Selain Blackout, Mantan KKM Sebut Hal Fatal Ini Bisa Terjadi di KRI Nanggala-402

Selain Blackout, Mantan KKM Sebut Hal Fatal Ini Bisa Terjadi di KRI Nanggala-402

Gelora Media
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO - Mantan Kepala Kamar Mesin (KKM) kapal selam KRI Nanggala-402 Laksamana TNI (purn) Frans Wuwung menyebut kemungkinan blackout menjadi salah satu penyebab hilangnya KRI Nanggala-402. 

Frans juga menyebut ada satu hal fatal lain yang juga bisa menyebabkan kapal hilang.

"Karena ada 1 hal yang paling berbahaya, bukan karena blackout. Namun, rasanya sulit terjadi, yakni ruang baterai dipenuhi oleh air laut. 

Tapi itu hampir susah untuk terjadi. Wong dia (kapal) baru siap mau berlayar dan baru menyelam, terus kok bisa kebocoran," ujar Frans saat ditemui wartawan di kediamannya, Jumat (23/4/2021).

Selama menjadi KKM KRI Nanggala-402 sejak 1985, Frans mengatakan hal fatal itu belum pernah ia alami. Hanya blackout saja yang pernah ia alami dan dirinya berhasil selamat.

Meski begitu, ada potensi ruang baterai dipenuhi air laut apabila kapal tersebut berada di kedalaman lebih dari batasnya.

"Cuma memang ada teori, ruang baterai kemasukan air laut, kemudian elektrolit bercampur air laut. Lalu timbul gas floor warnanya putih dan nol koma sekian detik putus (sembari tangannya menggenggam miniatur kapal) dan semua (rusak). Tapi kok rasanya ya sulit terjadi," jelasnya.

Frans lalu memprediksi, bila KRI Nanggala-402 berada di kedalaman sekitar 200-300 meter, maka kemampuan bertahan awak kapal bisa sampai besok, Sabtu (24/4).

"Saya setuju KSAL, tapi harus kedalaman diizinkan, kalau lebih dari yang diizinkan sudah tidak ada cerita. Kemampuan bertahan, kalau kejadian sekarang ini, ya perhitungan saya Sabtu, kalau dia ada di kedalaman misal di 200 meter sampe Sabtu (mungkin bertahan)," sambungnya.

Frans juga menduga, penyebab hilangnya KRI Nanggala-402 karena konverter rusak.

"Saya jadi KKM Nanggala kira-kira tahun 1985. Analisa saya bahwa yang namanya blackout berarti power loss, peralatan tidak bisa digerakkan dan kemudi pada kedudukan menyelam. Motor sudah berhenti, tetapi sudah menuju turun. Dan barangkali ABK ada something terlalu lama mencari penyebab blackout itu. Analisa saya konverternya ada gangguan," ujarnya.

Frans menjelaskan, kegunaan konverter sendiri untuk mengubah arus DC ke AC. Karena, power yang dihasilkan baterai di kapal selam tersebut DC.

"Kapal selam kalau blackout, powernya dari baterai, arusnya DC searah. Untuk peralatan di kapal selam ini memerlukan arus AC, harus ada konverter untuk mengubah arus ke AC. Kalau blackout tidak ada komunikasi, tidak ada power, berarti dari baterai tidak nyampai ke peralatan. Apakah itu alat komunikasi segalanya tidak nyampai. Karena alat ini membutuhkan arus listrik AC, berarti konverternya trouble dengan teknis ya ini," terangnya.

"Pengalaman saya pernah blackout dan kapal dalam posisi menuju ke kedalaman, kalau menyelam KKM itu boleh istirahat dan kita serahkan ke kemudi selam. Nah saat turun saya pernah blackout. Di kapal selam kita itu ada lampu darurat, yang di dekat kita bisa kita on-kan dengan baterai khusus. Begitu blackout bisa kita nyalakan. 

Nah saat blackout, antisipasi kita adalah biasanya kita mencari saklar yang jatuh (turun) karena automatic. Mungkin mereka cari saklar tidak ketemu dalam posisi kapal ke bawah. Kalau kita bisa cari lagi (saklarnya) dan bisa nyalakan lagi (normal lagi). Saya khawatir saat blackout itu panik, apalagi waktunya pagi (menyelam)," kata Frans.(dtk)
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita