Ketum IDI: Presiden Jokowi Tidak Ada Keluhan & Efek Setelah Disuntik Vaksin Covid-19

Ketum IDI: Presiden Jokowi Tidak Ada Keluhan & Efek Setelah Disuntik Vaksin Covid-19

Gelora News
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO - Ketua Umum Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Daeng M. Faqih telah disuntik Vaksin Covid-19, di Istana Merdeka, Rabu (13/1). Daeng menjadi orang kedua yang disuntik vaksin Covid-19.

Daeng meyakini, vaksinasi bertujuan mencapai herd immunity (kekebalan imunitas). Apabila tubuh memiliki kekebalan diri, maka dapat mencegah terinfeksi virus corona. Vaksinasi juga diyakini dapat mengurangi angka dokter dan tenaga kesehatan yang terpapar Covid-19.

Usai melakukan vaksinasi Covid-19, Daeng M. Faqih berbagi cerita dengan jurnalis merdeka.com, Rifa Yusya Adilah. Berikut petikan wawancaranya.

Anda tidak takut menjadi orang kedua yang disuntik vaksin Covid-19?

Iya kan prosedur penelitiannya yang secara keilmuan sudah dilakukan. Penilaian sudah dilakukan oleh otoritas, baik itu BPOM yang menyatakan aman dan efektif, maupun MUI yang menyatakan suci dan halal.

Kalau masih ada yang ragu, silakan bertanya ke ahlinya dan ke penelitinya. Supaya tidak termakan hoaks dan termakan berita yang sumbernya tidak kredibel yang hanya mengandung asumsi dan prasangka. Silakan cari informasi yang detail, kalau bisa ke sumber penelitian.

Bisa Anda diceritakan efek samping yang dirasakan setelah disuntik vaksin Covid-19?

Alhamdulillah baik-baik saja. Alhamdulillah ya, saya tidak merasakan apa-apa. Jadi setelah disuntik, pegal di tempat (disuntik) juga tidak. Perasaan panas atau apa juga tidak.

Bagaimana dengan kondisi Presiden Jokowi setelah disuntik Vaksin Covid-19?

Pak Jokowi sempat menjumpai kami, mengobrol setelah penyuntikan. Beliau sehat-sehat saja. Beliau menjumpai kita berapa kali malah. Mengobrol sama kita, lalu kasih kesan pesan ke kita. Minta dibantu untuk kampanye masalah vaksinasi, untuk memperkuat (vaksinasi) ke masyarakat dan ke tenaga kesehatan. Saya lihat beliau sehat-sehat saja. Sampai konferensi pers selesai pun beliau dan teman-teman yang lain sehat.

Bagaimana kondisi penerima vaksin yang lain?

Saya lihat peserta yang lain, saat menunggu diobservasi dan menunggu konferensi pers, bercengkrama biasa. Tidak ada keluhan apapun dari kawan-kawan yang tadi ikut penyuntikan. Sebelum divaksin diukur dulu tekanan darahnya, dilihat dulu kondisi kesehatannya, ditanya juga apakah ada riwayat penyakit atau tidak.

Setelah disuntik vaksin pertama, apa proses selanjutnya yang harus dilakukan oleh para penerima vaksin?

Setelah disuntik yang pertama ini, nanti kita lakukan suntikan kedua di tanggal 27 Januari 2021.

Apakah vaksinasi bisa menjamin memutus rantai Pandemi Covid-19?

Memang betul vaksin ini peranannya besar untuk pencegahan covid-19, tetapi tidak satu-satunya. Harus dibarengi dengan tindakan yang lain. Paling penting itu protokol Covid-19 tetap dijaga.

Persis seperti kita sakit, lalu diminta minum obat. Kan tidak hanya disuruh minum obat saja, tapi diminta istirahat, gizinya harus baik, gaya hidupnya harus sehat, supaya kesembuhan dengan obat itu menjadi lebih baik. Sama seperti vaksin.

Intinya, harapan vaksinasi untuk mengatasi pandemi memang besar tapi vaksin ini harus dibarengi protokol kesehatan supaya lebih komprehensif dan paripurna.

Bagaimana Anda menanggapi polemik yang muncul di masyarakat soal penolakan vaksinasi karena vaksinnya Sinovac?

Jangan lihat merek vaksinnya, dari mana asalnya. Yang penting jaminan aman dan efektivitas itu sudah terjamin. Itu yang terpenting.

Tadi kan kita sudah lihat bersama-sama gelombang pertama yang sudah divaksin, dan alhamdulillah setelah penyuntikan, sampai 2 jam itu tidak ada masalah. Memang dari hasil laporan penelitian uji klinis, dinyatakan aman. Kalaupun ada efek sampingnya, kecil sekali dan ringan. Efek samping yang dilaporkan itu, sakit di tempat suntik, kemudian ada panas tapi 2 sampai 3 hari hilang. Itu efek samping yang ringan.

Masyarakat tidak perlu takut. Ini agar masyarakat tidak gampang terkena infeksi covid. Kalau ini diikuti banyak orang, maka dengan sendirinya Covid-19 ini kita bisa cepat dihilangkan. Tidak terus menerus tambah banyak kasusnya.

Apakah ada kewajiban masyarakat harus ikut vaksinasi?

Ya memang diimbau untuk masyarakat memberikan sumbangsih. Kalau masyarakat tidak gotong royong memberikan sumbangsih, kapan covid-19 mau selesai? Ini kan untuk semua masyarakat Indonesia, bukan untuk diri kita sendiri.

Kalau pandemi ini tidak berakhir, maka kehidupan kita ini terbelenggu oleh Covid-19. Kalau terbelenggu Covid-19, kita tidak bisa hidup normal, kasihan masyarakat.

Jadi alasan mengapa kita harus ambil bagian dalam vaksinasi itu yang pertama memang untuk diri sendiri. Supaya kebal tidak terkena penyakit. Kedua, untuk semua orang. Supaya kehidupan kita kembali normal lagi. Itu yang harus dipikirkan.

Sempat muncul wacana sanksi atau denda bagi masyarakat yang menolak vaksinasi. Bagaimana menurut Anda?

Jadi begini, tanggung jawab masyarakat, coba lah masyarakat harus dipikirkan, masyarakat itu juga punya tanggungjawab dan kewajiban menciptakan kondisi sehat. Jika tidak melakukan vaksinasi bisa menularkan virus, lalu di mana tanggung jawab kita sebagai anak bangsa? Kita bisa menularkan virus kemana-mana kalau kita tidak mau divaksin.

Kita ini bicara dalam sebuah komunitas besar yang perlu diselamatkan bersama. Ada tanggung jawab dan kewajiban kita sebagai bagian bangsa untuk menjaga kesehatan masyarakat. Kita tidak bisa egois 'hanya untuk kita'. Diri kita berpengaruh terhadap masyarakat. Jadi ini tanggung jawab kita. []
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita