Kain Ungu Berusia 3.000 Tahun Diduga Dipakai Raja Daud dan Sulaiman

Kain Ungu Berusia 3.000 Tahun Diduga Dipakai Raja Daud dan Sulaiman

Gelora Media
facebook twitter whatsapp



GELORA.CO - Para peneliti di Israel menemukan potongan-potongan kain diwarnai dengan pigmen ungu kuno berusia 3.000 tahun, yang diyakini dipakai oleh orang-orang seperti Raja Daud atau Raja Sulaiman.

Diterbitkan dalam jurnal PLOS One, para ilmuwan menjelaskan penemuan tiga sampel kain ungu di situs peleburan tembaga Zaman Besi, yang masing-masing diwarnai dengan pewarna yang terbuat dari moluska Mediterania.

Penggunaan pigmen semacam itu pernah disinggung oleh beberapa teks agama, namun hingga saat ini satu-satunya bukti langsung keberadaannya berasal dari keramik bernoda dna tumpukan cangkang moluska yang dibuang.

"Ini adalah potongan pertama dari tekstil yang pernah ditemukan dari zaman Daud dan Sulaiman yang diwarnai dengan pewarna ungu," kata Dr Naama Sukenik, penulis penelitian ini, seperti dikutip dari IFL Science, Selasa (2/2/2021).

Kain kuno ungu berusia 3.000 tahun. [PLOS One]

Para arkeolog menemukan tekstil langka tersebut saat menggali situs bernama Slaves’ Hill yang terletak di Lembah Timna, Israel selatan.

Menurut Dr Sukenik, pada zaman kuno, pakaian ungu dikaitkan dengan bangsawan, pendeta, dan kerajaan.

Warna ungu yang tidak pudar dan tingkat kesulitan dalam memproduksi warna tersebut dapat dihasilkan dalam jumlah kecil di tubuh moluska, menjadikan pewarna ungu bernilai tinggi dan seringkali harganya lebih mahal daripada emas.

Penanggalan radiokarbon mengonfirmasi bahwa fragmen tersebut berusia 3.000 tahun. Terdiri dari sepotong kain tenun, rumbai, dan gumpalan serat wol, sampel-sampel itu sangat cocok dengan kerajaan Daud dan Sulaiman seperti yang tertera pada Al-kitab.

Menurut teks penulis Romawi Pliny the Elder, diketahui bahwa pewarna ungu dihasilkan dari pigmen yang ditemukan pada tiga spesies siput laut yang berbeda, yaitu Banded Dye-Murex (Hexaplex trunculus), Spiny Dye-Murex (Bolinus brandaris), dan Red-Mouthed Rock-Shell (Stramonita haemastoma).

Menggunakan teknik kromatografi cair tekanan tinggi, para peneliti dapat memastikan bahwa kain yang diwarnai memang mengandung pigmen dari moluska, menunjukkan bahwa warna tersebut adalah warna "ungu kerajaan" asli.

Menariknya, tidak ada spesies siput laut yang menjadi bahan pembuatan pewarna ditemukan di Laut Merah, yang berbatasan dengan Israel.

Sebaliknya, hewan itu menghuni perairan Mediterania dan kehadiran pewarna ungu di Timur Tengah menandakan adanya jalur perdagangan yang mapan di seluruh kawasan.

Mengingat pigmen hanya muncul dalam jumlah kecil pada siput laut, diperlukan tangkapan siput laut yang banyak untuk menghasilkan warna ungu.

Kain kuno ungu berusia 3.000 tahun. [PLOS One]

Selain itu, dengan menggabungkan tiga spesies berbeda dan mengendalikan paparan cahaya selama proses produksi, pembuat tekstil juga dapat mengubah rona pewarna dengan menghasilkan warna merah atau biru.[sc]

BERIKUTNYA
SEBELUMNYA