Upaya Dunia Telusuri Asal-usul Virus Corona Terbentur "Tembok China"

Upaya Dunia Telusuri Asal-usul Virus Corona Terbentur "Tembok China"

Gelora Media
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO - Di kerimbunan belantara bukit pegunungan di sebelah selatan China ada jalan masuk ke gua penambangan yang pernah dihuni oleh kelelawar yang diketahui menyimpan kerabat dekat virus corona Covid-19.

Kawasan itu menjadi sorotan dunia sains karena boleh jadi lokasi tersebut menyimpan petunjuk tentang asal susul virus yang telah menewaskan lebih dari 1,7 juta warga dunia. Namun bagi para ilmuwan dan jurnalis, lokasi itu menjadi wilayah yang tak bisa ditembus karena alasan politik dan kerahasiaan.

Dilansir dari laman AP pekan lalu, sekelompok peneliti kelelawar belum lama ini berhasil mengambil sampel dari gua itu namun temuan mereka disita aparat, kata dua orang yang mengetahui kejadian ini. Para ahli virus corona diperintah untuk tidak berbicara apa pun kepada media. Satu tim jurnalis the Associated Press dibuntuti polisi berpakaian preman dengan sejumlah mobil yang menghalangi jalan menuju gua itu pada akhir November lalu.

Setahun setelah orang pertama diketahui terinfeksi virus corona, penyelidikan AP memperlihatkan pemerintah China masih dengan ketat mengendalikan semua penelitian soal asal-usul virus corona dan gencar menyebarkan teori yang menyebut virus ini bisa jadi berasal dari luar China.

Temuan AP menyatakan pemerintah menggelontorkan ratusan ribu dolar kepada para peneliti yang mencari asal usul virus corona di selatan China dan berhubungan dengan pihak militer. Namun pemerintah juga mengawasi dan mengharuskan semua jenis data, publikasi atau penelitian lebih dulu disetujui oleh satuan tugas yang dikelola kabinet pemerintahan China di bawah perintah langsung dari Presiden Xi Jinping.

Bocoran dokumen

Bocoran dokumen yang diperoleh AP dari sumber dalam pemerintah China memperlihatkan puluhan halaman dari dokumen yang tidak dipublikasi membenarkan dugaan selama ini: upaya menutup-nutupi ini berasal dari pucuk pimpinan.

Alhasil, sangat sedikit sekali penelitian yang dipublikasi. Aparat berwenang juga sangat membatasi keluarnya informasi dan menghalangi kerja sama dengan ilmuwan internasional.

"Apa yang sudah mereka dapat?" tanya Gregory Gray, epidemilog di Universitas Duke yang mengawasi sebuah lab di China untuk mempelajari penularan penyakit dari hewan ke manusia. "Mungkin data mereka belum final atau mereka menyembunyikan data untuk alasan politik. Saya tidak tahu..seandainya saya tahu."

Investigasi AP berdasarkan puluhan wawancara dengan ilmuwan China dan luar negeri serta sejumlah pejabat, pengumuman bagi warga, bocoran email, data internal dan dokumen dari kabinet CHina serta Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Menular (CDC). Hasilnya selama pandemi ini terlihat pola yang sama dari pemerintah untuk menutup-nutupi masalah ini, berasal dari para pejabat di pucuk pimpinan.

Seperti yang didokumentasikan AP, tradisi semacam ini menyebabkan telatnya peringatan soal pandemi, tertutupnya upaya berbagi informasi bersama Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan terhambatnya pengujian. Ilmuwan yang mengetahui soal sistem kesehatan China ini mengatakan praktik yang sama juga berlaku untuk penelitian-penelitian yang sensitif.

"Mereka hanya memilih orang-orang yang bisa dipercaya, yang bisa mereka atur," kata seorang ahli kesehatan masyarakat yang biasa bekerja dengan CDC China. Dia menolak identitasnya diketahui karena khawatir keselamatannya. "Pihak militer dan yang lainnya sedang bekerja keras menangani ini tapi apakah hasilnya akan diumumkan atau tidak tergantung dari apa yang mereka dapat."

Pandemi ini membuat reputasi China di mata dunia tercemar dan para pemimpin China khawatir segala temuan bisa mengarah pada dugaan mereka lalai dalam menangani penyebaran virus corona. Kementerian Sains dan Tenologi dan Komisi Nasional Kesehatan China tidak menjawab permintaan tanggapan atas masalah ini.

"Virus corona ditemukan di banyak lokasi lain di dunia," kata Kementerian Luar Negeri China dalam pernyataan melalui faksimili. "Ilmuwan harusnya menggelar penelitian sains internasional dan bekerja sama dalam skala global."

Sejumlah ilmuwan China mengatakan hanya sedikit informasi yang mereka bagi karena memang tidak ada hal signifikan yang mereka temukan.

"Kami sudah mencari tapi kami belum menemukan," kata Zhang Yongzhen, ahli virus terkemuka China.[mdk]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita