Dua Ilmuwan Eropa Buktikan Virus Corona Berasal dari Lab, China Lakukan Manipulasi Genetik

Dua Ilmuwan Eropa Buktikan Virus Corona Berasal dari Lab, China Lakukan Manipulasi Genetik

Gelora News
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO - Dua ilmuwan asal Eropa menyebut virus corona SARS-CoV-2 merupakan hasil rekayasa genetika di laboratorium China yang digunakan untuk mengetahui kemampuan virus untuk bertransmisi dan bereproduksi.

Dua ilmuwan tersebut adalah seorang ahli onkologi di Sekolah Kedokteran Rumah Sakit St George London, Profesor Angus Delgleish dan ahli virologi Norwegia, Dr. Birger Sorensen. Studi tersebut diperkirakan akan segera dirilis di Quarterly Review of Biophysics Discovery.

Dilaporkan Daily Mail, di dalam studi tersebut keduanya menyakini SARS-CoV-2 merupakan penelitian 'Gain of Function'.

Mereka juga mengklaim memiliki "sidik jari" dari "manipulasi genetik" yang dilakukan oleh China, yang kemudian mereka mencoba untuk menutupi asal usul virus itu di laboratorium.

"SARS-CoV-2 tidak memiliki nenek moyang alami yang kredibel," ujar kedua peneliti.

Menurut mereka, urutan protein yang ada dalam SARS-CoV-2 menunjukkan, tanpa keraguan, virus berasal dari laboratorium.

"Hukum fisika menunjukkan Anda tidak dapat memiliki empat asam amino bermuatan positif secara berturut-turur. Satu-satunya cara Anda bisa mendapatkan ini adalah jika Anda membuatnya secara artifisial," ujar Dalgleish.

Lebih lanjut, mereka juga mendeteksi apa yang mereka yakini sebagai tanda rekayasa lebih lanjut dalam upaya membuat varian virus terlihat seperti mutan secara alami.

"Strain 'muncul' setelah Januari 2020 tidak kredibel. Selama setahun kami telah memiliki bukti rekayasa retro prima facie di China pada awal 2020," kata kedua peneliti.

"Kami pikir telah ada virus rekayasa-retro yang dibuat. Mereka telah mengubah virusnya, lalu mencoba mengetahuinya secara berurutan bertahun-tahun yang lalu," tambah mereka.

Di dalam studi tersebut, para peneliti menuding China telah sengaja menghancurkan, menyembunyikan, dan mencemari data di Institut Virologi Wuhan. Otoritas juga disebut mengancam para ilmuwan China yang ingin mengungkap fakta.

"Tampaknya materi virus yang diawetkan dan informasi terkait telah dihancurkan. Oleh karena itu, kami dihadapkan pada celah besar dalam data yang mungkin tidak akan pernah terisi," tulis Dalgleish dan Sorensen.

Sementara itu, menurut para ilmuwan China dan tim ahli yang dipimpin Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang mengunjungi Wuhan selama empat pekan, virus corona kemungkinan telah ditularkan dari kelelawar ke manusia melalui hewan lain. Mereka juga menyebut kebocoran laboratorium sangat tidak mungkin sebagai penyebab kemunculan virus corona.

Spekulasi virus corona muncul dari laboratorium China kembali mencuat usai Wall Street Journal melaporkan ada tiga peneliti Institut Virologi Wuhan yang diduga mengalami gejala Covid-19 pada November 2019, sebulan sebelum China melaporkan kasus pertama infeksi virus corona. []
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita