Saiful Mujani: Bila KLB PD Diterima Pemerintah, Kekuatan Oposisi 8% Saja

Saiful Mujani: Bila KLB PD Diterima Pemerintah, Kekuatan Oposisi 8% Saja

Gelora Media
facebook twitter whatsapp



GELORA.CO - Pendiri Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), Saiful Mujani berbicara tentang kemungkinan yang terjadi bila Kongres Luar Biasa (KLB) Partai Demokrat di Deli Serdang diterima pemerintah. Saiful Mujani menyebut kekuatan oposisi bisa menjadi 8% saja.

"Sekarang Kepala Staf Presiden (KSP) Moeldoko ditetapkan menjadi ketua Demokrat melalui Kongres Luar Biasa (KLB) di Sumatera Utara. Bila hasil KLB ini diterima pemerintah dan menang di pengadilan jika AHY menggugat, bisa dipastikan Demokrat juga akan bergabung dengan pemerintah. Maka tinggal ada PKS sebagai oposisi. Kekuatannya sekitar 8% saja," kata Saiful Mujani dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (13/3/2021).

Saiful Mujani menilai kondisi ini akan menghilangkan sistem checks and balances yang ada dalam demokrasi. Bahkan, menurutnya, demokrasi bisa dikatakan melemah.

"Bila tinggal 8 persen oposisi, maka checks and balances bisa dikatakan hilang dalam demokrasi kita. Dan demokrasi yang demikian sebenarnya bukan demokrasi, setidaknya demokrasi yang lemah," tuturnya.

Dia juga berbicara kemungkinan lain soal kekuatan oposisi ini. Dia mengatakan bahwa PKS bisa dibesarkan karena kondisi ini.

"PKS akan menjadi oposisi tunggal dengan kekuatan yang tak berarti. Ini punya konsekuensi lain: jumlah yang tak puas dengan kinerja pemerintah memang bukan mayoritas tapi cukup besar, sekitar 30 persen. Ini lahan cukup luas untuk membesarkan PKS," ungkapnya.

Dia menjelaskan karakteristik PKS selama ini adalah berpolitik dengan narasi Islam. Dengan posisi PKS sebagai oposisi tunggal, maka seolah-olah PKS lah yang menjadi wakil umat Islam berhadapan dengan pemerintah.

"Narasi ini bertemu dengan fakta bahwa umat Islam memang terbelah secara politik," jelasnya.

Lebih lanjut, Saiful Mujani juga berbicara tentang kemungkinan polarisasi politik identitas. Menurutnya polarisasi politik identik bisa semakin dalam akibat kondisi ini.

"Di dua Pilpres terakhir, umat Islam terbelah dua. Yang membuat Jokowi menang di dua pilpres itu adalah pemilih nonmuslim. Dengan PKS sebagai oposisi tunggal, polarisasi politik karena identitas kemungkinan akan semakin dalam. Demokrasi dan stabilitas politik kita dalam ujian berat," terangnya.(dtk)

BERIKUTNYA
SEBELUMNYA