"Jangan berhenti belajar walau sedang pandemi, justru gunakan untuk belajar sekarang ini secara mandiri dan menjadi pembelajar sejati. Ilmu dari sekolah atau dari kampus itu bisa menjadi suatu saat itu usang, menjadi jadul. Tapi kalau selalu belajar sepanjang zaman, ini akan terus bisa relevan, artinya memang kita harus belajar terus. Menjadi pembelajar sepanjang hidup," tutup Jokowi. (*)
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita