Berperang Dengan Musang

Berperang Dengan Musang

Gelora Media
facebook twitter whatsapp



Oleh:Mayjen TNI (Purn) Deddy S. Budiman
TUGAS pokok TNI dalam keadaan damai adalah latihan untuk siap melaksanakan operasi militer untuk perang. Prediksi ancaman militer, dalam setiap latihan TNI, adalah dari arah utara dengan kata sandi "Musang".

Salah satu tugas TNI, adalah menjaga perbatasan negara antara lain dari ancaman invasi militer Musang. Maklum kondisi perbatasan darat negara masih berbentuk hutan rimba, perbatasan laut terbentang sangat luas, perbatasan udara tak terbatas. Prajurit TNI keluar masuk hutan, laut, dan udara menjalani tugas sehari-hari mencari Musang.

Sayangnya "Musang Tak Pernah Ditemukan". Rupanya Musang tak lagi menggunakan invasi militer melalui hutan rimba, laut dan udara, sekarang Musang sudah nyata "menguasai NKRI", melalui bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, agama, psyikologi, dan teknologi, yang dikenal dengan perang Asimetris.

Diduga prajurit-prajurit Musang sudah menempati pos-pos pertahanan, melalui bandara dan pelabuhan, dengan kamuflase TKA dan kerjasama bidang ekonomi.

Pertanyaannya, buat apa TNI masih menempati pos-pos perbatasan di darat, laut dan udara. Sementara Musang sudah menguasai NKRI. Apa tdak sebaiknya tinggalkan perbatasan, serahkan kepada aparat kepolisian. Diperbatasan negara paling banter ancamannya adalah klompok kriminal pencuri sumber daya alam.

Tugas pokok TNI menurut UU 34/2004 tentang TNI, adalah menegakkan kedaulatan negara, mempertahankan keutuhan wilayah NKRI yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945, serta melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara.

Untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi tersebut, para prajurit TNI, mengikuti dan mempelajari serta menganalisis perkembangan lingkungan strategis di dalam dan di luar negeri meliputi bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, agama, psyikologi, teknologi, militer, pertahanan dan keamanan yang berimplikasi kepada tupoksi TNI.

Dari hasil analisis perkembangan lingkungan strategis saat ini, yang berimplikasi kepada tupoksi TNI adalah sebagai berikut; Boneka-boneka Musang sedang menyempurnakan UUD 45 palsu, dengan melakukan makar ideologi merubah Pancasila menjadi Trisila dan Ekasila, sehingga NKRI bukan lagi negara yang berdasarkan Pancasila dan UUD yang diproklamasikan pada tanggal 18 Agustus tahun 1945. Tetapi NKRI telah menjadi negara berideologi kapitalisme, liberalisme, sekulerisme, dan persiapan menjadi negara berideologi neokomunisme.

Makar Ideologi dapat menimbulkan konplik horizontal/vertikal dan perang saudara yang berimplikasi kepada tugas pokok TNI dalam menjaga keselamatan, keutuhan dan kedaulatan NKRI. Kondisi lainnya, akibat kebijakan utang-menggunung, UU Minerba, UU Omnibuslaw, derasnya impor TKA, mega korupsi bansos, Jiwasraya, Asabri, bansos dan benur, di tengah krisis pandemi Covid-19.

Sehingga pertumbuhan ekonomi nyungsep minus 2,07 persen, terjadi krisis ekonomi, rakyat menjadi miskin, sangat rawan terjadinya kerusuhan sosial, juga berimplikasi kepada tupoksi TNI.

Rakyat sedang diadu domba, dicerai beraikan oleh buzzer dan influenser, serta ketidakadilan penegakan hukum, ini melemahkan kekuatan TNI, karena kekuatan TNI terletak pada kemanunggalan dengan rakyat untuk menghadapi setiap ancaman baik dari luar maupun dari dalam negeri. Rakyat kritis yang peduli terhadap keselamatan keutuhan dan kedaulatan NKRI yang menyampaikan pendapat kritis dan unjuk rasa dibungkam melalui UU ITE dan ancaman pelanggaran kerumunan PSBB Covid-19.

Rakyat kritis yang peduli terhadap keselamatan, keutuhan dan kedaulatan NKRI, sedang difitnah radikal, intoleransi, terorisme, dikriminalisasi, dipersekusi dan bahkan dibunuh, guna menutupi "kegagalan rezim" dalam mengelola NKRI, dan kegagalan mengatasi membanjirnya mega korupsi. Ini bukan omong kosong ataupun provokasi, terbukti Indeks Demokraksi dan Indeks Korupsi pada dekade ini merosot tajam.

Dari kondisi tersebut di atas, pertanyaannya, bagaimana para prajurit TNI, masih tetap diam seribu bahasa, apakah tega TNI membiarkan rakyat miskin, adu domba, dan Pancasila diganti dengan Trisila dan Ekasila untuk menyempurnakan UUD 45 palsu. Jikalau TNI terlambat bersikap dan berbuat, diprediksi akan terjadi konflik horizontal, vertikal dan perang saudara selanjutnya NKRI bubar berkeping-keping.

Merry Riana motivator milineal terkenal juga memperkirakan bahwa Indonesia akan bubar. TNI terlambat bersikap dan berbuat, berarti membiarkan NKRI menjadi negara bagian jajahan Musang, yang berideologi kapitalisme, liberalisme, sekulerisme dan Neo Komunisme. Artinya TNI "gagal mengemban tugas dan tanggung Jjawab" menyelamatkan keutuhan dan menegakkan NKRI berdasarkan Pancasila dan UUD 45.

Kami Purnawirawan, memang sudah sangat sepuh, namun masih ada kobaran semangat nasionalis menjaga bangsa sesuai dengan sumpah prajurit, menghimbau secara tulus kepada para prajurit TNI, jangan larut dan sibuk dengan persoalan teknis Kepolisian dan Satpol PP yang berhadapan dengan pengayoman masyarakat, tetapi mengabaikan tupoksi TNI sendiri, menjaga NKRI dari serangan Musang.

Alangkah amanah TNI, segera fokus bersikap dan berbuat melaksanakan tupoksi TNI untuk menyelamatkan rakyat, keutuhan dan kedaulatan NKRI.

Para senior TNI telah memberikan contoh tauladan sebagai pejuang, berani untuk berdialog, berdiskusi, dan bersikap mengkritisi terhadap kebijakan pemerintah yang dapat membahayakan keselamatan, keutuhan dan kedaulatan NKRI. Jenderal besar Sudirman, memilih bersikap dan berbuat memimpin gerilya, melawan penjajah Belanda, daripada mengikuti Presiden Soekarno untuk menyerah terhadap penjajah Belanda.

Jenderal besar A.H. Nasution, berani menyarankan kepada Presiden Soekarno untuk kembali kepada Pancasila dan UUD asli yang ditetapkan tanggal 18 Agustus 1945. Jenderal Ahmad Yani berani menentang kebijakan Presiden Soekarno untuk membentuk angkatan kelima. Jenderal besar Soeharto berani bersikap dan berbuat membubarkan PKI dan akar-akarnya, walupun tidak sesuai dengan keinginan Presiden Soekarno.

Itulah contoh Prajurit TNI "sebagai tentara pejuang", punya karakter, tidak tersandera pada kepentingan politik kekuasaan, murni membela kejujuran, kebenaran, dan keadilan.

Rakyat Indonesia sedang menunggu jiwa korsa dan keberanian para Prajurit TNI, untuk bersikap dan berbuat menyelamatkan rakyat, keutuhan wilayah dan kedaulatan NKRI, supaya negara Indonesia tidak bubar seperti dipredikisi secara ilmiah oleh ilmuwan dan motivator.

Rakyat menunggu sikap TNI, dalam upaya menghentikan makar ideologi melalui pintu masuk RUU BPIP pengganti RUU HIP, menjadi otoriterian seperti PKC. Rakyat menunggu untuk menghentikan kebijakan rezim yang mengadu domba sesama rakyat, belah bambu yang akan mencerai beraikan bangsa, yang akan berimplikasi  melemahkan TNI.

Bersikap dan berbuat tegas dan lugas sesuai Pancasila, Sapta Marga dan Sumpah Prajurit demi menyelamatkan keutuhan dan Kedaulatan NKRI . InsyaAllah amanah dan diridhoi Allah SWT. Selamat bertugas

(Tim ahli Forum Komunikasi Patriot Peduli Bangsa (FKP2B).

BERIKUTNYA
SEBELUMNYA