Kisah Wabah Dancing Mania, Penyakit Aneh di Eropa yang Bikin Orang Joget Sampai Mati

Kisah Wabah Dancing Mania, Penyakit Aneh di Eropa yang Bikin Orang Joget Sampai Mati

Gelora News
facebook twitter whatsapp


EROPA Abad Pertengahan sering dianggap sebagai Abad Kegelapan, era yang dipenuhi tikus sehingga menimbulkan banyak wabah penyakit, kekacauan, dan kekerasan yang tidak masuk akal. Salah satu yang paling aneh adalah dancing mania atau wabah menari mematikan.

Di daratan Eropa antara abad ke-11 hingga ke-17, ada sejumlah laporan aneh tentang kemunculan wabah menari atau juga dikenal sebagai Tarian St. John dan Tarian St. Vitus--vitus adalah santo pelindung penari katolik.

Cerita bermula ketika sekelompok orang melakukan tarian tak menentu dalam keadaan tak sadarkan diri. Di setiap harinya, jumlah orang yang menari justru semakin banyak, beberapa musisi yang terlena mulai bergabung, menarik ribuan peserta lain hingga adegan itu tampak seperti lukisan pemandangan yang mengerikan. Dalam wabah tarian yang lebih parah, belasan orang akan menari hingga mereka mati kelelahan. 

Salah satu wabah menari yang terdokumentasikan dengan baik terjadi sekitar Juni 1374 di Aachen, Jerman, yang saat itu merupakan bagian dari Kekaisaran Romawi Suci.

“Mereka membentuk lingkaran bergandengan tangan dan tampak telah kehilangan kesadaran, mereka terus menari, tak memperdulikan orang sekitar, selama berjam-jam mengigau liar sampai akhirnya jatuh ke tanah dalam keadaan lelah,” tulis laporan tersebut sebagaimana dikutip IFL Science.

“Penyakit itu benar-benar berkembang, serang dimulai dengan kejang epilepsi. Mereka yang terkena dampak jatuh ke tanah tak sadarkan diri, terengah-engah dan berusaha untuk bernapas. Mulut mereka berbusa dan tiba-tiba muncul tarian lain di tengah-tengah putaran.”

Laporan lain bahkan mengatakan bahwa dancing mania abad ke-14 dari Aachen menyebar ke kota-kota terdekat di sekitar Kekaisaran Romawi Suci yang ditemukan di Jerman, Belanda, dan Belgia. Belakangan, sejumlah teori muncul untuk menjelaskan fenomena aneh ini.

Sebuah makalah edisi 2009 di jurnal medis The Lancet menyebut bahwa wabah menari kemungkinan terjadi karena orang-orang diracuni tepung terkontaminasi ergot, jamur yang tumbuh di gandum hitam. Paparan alkaloid jangka panjang yang disebabkan jamur dapat menimbulkan berbagai gejala termasuk kejang dan gangguan psikosis.

Ergot diketahui mengandung asam lisergat, merupakan salah satu bahan pembangun kimiawi yang ditemukan dalam asam lisergat dietilamida--lebih dikenal sebagai LSD. Beberapa penyakit atau kontaminan serupa lain telah dikaitkan dengan ergot. Tapi tampaknya tidak mungkin ergot bisa menyebabkan epidemi seperti festival menari.

Kemungkinan lain adalah keadaan perubahan massal yang disebabkan oleh tekanan psikologi ekstrem selama beberapa dekade akibat panen buruk dan penyakit ganas. Sebagai alternatif, beberapa catatan menyebut fenomena wabah menari mirip dengan ritual yang terlihat di berbagai budaya di seluruh dunia.

Dari sekian banyak teori yang dikemukakan peneliti, ada satu yang mungkin lebih masuk akal, adalah wabah menari disebabkan oleh penyakit psikogenik massal yang terkadang disebut histeria massal. Psikogenik massal terjadi ketika sekelompok orang mengalami gejala psikologis atau fisik yang sama sebagai respons terhadap suatu ancaman, baik nyata maupun khayalan.

Meski sangat jarang, kasus mirip dancing mania pernah terjadi di zaman modern. Pada 2011, sekitar 18 orang di sebuah sekolah menengah di New York, AS, tiba-tiba mengalami kedutan yang tak terkendali, termasuk kejang dan gangguan verbal seperti gejala sindrom Tourette.

Ada juga wabah pingsan yang memengaruhi sekitar 1.000 orang, terutama gadis remaja di Palestina di dekat Tepi Barat pada 1983. Ini semua hampir sama seperti wabah menari yang terjadi pada abad pertengahan.

Menulis di studi Lancet tersebut, sejarawan John Waller menyimpulkan bahwa fenomena wabah menari kemungkinan bisa dijelaskan melalui teori-teori yang dikemukakan para peneliti. Dia berpendapat bahwa selama puluhan tahun orang-orang kemungkinan besar telah diguncang oleh penderitaan psikologis akibat dogma yang merebak di masyarakat, yakni ketakutan akan kutukan tarian oleh St Vitus dan St John. (*)

BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita