Tuding Aqidah Penyebab Radikalisme, Gus Yasin: Said Aqil Tak Sadar Secara Langsung Menantang Allah?

Tuding Aqidah Penyebab Radikalisme, Gus Yasin: Said Aqil Tak Sadar Secara Langsung Menantang Allah?

Gelora News
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO - Reaksi keras muncul atas pernyataan Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siroj (SAS) yang meminta dosen agama di fakultas umum tingkat universitas untuk tidak terlalu banyak mengajarkan aqidah dan syariah karena dapat meningkatkan risiko peningkatan radikalisme.

Ketua Harian Pergerakan Penganut Khitthah Nahdliyyah (PPKN), Tjetjep Muhammad Yasin mengatakan, aqidah tidak ada urusannya dengan radikalisme. Sebab aqidah merupakan pondasi iman umat Islam.

"Masa Ketum PBNU tidak paham kalau aqidah adalah pondasi iman. Ibarat rumah kalau pondasinya tidak kokoh jelas rumahnya rapuh dan membahayakan penghuninya. Saya tidak bisa membayangkan kalau pondasi iman umat Islam tidak dibuat kokoh, sudah pasti akan dihajar oleh kaum Syiah, liberal dan komunis. Akibat yang fatal serangan pemurtadan akan melibas umat Islam,” jelas Gus Yasin sapaannya, Selasa (6/4).

Gus Yasin juga mengkhawatirkan tudingan SAS terkait pelaku kejahatan teroris dengan Wahabi dan Salafi. Secara tidak langsung, hal itu juga menyudutkan umat Islam. Dan sekarang, SAS menghubungkan aqidah dengan radikalisme. 

“Pertanyaaan saya apa beliau KH SAS tidak menyadari pernyataan atau tuduhan beliau perihal aqidah yang menyebabkan radikalisme ini secara langsung menantang Allah SWT dengan menuduh Rasulullah dan para sahabat sampai para habaib, para kiai dan para ulama yang berdakwah untuk memperkuat aqidah umat Islam adalah penyebab radikalisme,” tegasnya. 

Ditambahkan Gus Yasin, tuduhan radikalisme disebabkan aqidah tidak mendasar. “Hanya orang Syiah, komunis dan liberal yang tidak menghendaki aqidah umat Islam itu kuat,” tutupnya seperti dilansir Kantor Berita RMOLJatim. 

Sebelumnya dalam sebuah sebuah diskusi daring, Senin (5/4), SAS mengatakan bahwa dosen agama yang bukan fakultas agama tidak usah mengajar aqidah. 

"Bagi dosen agama yang mengajar agama di bukan fakultas agama, tidak usah banyak-banyak bincang akidah dan syariah. Cukup dua kali pertemuan. Rukun iman dan [rukun] islam," Said Aqil.

"Kecuali (jurusan) ushuluddin, kecuali (jurusan) fiqih atau tafsir hadis. Itu terserah, itu harus mendalam. Tapi kalau dosen yang mengajar di fakultas yang umum, Teknik, hukum misalkan enggak usah banyak-banyak tentang aqidah dan syariah, cukup dua kali," tuturnya. []
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita