Jaga Pluralisme, Gembong Primadjaja Minta GAR ITB Tahan Diri

Jaga Pluralisme, Gembong Primadjaja Minta GAR ITB Tahan Diri

Gelora Media
facebook twitter whatsapp



GELORA.CO - Alumni yang tergabung dalam Gerakan Anti Radikal Ikatan Alumni Institut Teknologi Bandung (GAR ITB) diminta menahan diri dan menjaga pluralisme di Indonesia.

Sekretaris Jenderal (Sekjen) Ikatan Alumni ITB periode 2016-2020, Gembong Primadjaja, menekankan bahwa isu politik tidak ada dalam Anggaran Dasar Rumah Tangga dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) IA ITB.

Sehingga menurut Gembong, IA ITB seyogyanya bergerak dengan yang ada kaitannya dengan pendidikan di kampus. Yaitu teknologi, sains, dan seni.

“Pluralisme sudah menjadi keniscayaan. Tidak perlu lagi diperdebatkan atau dipertentangkan. Dengan adanya pluralisme, rasanya tidak mungkin radikal akan hidup nyaman,” tegas Gembong saat konferensi pers daring di Jakarta, Selasa (15/2).

Calon Ketua Umum IA ITB periode 2021-2025 ini menambahkan, GAR ITB menjadi sebuah isu besar saat ini karena kurangnya komunikasi dan interaksi satu sama lainnya. Ia menekankan harus ada sosok yang bisa menyediakan waktu yang cukup menjalin komunikasi sehingga mampu meminimalkan perbedaan persepsi antara kelompok di dalam IA ITB.

“Saat ini perbedaan persepsi menjadi PR agar bisa saya jembatani,” ucap caketum IA ITB nomor urut 3 ini.

“Saya berharap teman-teman yang sedang memperjuangkan sesuatu toleransi atau kebhinekaan tadi, bisa menahan diri agar lebih kondusif buat kita semua,” sambung Gembong, seraya menegaskan dirinya tak termasuk sebagai anggota GAR ITB.

Alih-alih memperdebatkan soal radikalisme, Gembong justru mengajak para alumni yang tergabung dalam IA ITB untuk bersama-sama membangun bangsa dan mendongkrak ranking ITB di Asia hingga dunia.
Keberadaan IA ITB menurutnya harus mampu menjadi kanalisasi dan optimalisasi alumni dalam berkarya membangun Indonesia menjadi lebih hebat.

Salah satu platform yang siap dijalankan Gembong jika terpilih sebagai Ketum IA ITB periode 2021-2025 adalah mengembangkan ‘Indonesianisme Summit’.

“Program (Indonesianisme Summit) ini sudah berjalan lima tahun. Ke depan kegiatan IA, memang juga harus memanfaatkan teknologi digital agar bisa memperluas cakupan kegiatan dan alumni lebih luas dari 130 ribu lebih alumni, saat ini belum bisa kita lakukan kegiatan apapun yang cukup besar. Evaluasi kedepan kita ingin memanfaatkan teknologi untuk interaksi komunikasi satu sama lain,” papar alumni Teknik Mesin ITB angkatan 1986 ini.

Selama menjabat Sekjen IA ITB, Gembong tercatat telah menyelenggarakan Indonesianisme Summit pada 2017, 2018, dan 2019. Acara tersebut bahkan dihadiri Wakil Presiden Jusuf Kalla dan sejumlah anggota kabinet.

Indonesianisme Summit berhasil mewujudkan kerja sama antara perusahaan start up milik alumni dan menampilkan produk teknologi kreasi Anak Bangsa.

Selain Indosianisme Summit, hal lain yang juga jadi fokus Gembong yaitu pengefektifan kas dana alumni. Kas akan diputar pada bisnis-bisnis alumni yang membutuhkan, dikelola tanpa bunga berdasarkan kerjasama dengan sharing hasil.

“Universitas-universitas di dunia, diskursus antara para alumninya adalah bagaimana membangun kekuatan ekonomi dari kekuatan teknologi atau produk atau science. Tantangannya, membangun tekonogi, membangun entrepeurship di antara kalangan alumninya,” jelasnya.

Gembong pun memastikan dirinya akan menjembatani kepengurusan IA ITB periode 2021-2025 dengan kepengurusan-kepengurusan sebelumnya, untuk menjadikan ITB dan Indonesia lebih baik.

“Alumni ITB bersatu tinggalkan perbedaan antara kita, sama-sama alumni ITB, mempunyai misi yang sama sama yaitu membangun bangsa,” tandasnya(RMOL)

BERIKUTNYA
SEBELUMNYA