China Was-was di Myanmar: Pabrik Dibakar, Pipa Minyak Diserbu

China Was-was di Myanmar: Pabrik Dibakar, Pipa Minyak Diserbu

Gelora News
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO - Deretan investasi China di Myanmar nampaknya dalam keadaan was-was. Ini setelah insiden pembakaran pabrik-pabrik yang didanai China oleh demonstran anti-kudeta di negara itu, Minggu (14/3/2021).

Para pendemo, yang merupakan pekerja di kawasan industri Hlaingthaya, menganggap bahwa China mendukung readyviewed aksi militer Myanmar yang melakukan kudeta 1 Februari. Empat pabrik China dibakar dalam kejadian tersebut.

Ini membuat pemerintah Myanmar menerapkan darurat militer di Hlaingthaya. Status sama juga berlaku di Yangon, kota komersial Myanmar dan bekas ibu kota negeri itu.

Selain pabrik, sekelompok massa juga meneriakkan rencana menghancurkan pipa gas terbesar China-Myanmar pada demonstrasi akhir pekan kemarin di Mandalay. Upaya itu datang seiring bocornya dokumen pemerintah Myanmar, 24 Februari 2021.

Pejabat China telah meminta junta Myanmar untuk memberikan keamanan yang lebih baik ke fasilitas milik negeri itu. Termasuk data intelijen untuk membendung aksi kelompok etnis minoritas bersenjata di jalur pipa tersebut.

"Menjaga keamanan proyek kerja sama bilateral adalah tanggung jawab bersama baik China dan Myanmar," kata Kementerian Luar Negeri China dalam dokumen tersebut, seraya mengulangi seruan untuk "semua pihak di Myanmar untuk bersikap tenang dan menahan diri" dan untuk menyelesaikan perbedaan yang ada.

"Ini juga akan menguntungkan operasi yang aman dari proyek kerjasama bilateral," katanya.

Mandalay sendiri adalah titik jalur pipa di Myanmar yang terhubung dari Samudra Hindia ke China, yang dibangun sejak 2013. Pipa membawa minyak senilai US$ 1,5 miliar sejauh 770 km.

Hal ini membuat China bereaksi. China menegaskan pembakaran pabrik sangatlah parah dan meminta pihak berwenang dengan tegas menyelidiki kejadian itu.
"China mendesak Myanmar untuk mengambil langkah efektif lebih lanjut untuk menghentikan semua tindakan kekerasan, menghukum pelaku sesuai dengan hukum dan memastikan keselamatan jiwa dan properti perusahaan dan personel China di Myanmar," tulis Beijing melalui Kedutaan Besar China di Facebook, dikutip Reuters, Senin (15/4/2021).

Selain itu, China juga memberi peringatan keamanan ke semua warganya, khususnya yang memiliki aktivitas bisnis, di negeri itu. China mengingatkan aksi warga Myanmar akan membuat ketidakstabilan ekonomi mengingat Beijing telah memberikan ratusan ribu pekerjaan ke warga Burma.


China berada dalam perspektif yang buruk dimata warga Myanmar. Warga kesal lantaran sikap Beijing yang seakan-akan memihak pada junta dan tidak memberikan kecaman serta sanksi sekeras negara-negara barat.

"Jika Anda ingin berbisnis di Myanmar secara stabil, hormati orang Myanmar," kata pemimpin protes Ei Thinzar Maung, merujuk ke China.

"Hlaingthaya melawan, kami bangga padamu!" katanya lagi merujuk pembakaran pabrik China.

Tak hanya itu, kelompok demonstran lain bahkan meminta seluruh bisnis yang diadakan oleh pihak-pihak asal negeri tirai bambu untuk keluar dari negeri seribu pagoda itu.

"Bisnis China, Keluar! Keluar!" teriak selusin pengunjuk rasa di kota Mandalay.

Myanmar berada dalam kekacauan sejak 1 Februari ketika militer melancarkan kudeta dan menahan pemimpin sipil Aung San Suu Kyi. Ini mengakhiri era demokrasi selama satu dekade terakhir dan memicu protes massa setiap hari.

Militer melakukan hal ini karena mereka merasa pemilu yang dimenangkan kubu Suu Kyi pada November lalu adalah pemilu yang penuh kecurangan. Maka itu, militer menyatakan keadaan darurat selama setahun kedepan dan mengambil alih kekuasaan dan berjanji akan mengadakan pemilu ulang. []
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita