Bloomberg Prediksi 10 Tahun Lagi RI Baru Bisa Bebas Covid, Moeldoko: Suruh Belajar Dulu

Bloomberg Prediksi 10 Tahun Lagi RI Baru Bisa Bebas Covid, Moeldoko: Suruh Belajar Dulu

Gelora News
facebook twitter whatsapp



GELORA.CO - Bloomberg menghitung proses vaksinasi di Indonesia masih kalah cepat dari beberapa negara lain.

Bloomberg memprediksi, dengan tingkat vaksinasi saat ini, Indonesia baru bisa menjangkau 75 persen vaksinasi populasi, dengan dua dosis vaksin dan mengakhiri pandemi sekitar 10 tahun lagi.

Indonesia tidak sendiri, dengan analisis yang serupa, India dan Rusia juga memiliki waktu estimasi sama, yakni menunggu hingga satu dekade lamanya.

Prediksi itu diambil setelah Bloomberg membangun basis data suntikan vaksinasi Covid-19 terbesar yang diberikan di seluruh dunia, dengan lebih dari 119 juta dosis diberikan di seluruh dunia.

Disebutkan Bloomberg (5/2/2021), salah satu jalan yang ditempuh untuk mengakhiri pandemi adalah dengan melakukan vaksinasi massal agar bisa kembali ke kehidupan normal.

Namun, program vaksinasi Covid-19 di Indonesia yang sudah dijalankan mulai pertengahan Januari 2021, dirasa belum maksimal.

Menanggapi hal itu, Kepala Kantor Staf Presiden (KSP) Moeldoko menyebut perhitungan Bloomberg berlebihan.

"Suruh belajar sini dulu lah Bloomberg itu," kata Moeldoko dalam Webinar Jurnalisme Berkualitas' untuk memperingati Hari Pers Nasional (HPN) 2021, Minggu (7/2/2021).

Moeldoko masih ingat bagaimana Presiden Jokowi ingin penanganan pandemi Covid-19 selesai dalam waktu 1,5 tahun.

"Kemarin dalam sidang kabinet sudah dipikirkan bagaimana keinginan Pak Jokowi untuk secepatnya setahun setengah," ucap Moeldoko.

Dia menyebut, bahkan penanganan akan lebih cepat lagi dilakukan jika produksi vaksin Indonesia segera selesai.

Terlebih, tambahnya, soal adanya rencana vaksin dalam negeri yang juga akan diproduksi.

"Kalau vaksin merah putih sudah berproduksi tahun 2022 itu lebih cepat lagi," tuturnya.

Sementara, Ketua Satgas Covid-19 dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Zubairi Djoerban menuturkan, analisis Bloomberg bisa saja benar dan tentu bisa saja salah.

Zubairi mengatakan, Amerika Serikat yang notabene sebagai negara maju dan kaya, sampai saat ini belum mampu bebas dari Influenza, padahal vaksin influenza sudah ditemukan.

"Analisis itu bisa keliru bisa benar. Kenapa? Amerika Serikat saja belum bebas dari influenza meski vaksinnya sudah lama ditemukan."

"Fakta lain, influenza memakan korban jiwa puluhan ribu orang tiap tahunnya di sana."

"Notabene mereka adalah negara yang disebut maju dan kaya," tulisnya, dikutip dari akun Twitter miliknya, Senin (8/2/2021).

Menurut Zubairi, berbicara terkait HIV/AIDS, juga menunjukkan hal yang sama, di mana negara maju juga belum mampu mengatasinya.

"Yang kedua, mari kita bicara penyakit HIV/AIDS. Apakah negara maju mampu mengatasinya? Tidak juga," ulasnya.

"Sejak kasus pertama dilaporkan pada 1981, belum juga teratasi sampai sekarang."

"Padahal, umur penyakitnya kan sudah 40 tahun dan masih saja banyak kasusnya," lanjut Zubairi.

Sehingga, berkaca dari hal di atas, jika ada analisis yang menyatakan Indonesia baru bisa mengakhiri pandemi Covid-19 setelah 10 tahun, memiliki kemungkinan benar.

"Ya kalau analisis menyatakan Indonesia baru bisa bebas pandemi 10 tahun lagi, ya kemungkinan benar."

"Apalagi melihat fakta penyakit flu dan AIDS yang sampai sekarang belum juga teratasi," paparnya.

Namun, saat analisis itu mengatakan negara lain dapat lebih cepat mengatasi pandemi Covid-19, pernyataan tersebut bisa salah.

"Tapi, negara-negara lain yang diprediksi lebih cepat mengatasi pandemi Covid-19 ini juga kemungkinan salah."

"Kenapa? Ya saya pernah bilang bahwa Covid-19 ini berpotensi menjadi endemi baru, penyakit yang hanya ada di lokasi atau populasi tertentu," beber Zubairi. (*)
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita